Musabaqah Tilawah al-Quran; Untuk Taqarrub ilallah atau Hanya Sebatas Kepentingan Duniawi?

Majalahnabawi.com – Di zaman sekarang ini telah berkembang dengan pesat minat muslim untuk bertilawah, menghafal ataupun belajar tafsir al-Quran. Di antara hal yang memicu tingginya angka tersebut ialah karena adanya event Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).

Namun dalam prakteknya, banyak kita jumpai para penghafal atau pembaca Quran yang belajar hanya dalam rangka untuk mengikuti ajang tersebut, baik itu dengan tujuan hadiahnya atau benefit lain yang didapat setelah menang, bukan sesuai dengan visi awal diadakannya yaitu mempelajari al-Quran dan mengamalkannya dalam rangka mendekatkan diri pada Allah.

Keutamaan Mempelajari dan Menghafal al-Quran

Di antara banyaknya upaya pendekatan diri terhadap al-Quran adalah dengan membaca, menghafal, mempelajari serta mengamalkannya. Mempelajari al-Quran merupakan perbuatan yang sangat mulia karena hal tersebut merupakan bentuk upaya menjaga keaslian dan keotentikan isi al-Quran, sehingga tidak ada perubahan isi dalam al-Quran bahkan sehuruf pun hingga akhir zaman. Hal ini selaras dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surah al-Hijr ayat 9

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Sesungguhnya Kami lah yang menurunkan al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.

Mempelajari al-Quran juga merupakan bentuk kegiatan yang sangat mulia karena dengannya kita mendapati ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya yang secara tekstualnya kebanyakan masih bersifat mujmal, sehingga perlu perangkat-perangkat keilmuan lain untuk menggali isi kandungannya.

Keutamaan Mempelajari al-Quran

Menghafal serta mempelajari al-Quran berarti menjaga kalam Ilahi di dalam dirinya. Tentu dengan perbuatan semulia itu, banyak sekali keutamaan yang akan didapat bagi orang yang mengerjakannya. Di antaranya ialah:

1. Menjadi manusia yang paling terbaik di sisi Allah. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Usman bin Affan

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَه

Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengamalkannya. (HR. al-Bukhari)

2. Mendapatkan syafaat di hari kiamat. Hal ini dijelaskan dalam kitab Shahih Muslim dari sahabat Abu Umamah al-Bahili.

3. Mendapatkan kedudukan yang tinggi di hari kiamat sesuai dengan hafalan Qurannya semasa di dunia. Dijelaskan dalam Sunan al-Tirmidzi dan Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhuma.

4. Mendapatkan mahkota kehormatan dari Allah dan orangtuanya diberikan pakaian terbaik di akhirat. Hadis riwayat Imam al-Thabarani dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.

Masih banyak lagi keutamaan yang didapat bagi para penghafal ataupun pembaca al-Quran selain daripada yang telah kami sebutkan, semuanya dapat dijumpai dalam kitab-kitab hadis maupun yang ditunjukkan di dalam al-Quran itu sendiri. Semua keutamaan tersebut didapatkan tidak lain adalah sebagai bentuk kecintaan dan keikhlasan semata-mata karena Allah. Hal ini tidak berlaku bagi orang yang menghafal dan mempelajari al-Quran dalam rangka hanya untuk mendapatkan hadiah di dalamnya atau sekedar untuk membesarkan namanya. Hal ini merupakan perbuatan yang sangat tercela dan sangat dibenci oleh Allah.

Bahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah disebutkan bahwasanya ada 3 golongan yang pertama kali masuk neraka dan salah satu di antaranya adalah orang yang ahli dalam Quran namun orientasinya adalah untuk mendapatkan nama di antara manusia bukan karena Allah. Hadis tersebut mengandung ancaman yang nyata bagi setiap penghafal Quran yang orientasinya hanya untuk kebutuhan dunia belaka bukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah.

Problematika MTQ

Tidak asing lagi di antara kita terutama kalangan santri dengan sebuah ajang perlombaan seputar al-Quran, seperti Tilawah, Tartil, Hifzhil/Hafalan, Tafsir Qiraat, Fahmil, Syarhil bahkan Makalah al-Quran.

Tidak bisa dipungkiri bahwasanya ajang MTQ ini telah menumbuhkan semangat yang tinggi dalam mempelajari al-Quran serta telah melahirkan banyak para huffaz, qurro’, bahkan para mufassir. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat positif dalam rangka menumbuhkan semangat para muslim dalam rangka mempelajari al-Quran. Ini juga merupakan salah satu upaya menggemakan al-Quran ke seluruh penjuru dunia atau bahkan ke pelosok pelosok daerah. Hal ini merupakan salah satu implikasi dari firman Allah surah al-Fath: 28, al-Taubah: 33, al-Shaff: 9 …ليظهره على الدين كله… untuk menzahirkan atau menggemakan agama Allah ke seluruh alam. MTQ juga merupakan sesuatu yang berangkat dari firman Allah Q.S al Baqarah : 148 yaitu

وَلِكُلࣲّ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّیهَاۖ فَٱسۡتَبِقُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ ٰ⁠تِ…

Ayat tersebut merupakan peeintah Aah kepada kita untuk senantiasa berlomba dalam hal kebaikan.

Meskipun ada sebagian kelompok yang tidak menganjurkan atau bahkan ada yang mengharamkan diadakannya acara ini, banyak sekali sisi positif yang dapat diambil dari pelaksanaan MTQ.

Niat yang Melenceng

Namun sayangnya seiring berjalannya waktu, banyak para penggiat MTQ ini yang melenceng dari tujuan awal diadakannya perhelatan ini. Mereka menghafal dan mempelajari al-Quran hanya ketika waktu akan diadakannya acara tersebut, namun hari-hari selainnya mereka meninggalkannya bahkan mengabaikannya. Selain itu, tidak sedikit di antara mereka yang mengikuti ajang tersebut hanya dalam rangka untuk mendapatkan hadiah yang ada di dalamnya atau hanya sekedar untuk dikenal banyak orang. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat dibenci dan dilaknat oleh Allah.

Dalam kitab al-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran karya Imam al-Nawawi halaman 31, dinyatakan bahwasanya sangat tercela orang yang menjadikan al-Quran sebagai penghasilan hidupnya, atau menghafalkan al-Quran semata-mata hanya untuk mendapatkan sesuatu selain dari tujuan mendekatkan diri pada Allah. Disebutkan suatu hadis riwayat Imam Ahmad dari sahabat Abdurrahman bin Syibli

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، وَلَا تَأْكُلُوا بِهِ، وَلَا تَجْفُوا عَنْهُ، وَلَا تَغْلُوا فِيهِ

Bacalah al-Quran. Janganlah kalian (mencari) makan dengannya, janganlah kalian menjauhinya, dan jangan pula kalian bersikap berlebihan terhadapnya.

Penyimpangan Pengamalan Ibadah

Berdasarkan pengamatan kami, tidak jarang para peserta yang mengikuti MTQ sering melalaikan ibadah salat atau ibadah lainnya, terutama setelah mereka tampil dalam perlombaan, mereka terkesan sangat berleha-leha dan keluyuran tidak jelas.

Sebelum penampilan, mereka sepenuh hati mempelajari dan menghafal al-Quran, namun setelahnya mereka tinggalkan begitu saja. Hal ini sangat disayangkan, karena melenceng dari visi awal diadakannya acara tersebut yaitu supaya semakin mendekatkan diri kepada Allah, namun mereka pada kenyataannya semakin jauh dari Allah.

Dalam kasus yang lain, ada sebagian orang yang mengikuti MTQ pada awalnya semata-mata hanya untuk semakin giat mempelajari dan menghafal al-Quran, namun ketika dia mendapatkan kemenangan, selanjutnya diberi hadiah yang banyak, kemudian dikenal banyak orang sebagai seseorang yang alim, pada akhirnya dia terjerumus dan menjadikan al-Quran sebagai ladang usahanya dan semakin ketagihan mengikuti perlombaan, bukan dalam rangka belajar namun mencari kepuasan duniawi belaka. Hal ini juga merupakan sesuatu gang sangat bahaya dan harus kita hindari.

Tajdid al-Niyyat (Memperbarui Niat)

Dari penjelasan penjelasan di atas, hal yang harus kita tanamkan pertama kali ketika ingin mempelajari al-Quran atau menghafalnya adalah bahwasanya tujuan dari menghafal Quran adalah bukan untuk diperlombakan, namun tujuan hakiki dari menghafal Quran adalah supaya al-Quran semakin mudah membimbing kita dalam kehidupan serta menjaga kita dari segala yang dilarang Allah. Al-Quran menjadi pedoman dalam setiap perbuatan kita karena Quran telah ada dalam diri kita. Misalnya ketika kita hendak melihat maka karena kita menghafal surah al-Nur ayat 29-30 …قل للمؤمنين يغضوا من ابصارهم otomatis kita akan senantiasa menjaga pandangan dari yang dilarang Allah. Atau ketika kita berbicara, karena kita menghafal surah al-Ahzab : 70 قولوا قولا سديدا… maka otomatis lidah kita tidak akan mengatakan kecuali yang baik. Jadi, al-Quran sebagai petunjuk untuk setiap aktivitas yang kita lakukan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah MTQ merupakan suatu budaya yang baik sekalipun tidak diwajibkan, namun tidak juga dilarang. Tinggal dikaji mana yang lebih besar manfaatnya atau madaratnya. Jika dikhawatirkan akan menjerumuskan pada sesuatu yang dibenci Allah maka hendaknya ditinggalkan, namun sebaiknya jika dianggap dapat menjadi pendorong dan motivasi dalam mempelajari al-Quran maka hal tersebut pasti akan mendapatkan kebaikan di sisi Allah. Tetaplah berlomba-lomba dalam kebaikan.

Similar Posts