Menulis Adalah Wirid Para Ulama
Majalahnabawi.com – Adalah Imam al-Baqilani (338-403 H). Tokoh penting dalam teologi Asy’ariyah dan fikih Malikiyah. Ditasbihkan sebagai pembaharu (mujaddid) abad 4 H. Memiliki puluhan judul karya tulis. Langgeng hingga kini. Salah satunya adalah kitab al-Inshof. Rujukan primer dalam kajian ilmu kalam. Karya yang melanjutkan paparan Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260-324 H).
Penting kita catat, bahwa salah satu wirid Imam al-Baqilani adalah menulis. Hal ini sebagaimana Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah (1927-1997) tegaskan. Setiap malam, Imam al-Baqilani tidak akan tidur kecuali setelah menulis 35 halaman. Pagi harinya, tulisan ini ditelaah dan didiskusikan dengan murid dan sejawatnya. Hari itu pula, tulisan diperbaiki. Begitu seterusnya. Tiada malam tanpa menulis.
Imam Ibnu Malik (600-672 H)
Wirid menulis juga dimiliki oleh Imam Ibnu Malik (600-672 H). Pengarang kitab Alfiyah Ibni Malik. Karya masyhur 1000 bait dalam bidang gramatikal Arab. Hingga detik ini, kitab ini terus dikaji. Bahkan dihafal oleh ribuan santri di Indonesia. Setiap malam, Imam Ibnu Malik tidak lepas dari shalat, membaca al-Quran, menelaah ilmu, dan menulis. Sari pati ilmunya dipahat dalam karya tulis. Langgeng dan bermanfaat hingga sekarang.
Imam al-Alusi (1217-1270 H)
Tak jauh berbeda, adalah Imam al-Alusi (1217-1270 H). Pemilik kitab Tafsir al-Alusi ini memiliki kebiasaan selalu menulis di akhir malam. Wirid yang dilakukan setelah siang harinya mengajar 13 disiplin ilmu yang berbeda. Tak tanggung-tanggung, wirid menulis ini terus beliau jalani hingga tutup usia. Bahkan, di malam-malam sakit kerasnya, Imam al-Alusi tetap menulis. Menulis dan menulis.
Lantas tertarikah anda?