Nasihat Imam Nawawi: Menjomblo sebagai Kunci Sukses dalam Menuntut Ilmu
Majalahnabawi – Diakui atau tidak acapkali perjalanan dalam menuntut ilmu tak semudah yang dibayangkan. Banyak onak duri dan cobaan yang akan dihadapi. Salah satu cobaan seringkali dihadapi pencari ilmu saat ini adalah hubungan asmara, baik berencana menikah atau hanya sekedar ta’arufan.
Meskipun hubungan asmara seringkali dianggap sebagai hal yang wajar dari kehidupan, ada banyak dampak negatif yang perlu dipertimbangkan, terutama bagi mereka yang sedang fokus mencari ilmu.
Hubungan asmara, meskipun memberikan kebahagiaan emosional, bisa menjadi sumber gangguan yang signifikan dalam proses belajar. Perhatian dan waktu yang tercurah untuk hubungan sering kali mengalihkan fokus kita dari studi. Tekanan untuk memenuhi harapan pasangan atau konflik dalam hubungan bisa menambah stres dan mengurangi produktivitas akademik. Selain itu, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar sering kali terbagi antara menemui pasangan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Tak pelak Imam Nawawi dalam kitabnya Al Majmu’ Syarh Muhadzab beliau memberi nasihat kepada para pencari ilmu agar sebaiknya melajang (menjomblo) jikalau masih fokus dalam mencari ilmu, sebab dengan begitu proses pencarian ilmu lebih maksimal dan pastinya berakhir dengan hasil yang memuaskan.
وَقَالَ الْخَطِيبُ الْبَغْدَادِيُّ فِي كِتَابِهِ الْجَامِعُ لِآدَابِ الرَّاوِي وَالسَّامِعِ يُسْتَحَبُّ لِلطَّالِبِ أَنْ يَكُونَ عَزَبًا مَا أَمْكَنَهُ لِئَلَّا يَقْطَعَهُ الِاشْتِغَالُ بِحُقُوقِ الزَّوْجَةِ وَالِاهْتِمَامِ بِالْمَعِيشَةِ عَنْ إكْمَالِ طَلَبِ الْعِلْمِ
“Bagi para pencari ilmu sebisa mungkin, disunnahkan untuk melajang (jomblo). Dengan tujuan supaya ia bisa fokus untuk mengkaji ilmu. Supaya ia tidak disibukkan dengan urusan dunia, mengurusi istri misalnya.”
Bahkan, pernyataan Imam Nawawi di atas didukung oleh sebuah hadis riwayat Abu Ya’la berikut;
وَاحْتَجَّ بِحَدِيثِ: خَيْرُكُمْ بعد المائتين خفيف الْحَاذِ وَهُوَ الَّذِي لَا أَهْلَ لَهُ وَلَا وَلَدَ
“Sebaik-baik di antara kalian setelah kurun dua hijriah adalah ia yang melajang.” (HR. Abu Ya’la di dalam kitab Musnad).
Anjuran Imam Nawawi terkait melajang bagi para pencari ilmu beliau pertegas lagi dengan tanggapan beliau sendiri;
(قُلْتُ) هَذَا كُلُّهُ مُوَافِقٌ لِمَذْهَبِنَا فَإِنَّ مَذْهَبَنَا أَنَّ مَنْ لَمْ يَحْتَجْ إلَى النِّكَاحِ اُسْتُحِبَّ لَهُ تَرْكُهُ وَكَذَا إنْ احْتَاجَ وعجز عَنْ مُؤْنَتِهِ
“Aku berkata, semua penjelasan di atas (perihal anjuran melajang) sesuai dengan ketentuan mazhab Imam Syafii. Jelas, bahwa orang yang tidak ingin nikah, dianjurkan melajang. Begitu juga, ketika ingin nikah, namun tidak mampu, juga dianjurkan melajang.”
Akhir kata pilihan untuk menjomblo adalah sebuah langkah strategis meraih kesuksesan dalam menuntut ilmu. Bukankah ada maqalah mengatakan
والعلم لا يعطيك بعضه إلا إذا أعطيته كلك فإذا أعطيته بعضك لم يعطيك شيئ
“Ilmu tidak akan memberikan manfaat penuh kepadamu kecuali jika kamu memberikannya seluruh perhatian dan usaha kamu. Jika kamu hanya memberikan sebagian dari dirimu, ilmu juga tidak akan memberikan hasil yang maksimal.”
Oleh karena itu dedikasi total dalam menuntut ilmu sangatlah penting sebab untuk mendapatkan manfaat dan pengetahuan yang maksimal dari belajar, seseorang harus memberikan seluruh perhatian, waktu, dan usaha.
Jika hanya memberikan sedikit usaha atau kurang fokus, hasil yang diperoleh dari ilmu tersebut akan sangat terbatas. Dengan kata lain, untuk mencapai pemahaman dan pencapaian yang optimal, kita perlu berkomitmen sepenuhnya pada proses belajar.
Demikian semoga bermanfaat wallahu a’lam bissawab.