Nasehat Penting Imam al-Ghazali Bagi Pemuda yang Sedang Mencari Jodoh
Majalahnabawi.com – Bagi banyak pemuda Gen Z, memilih pasangan hidup bukanlah hal yang mudah. Apalagi di zaman sekarang, banyak pilihan yang dimiliki pemuda Gen Z, mulai dari media sosial hingga pertemuan langsung. Banyak pemuda merasa galau saat dihadapkan dengan berbagai tipe wanita, dari yang cantik secara fisik, punya karir bagus, hingga yang memiliki kepribadian menarik.
Kebingungan ini seringkali membuat pemuda ragu, bahkan takut salah memilih. Mereka khawatir apakah pasangan yang dipilih bisa mendukung mereka dalam jangka panjang atau hanya sekadar cocok di awal. Standar kriteria yang biasanya banyak dipakai para pemuda untuk mencari jodoh adalah hadis Rasulullah Saw perihal 4 kriteria wanita (kaya, cantik, nasab dan agama).
Namun mencari wanita dengan 4 kriteria sempurna bukanlah hal yang mudah, bagai mencari jarum ditumpukan jerami, sangat sulit sekali.
Tak perlu khawatir, Imam al-Ghazali dalam magnum opusnya Ihya Ulumudin menawarkan beberapa nasehat terkait memilih wanita untuk dijadikan pasangan hidup. Beliau menyarankan agar menghindari menikahi wanita yang memiliki beberapa kriteria berikut. Beliau memaparkannya dengan menukil syair arab:
لا تَنكِحوا من النِّساءِ سِتَّة: لا أَنَّانَةٌ، ولا مَنَّانَةٌ، ولا حَنَّانَةٌ، ولا تَنكِحوا حَدَّاقَةٌ، ولا بَرَّاقَةٌ، ولا شَدَّاقَةٌ
“Jangan menikahi enam tipe wanita: wanita yang sering mengeluh, yang selalu mengungkit kebaikannya, yang masih merindukan orang lain atau masa lalunya, wanita yang terlalu banyak melihat dan menginginkan sesuatu, yang terlalu fokus pada penampilan atau sering menyendiri saat makan, dan yang terlalu banyak bicara.”
Enam Kriteria Wanita Menurut Imam al-Ghazali
Lebih lanjut Imam al-Ghazali menjelaskan secara rinci terkait 6 kriteria wanita yang tidak layak untuk dinikahi sebagi berikut;
- Ananah (wanita yang suka mengeluh)
Wanita yang sering mengeluh dan merintih, serta selalu mengikat kepalanya seakan-akan sakit setiap saat. Menikahi wanita yang selalu sakit-sakitan atau berpura-pura sakit akan banyak menimbulkan mudarat. Sebab akan membuat suasana rumah tangga penuh dengan keluhan dan suasana tidak nyaman. Ini sangat melenceng dengan spirit pernikahan yang bertujuan menciptakan sakinah (ketentraman) sebagaimana firman Allah Swt berikut;
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
2. Mananah (wanita yang suka mengungkit kebaikan)
Wanita yang selalu mengungkit-ungkit kebaikan yang telah ia lakukan untuk suaminya. Wanita yang memiliki sifat ini ia akan sering berkata, “Aku melakukan ini dan itu untukmu.” Padahal selain mengungkit kebaikan adalah larangan Allah mengungkit kebaikan dalam hubungan suami-istri sama dengan merusak ikatan cinta kasih yang seharusnya didasari keikhlasan dan saling memberi tanpa pamrih.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebut pemberian itu dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264)
3. Hananah (wanita yang masih merindukan masa lalu)
Wanita yang masih merindukan suami atau pasangan sebelumnya, atau merindukan anaknya dari pernikahan sebelumnya. Ini adalah sifat yang perlu dihindari dalam memilih pasangan. Memang tak ada salahnya merindukan kenangan indah masa lalu, namun bila hal tersebut dapat berdampak pada keharmonisan bahtera rumah tangga sebaiknya dihindari.
4. Haddaqah (wanita yang selalu ingin sesuatu)
Wanita yang matanya selalu tertuju pada semua yang dia lihat, kemudian menginginkan barang tersebut dan memaksa suaminya untuk membelinya. Wanita dengan kriteria ini akan membuat ekonomi keluarga berantakan, sebab ia tak bisa mengatur dan membedakan antara membeli barang untuk kebutuhan atau hanya berlandaskan keinginan semata. Padahal Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk selalu merasa cukup dengan apa yang ia miliki Rasulullah Saw bersabda:
لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kekayaan sebenarnya adalah hati yang merasa cukup.” (HR. Bukhari)
5. Barrāqah (wanita yang fokus pada penampilan atau makan sendiri)
Wanita yang memiliki dua kemungkinan sifat:
Pertama, wanita yang sepanjang hari sibuk mempercantik wajahnya agar terlihat bersinar dengan make-up dan hiasan.
Kedua, wanita yang marah pada makanan dan hanya makan sendirian serta selalu merasa kurang puas dengan porsi yang diberikan.
6. Shaddaqah (wanita yang terlalu banyak bicara)
Wanita yang terlalu banyak bicara dan mengumbar kata-kata tanpa kontrol. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah membenci orang yang banyak bicara dan berlebihan dalam pembicaraan”. Selain itu Wanita yang banyak bicara cenderung tidak bisa menjaga rahasia dan sering kali menciptakan masalah dengan perkataannya.
Itulah nasehat Imam Ghazali terkait tipe wanita yang sebaiknya dihindari oleh para pemuda yang sedang mencari jodoh, Namun tak dapat dipungkiri pasti ada pemuda yang berpikir untuk memilih wanita dengan akhlak yang kurang baik, dengan niat untuk mendidiknya menjadi lebih baik. Meskipun niat ini terkesan mulia, perlu diingat bahwa membina keluarga bukanlah hal yang mudah. Proses mendidik seseorang untuk berubah bisa sangat sulit dan penuh tantangan.
Seperti halnya seorang petani yang memilih ladang untuk ditanami, bukankah lebih bijak memilih tanah yang subur daripada bersusah payah menghidupkan lahan yang rusak? Karena itu, jika ada wanita yang sudah memiliki akhlak yang baik dan agama yang kuat, mengapa kita tidak memprioritaskannya? Dengan memilih pasangan yang sudah memiliki dasar keimanan dan akhlak yang baik, kita akan lebih mudah membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.