Mewujudkan Keimanan dalam Ibadah Sosial

Majalahnabawi.comMerealisasikan keimanan dalam kehidupan tidak cukup dengan ibadah kepada Allah saja. Tapi juga harus merealisasikan keimanan dalam ibadah sosial.

Ibadah terbagi dua, ada ibadah mahdlah atau ibadah individual kepada Allah (habl min Allah), dan ada ibadah ghair mahdlah. Ibadah ghair mahdlah terkenal dengan ibadah sosial atau habl min al-nas.

Merealisasikan keimanan dalam kehidupan tidak cukup hanya dengan ibadah kepada Allah saja. Tapi harus merealisasikan keimanan dalam bingkai ibadah sosial. Nabi telah mengajarkan beberapa amalan ibadah sosial yang mengandung bentuk keimanan. Kami akan menjelaskan perihal itu dalam tulisan ini.

Berkata Baik atau Diamlah!

Nabi memberi tuntunan kepada kita perihal berucap. Beliau bersabda:

مَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Siapa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diamlah. (HR. al-Bukhari, Muslim, al-Nasai, Ibn Majah)

Berkata yang baik itu harus. Menjauhi perkataan buruk juga wajib. Jika tidak ada kepentingan dalam pembicaraan, lebih baik diam. Sering kita mendengar kalimat: مَنْ صَمَتَ نَجَا, siapa orang yang diam maka akan selamat.

Memuliakan Tetangga

Tetangga merupakan orang yang dekat dengan kita. Bahkan ada yang menganggap 40 rumah ke depan, belakang, dan samping itu masih termasuk tetangga. Tetanggalah yang sering bergaul dengan kita. Mereka juga yang bisa membantu kita saat kita butuh. Oleh karena itu, dalam hubungan sosial bertetangga haruslah baik, saling peduli, dan saling menghormati.

Jika tetangga kita beragama Islam, maka kita mempunyai kewajiban menghormatinya dan memuliakannya. Karena sama-sama Islam, dan karena hak tetangga. Jika tetangga kita beragama Islam dan kerabat kita, maka lebih dari kewajiban di atas, karena persamaan agama, hak tetangga, dan hak kerabat. Jika tetangga kita beragama selain Islam, maka tetap kita harus menghormati, memuliakan, dan saling bertoleransi.

Masih lanjutan dari hadis perihal aplikasi keimanan dalam ibadah sosial, Nabi berpesan untuk memuliakan tetangga.

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

Siapa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tetangganya.

Dalam redaksi riwayat Imam al-Bukhari adalah

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ

tambahan di akhir terjemahnya adalah maka janganlah menyakiti tetangganya.

Muliakanlah Tamu

Menghormati tamu merupakan sebuah keharusan. Menyambut kedatangan tamu dan menyuguhkan makanan kepadanya merupakan hal yang sangat Nabi anjurkan. Karena tamu datang dengan membawa rahmat bagi tuan rumah, dan pulang membawa ampunan untuk tuan rumah. Masih lanjutan hadis di atas, Nabi bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Siapa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.

Jagalah Kesucian dan Kebersihan

Islam sangat memperhatikan kebersihan jasad dan rohani. Sehingga lingkungan dan hati kita haruslah bersih. Rasulullah berpesan dalam hadis

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ. رواه مسلم

Kesucian itu sebagian dari iman. (HR. Muslim)

Yang terkenal di kita adalah ungkapan النَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ, kebersihan itu sebagian dari iman. Redaksi tersebut maknanya sangat bagus, tapi itu bukanlah hadis.

Lingkungan, pakaian, dan peralatan yang bersih, teratur, dan ramah lingkungan akan membuat nyaman manusia sekitarnya. Dengan hal tersebut, insya Allah kita akan sehat, dan tak mudah terkena penyakit.

Jika lingkungan kotor, dan membuang sampah sembarangan, maka bisa berakibat banjir. Sangat benar firman Allah yang menerangkan bahwa kerusakan di muka bumi ini karena ulah manusia sendiri, bukan karena alam atau fenomena alam.

Malu kepada Allah

Malu ketika tidak mengerjakan perintah Allah dan melakukan larangan Allah. Ketika orang sudah tidak punya malu dalam hal tersebut, maka dia akan berbuat semaunya.

Malu dalam hal di atas, dan malu ketika melakukan kesalahan terhadap manusia merupakan bagian dari iman. Rasulullah bersabda:

الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيْمَانِ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَأَبُوْ دَاودَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه

Sudahkah kita malu ketika berbuat dosa? Pernahkah kita malu ketika meninggalkan atau melalaikan perintah Allah? Jika masih ada rasa malu, baguslah masih ada keimanan kita yang harus diperbaiki dengan bertaubat dan taat.

Demikianlah lima wujud keimanan dalam ibadah sosial. Semuanya berkaitan dengan muamalah kepada makhluk Allah, khususnya manusia. Lima perbuatan di atas berkaitan dengan keimanan karena berhubungan dengan kesadaran penuh ketika melakukan ibadah sosial.

Semoga kita bisa melakukan ibadah individual dan sosial dengan baik agar selamat dunia dan akhirat. Aamiiin.

Similar Posts