Nama Cerminan Isi Kitab Hadis Imam al-Tirmidzi
Majalahnabawi.com – Menyebut nama kitab ada yang diawali Sunan ataupun Jami’ lalu Sunan al-Tirmidzi. Kenapa disebut sunan? dan ada pula yang mengawali penyebutan sebagai Jami’ al-Tirmidzi. Sebagian pembaca tentu bertanya-tanya tentang alasan perbedaan penyebutan kedua istilah ini dan artkel ini akan memberi jawabannya.
Bagi kitab Sunan al-Tirmidzi memuat hadis-hadis dengan bab-bab fikih, sedangkan Jami’ al-Tirmidzi karena juga memuat hadis-hadis dengan bab-bab manaqib, tafsir, iman, surga-neraka-akhirat, dan lain-lain. Kemudian jika ada yang menyebut al-Jami’ al-Sahih li al-Imam al-Tirmidzi? Benarkah, kitab ini hanya berisi hadis-hadis sahih?
Penyebutan Sahih
Sahih al-Bukhari dan Muslim saja, beberapa hadisnya ada yang dikritik, tapi banyak pula yang membela. Jika sahih-tidaknya suatu hadis adalah ijtihad, setidaknya Imam al-Bukhari dan Imam Muslim menamai kitabnya sebagai al-Sahih. Hasil ijtihad beliau berdua adalah bahwa hadis-hadis yang beliau masukkan dalam kitabnya adalah hadis-hadis sahih.
Perdebatan Penyebutan Sahih atau Tidaknya
Namun, bagaimana dengan Imam al-Tirmidzi, apakah beliau juga memaksudkan hal yang sama: hanya memasukkan hadis-hadis sahih dalam kitabnya?
Bagaimana dengan komentar beliau di banyak bagian setelah menyebutkan hadis: “ini adalah hadis hasan.” Bahkan, tidak sedikit pula komentar beliau bertuliskan: “ini hadis gharib (asing). Kami tidak mengenalnya kecuali dari si polan.
Si polan ini dibicarakan oleh para ahli hadis. ”Bukankah menyebut kitab Imam al-Tirmidzi dengan al-Jami’ al-Sahih akan bertentang dengan isi dan tulisan-tulisan Imam al-Tirmizi sendiri? Lantas, tertarikkah anda untuk menelusuri apa sebenarnya nama kitab hadisnya Imam al-Tirmidzi ini?
Menurut Konfusius
Menurut Konfusius, setidaknya ada tiga jalan untuk mendapatkan pengetahuan atau kebijaksanaan. Satu jalan di antaranya mudah, satu lagi berat dan sulit, dan yang terakhir pahit dan cukup menyakitkan.
Jalan yang pahit adalah dengan pengalaman. Mungkin patah hati itu pahit dan sakit, namun setelahnya akan muncul kebijaksanaan dan pengetahuan baru. Mungkin memikirkan desain salindia yang bagus untuk presentasi itu sulit, namun kebijaksanaan dan pengetahuan baru akan didapatkan. Yang mudah adalah ambil templat yang sudah ada, tinggal ganti beberapa. Daripada sulit-sulit dan sakit-sakit, jalan yang mudah ada, kenapa tidak?
Saya ulang pertanyaannya. Lantas, tertarikkah anda untuk menelusuri apa sebenarnya nama kitab hadisnya Imam al-Tirmidzi?
Tak perlu repot-repot. Ada seorang alim, ilmuan, ulama, intelek yang telah melakukannya. Beliau editor (muhaqqiq) banyak kitab hadis dan ilmu hadis. Beliau adalah di antara yang dikagumi oleh guru kita Ustaz Andi Rahman.
Al-Syekh Abdul Fattah Abu Guddah telah menuliskan hasil penelurusannya yang teliti terkait nama kitabnya Imam al-Tirmidzi disertai bukti-bukti manuskrip dan argumentasi. Di antara manuskrip beliau dapatkan dari gurunya guru guru kita, Prof. M.M. A’zami, Ph.D.
Tidak hanya nama kitab Imam al-Tirimidzi, namun juga nama Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Judul tulisan beliau adalah Tahqiq Asmai al-Sahihain wa Ism Jami’ al-Tirmidzi (Penetapan Kebenaran dengan Bukti untuk Nama Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, dan Jami’ al-Tirmidzi). Hasilnya adalah …
Sahih dalam Kitab Klasik
Al-Jami’ al-Mukhtasar min al-Sunan ‘an Rasulillah Sallallahu ‘Alaih wa Sallam wa Ma’rifat al-Sahih wa al-Ma’lul wa Ma ‘Alaih al-‘Amal (Kumpulan yang Ringkas tentang Sunah-Sunah yang Berasal dari Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam serta mengenal yang Sahih dan yang Cacat dan yang Bisa Diamalkan).
Nama ini cocok dengan isinya. “Man qala fi Al-Qur’an bi ra’yih fa ashaba faqad akhta’ (seseorang yang berbicara tentang al-Quran hanya dengan opininya sendiri, meskipun dia benar, dia salah).” Setelah mengutip hadis ini, al-Tirmidzi menuliskan komentar, “ini hadis asing.”
Sebagian ahli hadis telah membicarakan (kelemahan) Suhail bin Abi Hazm (di antara rawi hadis tersebut). Dan, begitulah diriwayatkan dari sebagian ahli ilmu dari para sahabat Nabi sallallahu alaihi wasallam dan selain mereka.
Mereka cukup ketat terkait ini; menafsirkan al-Quran tanpa ilmu. Adapun tafsir yang diriwayatkan dari Mujahid, Qatadah, dan lainnya dari para ahli ilmu bahwa mereka menafsirkan al-Quran, maka tak ada sangkaan terhadap mereka bahwa mereka bicara atau menafsirkan al-Quran tanpa ilmu, atau hanya dari diri mereka sendiri.
Dan, telah diriwayatkan dari mereka apa yang menunjukkan terhadap apa yang telah kami katakan, bahwa mereka tidak bicara hanya dari nafsu mereka sendiri, atau tanpa ilmu.”
Paling Sesuai
Komentar ini hanya contoh. Dan, komentar-komentar yang lain akan tercermin dalam nama “wa Ma’rifat al-Sahih wa al-Ma’lul wa Ma ‘Alaih al-‘Amal”. Memang, kata Gibran, apalah arti sebuah nama.
Mawar tetaplah harum meskipun tidak disebut mawar. Namun dalam hal ini, nama adalah cerminan isi. Pesantren ini dinamai Darus-Sunnah sebagai tempat mengaji, mengkaji, dan menjalankan sunah-sunah Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu juga dengan al-Jami’ al-Mukhtasar min al-Sunan ‘an Rasulillah Sallallah ‘Alaih wa Sallam wa Ma’rifat al-Sahih wa al-Ma’lul wa Ma ‘Alaih al-‘Amal.