Munasabah Al-Quran: Harmoni Pesan Kalam Ilahi

Majalahnabawi.com – Mukjizat terbesar yang Allah Swt berikan kepada Nabi Muhammad Saw tidak lain adalah Al-Quran. Ayat- ayat di dalamnya merupakan pernyataan yang sempurna dan tidak dapat dipatahkan kebenarannya. Sehingga,  mustahil sekali jika di dalamnya terdapat kontradiksi, tidak beraturan, bahkan saling bertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya.

Dalam Al-Quran hanya ada hal-hal baik saja. Seperti kebenaran dari semua kandungan, keindahan kata yang tak terkalahkan, susunan yang teratur dan serasi, hingga keterkaitan antara bagian satu dengan lainnya. 

Dalam Ulumul Quran terdapat pembahasan yang mencakup keterkaitan ayat maupun surah dalam Al-Quran, yang biasa disebut dengan munasabah dalam Al-Quran. Adanya keterkaitan ini pasti memiliki pesan yang sangat mendalam, karena sejatinya, Allah meciptakan sesuatu selalu terdapat pesan di baliknya. Sebelum mengetahui pesan tersebut, alangkah baiknya mengetahui terlebih dahulu makna dari munasabah itu sendiri.

Makna Munasabah

Munasabah sering disebut dengan Ilmu Tanasub al-ayat wa al-suwar. Kalimat ini berasal dari kata nasaba-yunasibu-munasabatan yang artinya qarib atau dekat. Kalimat tersebut bermakna al-muqarabah (saling terkait) dan al-musyakala (keserupaan). Apabila dikatakan fulan yubanasib bi fulan, maka dapat diartikan terdapat kemiripan antara kedua fulan sehingga sulit untuk membedakan keduanya. Sedangkan para ulama tafsir mengartikan munasabah adalah adanya hubungan antara kalimat dalam satu ayat yang sama atau antara ayat dan ayat dalam surah yang sama maupun berbeda. (Al-Suyuti: Al-Itqan)

Contoh Ayat Munasabah dalam Al-Quran

Munasabah sendiri memiliki beberapa macam seperti, keterkaitan surah dengan surah sebelumnya atau sesudahnya, ayat dengan ayat sebelumnya atau setelahnya pada surah yang sama maupun berbeda. Keterkaitan nama surah dengan isinya, dan sebagainya.

Dari banyaknya ayat munasabah dalam Al-Qur’an terdapat salah satu contoh pada surah Al-Ma’un, pada ayat

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ( ٤)

“Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat,” (Q.S. Al-Ma’un[106]:4)

Ketika seseorang hanya membaca potongan ayat tersebut yang mengatakan “Maka celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat”, hal ini menjadikan seseorang bertanya-tanya mengapa orang yang shalat mendapatkan celaka? Sedangkan dirinya telah berusaha untuk menunaikan kewajiban yang telah ditetapkan. Bisa jadi pula menjadikan seseorang beranggapan yang tidak-tidak.

Maka dari sinilah peran munasabah menjadi sangat penting. Dengan melihat kolerasi antar ayat, baik sebelum maupun sesudahnya, untuk mendapatkan pemahaman yang  baik dan benar dalam menafsirkan suatu ayat.  Melihat lanjutan ayat di atas, maka akan menjumpai redaksi ayat yang menjelaskan lebih lanjut dari sebelumnya.

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ ) ٥( الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ ) ٦ ( وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ) ٧)

 “(yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberi) bantuan”. (Q.S. Al-Ma’un[106]:5-7)

Nah, setelah potongan ayat tersebut tuntas, maka terlihat jelas maksud dari potongan ayat di atas, yakni orang yang celaka dalam shalatnya ialah orang yang lalai, berbuat riya’ dan enggan membantu orang lain sebagaimana yang telah ada pada ayat ke 5-7.

Harmoni Pesan Kalam Ilahi

Dari penjabaran contoh di atas, jika tidak ada ilmu munasabah, apakah dapat secara mudah memahami makna yang ada dalam Al-Quran? Maka dari itu, dalam penafsiran, munasabah sangat penting untuk dipahami.  Dan para ulama tafsir pun banyak yang menorehkan perhatiannya di bidang tersebut.

Setelah mengetahui bahwa ayat Al-Quran  memiliki keterkaitan satu sama lain, maka semakin jelas bukti bahwa Al-Quran mengandung mukjizat dari sisi mana pun. Dari munasabah ini, dapat diketahui bahwa Al-Quran mengandung mukjizat berupa susunan kalimat dan keserasian berdasarkan prinsip kesatuan.

Munasabah ini, menjadikan kita memahami mengapa Allah tidak menjadikannya satu ayat saja dalam satu tema? Mengapa Allah membuat makna tersirat pada Al-Quran? Mengapa harus ada munasabah? Dan masih banyak lagi. Jawaban dari semua itu adalah tidak lain karena Allah menginginkan hambanya agar senantiasa terus menerus berinteraksi dengan Al-Quran. Agar semakin mendalam untuk memahami Al-Quran. Agar manusia terus menerus menambah pengetahuannya. Serta agar manusia senantiasa merasa takjub atas apa yang telah Allah Swt kehendaki.

Allahuakbar. Sungguh luar biasa apa yang telah dikehendaki-Nya.

*Penulis merupakan mahasiswi Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus Mahasantri Pusat Ma’had UINSA.

Similar Posts