Menjelajahi Hadis Abu Umair
MajalahNabawi.com- Hadis Abu Umair masyhur di kalangan santri Hadis sebagai bagian dari candaan Nabi. Tak habis ide, para ulama dengan kreatif banyak mendalami hadis guyon ini dan mengambil bermacam faedah darinya yang bagi orang awam, Hadis canda Nabi ini seklias tidak ada faedahnya.
Bersosial yang baik dengan teman, tetangga, kerabat, yang muda maupun tua dengan panggilan-panggilan khusus namun menggelitik, akan melahirkan kesan positif. Kesan itulah yang menyatukan, bukan memecahbelahkan dunia kekerabatan.
Upaya menjadikan adanya kekuatan hubungan tersebut semata-mata untuk menghadirkan canda dan tawa ketika sedang berkumpul. Menjadikan obat ketika ada yang sedang berada dalam titik terendahnya sehingga mampu meningkatkan percikan kebahagiaan.
Menyayangi dan Mengasihi sebagai Akhlak Rasul
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah menegaskan dalam hal ini untuk saling mengasihi dan menyayangi. Tertuang dalam sabdanya:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
“Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang lebih tua.” (HR. at-Tirmidzi no. 1842)
Kondisi ini ditemukan pada salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Ia mengatakan bahwa Rasulullah adalah sosok paling baik akhlaknya yakni ketika Rasulullah menghampiri saudara Anas bernama -sebut saja- Abu Umair.
Ia adalah putra dari Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Pada saat itu dia baru saja disapih. Dia suka sekali bermain dengan burung pipitnya.
Abu ‘Umair mendapatkan burung pipit itu ketika ia sedang bermain-main di kebun Kurma dan melihat ada seekor burung yang sedang melompat-lompat. Lalu ia menangkap burung itu dan membawa pulang dengan rasa bahagia. Suatu ketika burung itu tak lagi bergerak.
Hadis Abu Umair
Hal itu membuatnya bersedih. Bersamaan dengan itu, Rasulullah melintas dan melihat Abu ‘Umair dalam keadaan murung, kemudian Rasul berkata padanya :
يَا أَبَا عُمَيْرِ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟
Lengkapnya ditemukan dalam kitab Sunan Abu Daud no. 4969.
Masih membahas mengenai hadis tentang Abu Umair.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ عَلَيْنَا وَلِي أَخٌ صَغِيرٌ يُكْنَى أَبَا عُمَيْرٍ وَكَانَ لَهُ نُغَرٌ يَلْعَبُ بِهِ فَمَاتَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَآهُ حَزِينًا فَقَالَ مَا شَأْنُهُ قَالُوا مَاتَ نُغَرُهُ فَقَالَ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ
dari Anas bin Malik ia berkata, “Suatu kali Rasulullah datang kepada kami, sementara kami mempunyai adik kecil yang diberi kunyah Abu Umair. Burung kecil miliknya yang biasa ia ajak main bersama mati. Lalu suatu hari Nabi masuk dan menemuinya sedang bersedih, beliau bertanya, “Apa yang sedang terjadi dengannya?” orang-orang menjawab, “Burung kecilnya mati.” Beliau lantas bersabda, “Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan oleh burung kecilmu?”
Faedah Hadis Abu Umair
Sekilas, nampak bahwa hadis ini tidak ada faedahnya sama sekali. Apa yang dapat kita harapkan dari hadis Nabi yang bertanya keadaan burung pada anak kecil?
Namun ternyata ada beberapa faedah yang disampaikan oleh Syu’aib al-Arnauth dalam kitab ‘Aunul Ma’bud syarh Imam Abu Daud bahwa al-Khitabi berkata dalam hal yang berkaitan dengan fiqh hadis ini mengisyaratkan; dibolehkannya berburu pada kebun-kebun di Madinah, dibolehkan membuat ucapan yang bersajak, dan boleh berguyon yang tidak menyakiti lawan bicara sehingga mendatangkan dosa.
Bahkan hadis ini juga sebagai isyarat dibolehkan melakukan tashgir dalam penamaan, dan memberi kunyah meskipun ia belum memiliki anak, maka hal ini tidak masuk dalam kategori dusta.
Faedah-faedah hadis lainnya didatangkan oleh salah satu ulama ahli hadis bernama Abul Abbas Ahmad bin Abi Ahmad ath-Thabari asy-Syafi’I, yang dikenal dengan Ibnul Qhash. Setidaknya beliau mengeluarkan enam puluh faedah ilmu dari hadits ini, semua itu beliau tuangkan dalam risalahnya “Juz Fiihi Fawaid Hadits Abi Umair”.
Faedah Hadis Abu Umair menurut Imam Ahmad Thabari
Dengan keterbatasan ilmu dari penulis ini, saya menyimpulkan beberapa faedah dari hadis Abu Umair menurut Imam Ahmad ath-Thabari asy-Syafi’i, yaitu;
1. Berjalannya versi Rasulullah adalah seperti berjalan di tanah yang menurun, tidak bersikap angkuh.
2. Berkunjung ke rumah sanak dan saudara merupakan sunnah
3. Rukhsah kepada laki-laki berkunjung ke rumah perempuan selain mahram apabila mampu menjaga dirinya dari fitnah
4. Bolehnya pemimpin mengunjungi rakyatnya dengan bersikap rendah hati dan tidak menutup diri dari rakyatnya.
5. Sering berkunjung atau berziarah mampu melahirkan rasa kasih sayang selama dalam dirinya tidak ada sifat tamak
6. Bersalaman kepada orang yang dikunjungi.
7. Rasulullah tidak bersalaman dengan perempuan ketika mereka berbaiat padanya.
8. Ketika melakukan sujud dalam salat, diharuskan bertumpu kepada kedua tangan agar tidak memberikan beban berlebih kepada bagian kepala (jidat)
9. Opsional untuk beribadah di rumah orang yang kita kunjungi, hal ini dilakukan oleh Nabi.
10. Memberikan tempat yg nyaman ketika ada yang berkunjung ke rumah.
11. Tidak bersikap jijik, acuh terhadap anak kecil bila bermain ketika salat
12. Segala sesuatu pada mulanya adalah bersih dari segala sesautu sampai yakin dikatakan najis bila ditemukan pada benda tersebut.
13. Ilmu (Orang alim) itu didatangi bukan mendatanginya
14. Rasulullah suka bersenda gurau. Dalam hal ini dibolehkannya menghibur anak kecil.
15. Diperbolehkannya suatu hal karena rukhsah, berarti tidak terus menerus.
16. Bersenda gurau dengan mengesampingkan sifat takabur dan membanggakan diri.
17. Peduli kepada orang-orang di sekitar kita. Seperti bertanya ttg kabar, dan hal lain yang tidak menyinggungnya