Nasionalisme Papua
Tanggal 9 April dan 9 Juli 2014 yang lalu, Indonesia sukses menggelar pesta demokrasi dengan baik. Pesta rakyat yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali ini diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia di berbagai daerah. Tak terkecuali ujung timur Indonesia, Papua, yang juga tidak kalah antusiasnya dalam mengikuti hajatan besar bangsa, Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) Republik Indonesia.
Banyak orang mengira Papua ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahkan saat mendengar nama Papua, mungkin yang langsung tergambar dalam pikiran kita adalah Papua merdeka dan ingin lepas dari NKRI. Benarkah demikian? Jawabannya adalah iya dan tidak. Iya karena memang sebagian mereka ingin mendirikan negara baru sebagai respon atas ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan Indonesia yang korup. Akibatnya ada sebagian mereka yang menentang dan memberontak menginginkan keadilan serta kesejahteraan yang dijanjikan.
Tidak, karena sampai saat ini Papua tetap menjadi bagian dari NKRI, dan hal ini bukan tanpa alasan. Sebab secara umum rakyat Papua tidak ingin memisahkan diri dari Indonesia dan tetap menjadi bagian NKRI. Oleh sebab itu rakyat Papua sangat antusias mengikuti Pemilu dan Pilpres RI 2014 ini.
Merah Putih Papua
Peringatan hari Kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus menjadi simbol pemersatu bangsa. Di setiap daerah, semua lapisan masyarakat turut larut dalam HUT kemerdekaan Indonesia. Menu acara yang disajikan cukup beragam dan bertingkat, mulai dari level anak-anak, muda-mudi, siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi, orang-orang tua, ataupun lainnya.
Semua khidmat, merasa senang dan bangga mengikuti HUT RI. Mulai dari ujung timur hingga barat, tanpa terkecuali Papua juga dengan sangat antusias dan gembira memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Khusus Papua, kami menyaksikan langsung betapa antusiasnya masyarakat Papua saat merayakan hari kemerdekaan Indonesia tersebut.
Tepat di bulan Agustus beberapa waktu lalu, kami berdakwah di Raja Ampat, Papua Barat. Pada kesempatan itu, spanduk-spanduk yang berisi semangat dan semarak HUT RI bertebaran di mana-mana. Tanpa terkecuali spanduk-spanduk yang bertuliskan Papua menjaga kesatuan Republik Indonesia juga banyak kami temui. Hal ini membuat kami takjub, sebab ternyata peringatan 17 Agustusan di Papua tidak kalah semaraknya dari daerah-daerah lain. Bahkan bisa dikatakan menurut kami peringatan di Papua lebih semarak.
Ketakjuban ini akhirnya kami sampaikan kepada beberapa warga. Kami merasa sangat perlu untuk menyampaikan hal tersebut sebagai bentuk kekaguman kami terhadap semangat mereka yang sangat mencintai bangsanya, Indonesia. Untuk itu, seorang tokoh masyarakat setempat berkata kepada kami; “Ustadz, beginilah Papua yang sebenarnya. Rakyat Papua sangat mencintai Indonesia. NKRI adalah harga mati. Mengenai perayaan hari 17 Agustus tidak hanya semarak di Raja Ampat saja, akan tetapi juga sangat semarak di seluruh kawasan Papua, mereka sangat bersemangat merayakannya.” Begitulah tutur seorang tokoh setempat kepada kami dengan semangat menggebu-gebu.
Maka saat hari 17 Agustus bahkan sebelum tanggal tersebut, bendera merah putih dikibarkan di mana-mana. Sebab bagi mereka merah putih menjadi lambang persatuan, kesatuan, dan kecintaan mereka terhadap Indonesia. Merah menjadi darah mereka, putih menjadi tulang mereka, dan merah putih menyatu dalam diri mereka.
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Tanpa bahasa ini, kesatuan Indonesia menjadi NKRI akan mendapatkan jalan terjal yang lebih sulit. Sebab Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki banyak budaya, suku dan bahasa. Maka adanya bahasa pemersatu dalam ragam suku, budaya dan bahasa adalah suatu kebutuhan mutlak yang tidak dapat dihindari. Sebab bahasa tidak hanya dapat menjaga keutuhan persatuan, namun juga dapat menjadi solusi dari perbedaan-perbedaan yang ada. Bahasa adalah simbol persatuan dan kesatuan.
Oleh karena itu, bahasa Indonesia memiliki peranan besar dalam menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa ini. Siapapun tidak perlu khawatir saat berada di wilayah teritorial yang berbeda. Sebab bahasa Indonesia dapat menghapus semua sekat perbedaan itu, dan siapapun dapat dengan mudah berkomunikasi dan menjalin hubungan baik tanpa memandang suku, etnis, budaya dan bahasa sekalipun.
Sayangnya, jika kita perhatikan di banyak daerah, jumlah penduduk Indonesia yang tidak bisa berbahasa Indonesia tidak terhitung berapa banyaknya. Seperti di daerah-daerah terpencil Jawa, Sunda, Sumatra, dan daerah lainnya. Banyak di antara mereka yang hanya bisa bahasa daerah mereka saja. Bahkan ada yang tidak tahu sama sekali bahasa Indonesia. Inilah yang terjadi meski itu sungguh sangat ironis mengingat bahasa Indonesia adalah bahasa kesatuan Republik Indonesia. Karenanya tak jarang adanya konflik yang terjadi di Indonesia salah satunya dipicu oleh perbedaan bahasa. Di sinilah bahasa Indonesia bisa menjadi negosiator dan pelerai konflik tersebut.
Namun hal tersebut tidak berlaku di Papua. Sebab bisa dipastikan seluruh penduduk Papua sangat lancar berbahasa Indonesia, hatta di daerah-daerah yang sangat terpencil sekalipun mereka bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan sangat baik. Salah seorang tokoh adat masyarakat Raja Ampat berkata kepada kami; Ustadz tidak usah khawatir, semua orang Papua bisa berbahasa Indonesia. Perkataan ini benar adanya. Sebab selama berdakwah di Raja Ampat, kami sedikitpun tidak mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan dakwah dan berkomunikasi dengan masyarakat.
Peran Pendatang
Saat ini, Papua sebenarnya sudah semakin dipenuhi oleh banyak pendatang. Para perantau berdatangan dari berbagai daerah, mulai dari Jawa, Sunda, Sumatera, Madura, dan lainnya. Semua berdatangan untuk mengadu nasib di bumi Cendrawasih. Karenanya hampir 50% atau lebih penduduk Papua saat ini diisi oleh para pendatang.
Banyaknya pendatang ini juga sangat berpengaruh terhadap integritas bangsa Indonesia.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh dari banyak perantau di Papua. Pertama, para perantau di Papua tidak hanya sekedar mencari nafkah saja, sebab disadari atau tidak, sedikit banyak keberadaan di tengah masyarakat pribumi Papua membentuk nasionalisme dalam diri masyarakat Papua.
Kedua, banyaknya pendatang di pemerintahan Papua juga berperan besar dalam menyeimbangkan integritas bangsa Indonesia. Ketiga, interaksi para perantau dengan penduduk pribumi dapat menghilangkan semua sekat perbedaan. Sehingga akhirnya dengan hal tersebut, tidak ada lagi perbedaan warna kulit, budaya, suku, agama, maupun yang lainnya. Sebab mereka semua adalah sama, merah darah mereka dan putih tulang mereka. Merah putih menyatu dalam diri mereka.
Indonesia Merdeka! ***