Al-Qur'an Surat Ayat Flugel

Metodologi Tafsir Al-Quran; Tafsir Tahlili

Majalahnabawi.comTafsir tahlili yaitu menjelaskan ayat al-Quran dengan menunjukkan seluruh aspeknya dan mengungkap seluruh tujuannya.

Sesungguhnya al-Quran itu lautan yang tak akan habis keajaibannya, dan tidak akan pernah berakhir dengan berlalunya waktu keistimewaan. Telah banyak tafsir-tafsir al-Quran, dan bermacam-macam pula dalam memahami metodenya, dan adanya perpustakaan tafsir menunjukkan keseriusan ulama dalam menjelaskan kalimat-kalimat dalam yang terdapat di dalam al-Quran, juga menunjukkan upaya mereka dalam menjelaskan pemahaman-pemahaman (makna) dan tujuan ayat-ayat dalam al-Quran.

Para ulama telah banyak mengarang kitab yang masyhur di perpustakaan tafsir dan menjelaskan metode penulisannya.

Adapun metode penafsiran itu sebagai berikut:

1. Analisis/ Tahlili (pemecahan masalah)

2. Universal (Ijmali)

3. Perbandingan (Muqorin)

4. Tematik (Maudhu’i)

Kita akan coba membahas dengan singkat tiga metode awal di atas, dengan syarah yang menyeluruh pada tafsir maudhu’i. Hal ini untuk menarik perhatian dalam rangka mengetahui metode penelitiannya, pada waktu yang tidak mencukupi hingga saat ini dengan sangat jelas dan menjelaskan kepada peneliti dan para pengkaji metode manhaj ini yang sangat urgent pada saat ini.

1. Tafsir al-Tahlili

Yaitu menjelaskan ayat al-Quran dengan menunjukkan seluruh aspeknya dan mengungkap seluruh tujuannya, yaitu seorang mufassir menjelaskan al-Quran berdasarkan susunan yang ada dalam mushaf ayat demi ayat, surah demi surah, dengan disertai penjelasan kata dalam setiap lafaz, sekaligus menyebutkan kandungan makna-makna dalam kalimat, dan apa yang terkandung dalam susunannya,  tanpa melihat aspek kesesuaian di setiap perinciannya dan juga menjelaskan hubungan di setiap maksudnya, agar bisa mencapai apa yang dimaksud, dengan menyebutkan asbabun nuzul, dan apa yang disampaikan Rasulullah ﷺ dalam hal itu atau sahabat atau tabiin dan terkadang disisipkan dengan apa yang diistinbat oleh kejeniusannya, dan kecenderungan wawasannya, dan terkadang ditambahkan pembahasan bahasa dan lainnya dari penulis yang bisa membantu dalam memahami nash yang mulia.

Ini adalah jenis tafsir yang berbeda pendapat penulisnya antara yang bertele-tele dan yang ringkas dalam penafsirannya sebagaimana mereka berbeda pendapat dalam manhajnya, dan berbeda pula dalam kecenderungannya.

Ragam Manhaj Tafsir Tahlili

Berikut ini adalah menjelaskan tentang kecenderungan sebagian mufassir Al-Qur’an dengan manhaj tafsir tahlili:

Tafsir bil ma’tsur (riwayat), Tafsir bil ra’yi (akal), Tafsir sufi, Tafsir fiqh, Tafsir falsafi, Tafsir al-‘ilmi, Tafsir adab sosial

Adapun pemahaman mengenai Tafsir bil ma’tsur atas yakni:

1. Apa-apa yang terdapat dalam al-Quran itu sendiri beserta penjelasan dan perincian ayat-ayatnya.

2. Apa yang diriwayatkan oleh Rasulullah pada tafsir yang beliau jelaskan kepada sebagian para sahabat ketika mereka menemukan yang tidak mereka pahami.

3. Apa yang sahabat riwayatkan yang berbicara tafsir al-Quran dengan ijtihad mereka.

4. riwayat dari orang yang melawan tafsir dari kalan tabiin yaitu dari mereka yang menambahkan tafsir dengan ijtihad mereka karena ketidakjelasan yang berkembang di tengah masyarakat pada sebagian makna al-Quran ketika telah jauh zaman Rasulullah dan sahabatnya.

Step Tafsir bi al-Ma’tsur

Tafsir bil ma’tsur telah berlangsung dalam dua marhalah:

Pertama: al-marhalah al-syafahiyah, atau al-riwayah. Pada masa ini sahabat meriwayatkan dari Rasulullah, dan sahabat meriwayatkan dari sahabat yang lain, tabiin meriwayatkan dari sahabat, dengan periwayatan yang terpercaya, yang rinci dan mengharuskan adanya sanad hingga ke masa setelahnya.

Kedua: marhalah al-tadwin: yaitu menulis apa-apa yang sahih yang diriwayatkan dari tafsir bil ma’tsur selama marhalah pertama, dan hal itu ditemukan pada kitab-kitab hadis, sehingga menjadi sebuah fan ilmu yang independen, dan ditulis pada tafsir kitab-kitab yang independen yang meriwayatkan tafsir bil ma’tsur, periwayatan dengan sanad kepada Rasulullah Saw, kepada sahabat, tabiin, dan tabi’ al-tabiin, dan pada kitab-kitab ini tidak terdapat sedikit pun dari tafsir bil ma’tsur, kecuali Ibnu Jarir, beliau menyebutkan perkataan-perkataan kemudian menjelaskan arahnya kemudian mentarjih satu dengan yang lainnya, dan menambahkan i’rab jika diperlukan, dan men istinbat hukum-hukum yang mungkin diambil dari ayat-ayat al-Quran.

Kemudian setelah itu muncullah kaum yang menghimpun tafsir bil ma’tsur tanpa menyebutkan sanad-sanad mereka dan banyak menukil perkataan dari tafsir mereka tanpa membedakan mana yang sahih mana yang cacat, yang menyebabkan para pengkaji kitab-kitab ini tidak bersandar pada apa yang ada di dalamnya, karena membolehkan adanya penafsiran dari periwayatan yang palsu dan direkayasa, dan ini banyak dalam tafsir tetapi Alhamdulillah kajian-kajian yang serius telah mengungkap banyaknya riwayat rekayasa ini.

Kitab-kitab yang dikarang menggunakan metode tafsir bil ma’tsur:

1. Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran al-Karim karangan Ibnu Jarir al-Tabari

2. Tafsir Ma’alim al-Tanzil karangan al-Baghawi

3. Tafsir al-Quran al-‘Adzim karya Ibnu Katsir

4. al-Durr al-Mantsur fii Tafsir bi al-Ma’tsur karangan al-Suyuthi

Similar Posts