Pengamalan Hadis Dhoif dalam Kehidupan
Majalahnabawi.com – Allah Swt menciptakan manusia tak lain untuk beribadah kepada-Nya. Tentunya dalam perjalanan ibadah tidak bisa kita kreasikan sendiri cara-caranya. Karena agama itu harus Ittisal yaitu bersambung dan sesuai dengan ketentuan yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya baik melalui Al-Quran maupun hadis.
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al-Hasyr: 07)
Berfokus pada pembahasan hadis yang sudah tak asing lagi bagi kebanyakan orang terlebih masyarakat Indonesia yang mayoritas agamanya Islam. Banyak sekali hadis yang dikutip, dibacakan, dan disebarkan luaskan tanpa menyertakan status kualitas dari hadis tersebut. Sehingga dalam konteks pengamalannya seakan campur aduk. Sebelum lebih jauh, penting bagi kita untuk mengerti apa itu hadis dan pembagiannya.
Pengertian Hadis dan Pembagiannya
Hadis menurut bahasa artinya baru (Hadats). Sedangkan menurut istilah hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya. [Terjemah mabahaist fii ulumul hadist-Manna Al-Qatthan]- [Pengantar Studi Hadist- Mifdhol Abdurrahman]
Jadi sesuatu yang bersandar kepada nabi maka itu adalah hadis. Dalam klasifikasinya, hadis terbagi menjadi beberapa macam. [Ilmu Hadist –Munzier Suparta]
Dari aspek kuantitasnya;
a. Mutawatir (diriwayatkan >10 perawi)
b. Ahad (diriwayatkan oleh tidak lebih dari 3 perawi)
Dari aspek kualitasnya;
a. Hadist Shahih (Kuat/Kompatibel)
b. Hadist Hasan (Cukup Kuat)
c. Hadist Dhoif (Lemah)
Jika kita melihat dari pembagian hadis maka ada beberapa kategori dan tingkatan dari hadis-hadis itu sendiri. Tidaklah benar bila kita hanya sekedar mengutip hadis tanpa mengetahui kategori hadis tersebut karena ada batasan dalam penggunaan hadis. Misalnya penggunaan hadist dhoif yang masih terjadi ikhtilaf di antara para ulama terkait pengamalannya.
Tentunya timbul pertanyaan mengapa kita tidak boleh sembarangan menggunakan hadis dhoif. Dilansir dari jurnal [Ushul Tafsir hadist – Shintalia] kelemahan hadis ini karena sanad dan matannya tidak memenuhi kriteria hadis kuat yang diterima sebagai hujjah. Misalnya sanadnya tidak bersambung (muttasshil). Para perawinya tidak adil dan tidak dhabith, terjadi keganjilan baik dalam sanad atau matan (syadz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (‘Illat) pada sanad atau matan.
Pengamalan Hadis Dhoif
Dalam aplikasinya di masyarakat, pengamalan hadis-hadis dhoif tidak terelakkan, baik dalam masalah ibadah mahdhoh maupun dalam ibadah ghair mahdhoh. Salah satu contoh ibadah mahdhoh adalah tentang keutamaan dalam ibadah shaum (puasa). Di lapangan, banyak kaum muslimin yang melaksanakan peribadatan tanpa lebih dahulu mengkajinya. Hal ini berdasasarkan para ulama yang melakukan peribadatan, yang dalam ilınu Hadis termasuk hadits dhoif. Namun karena para ulama juga mengamalkan hadis dhoif tersebut, maka mayoritas kaum muslimin mengikutinya dengan tidak ada penelitian terlebih dahulu. [Hukum Pengamalan Hadis Dhoif untuk Keutamaan Beramal-Hudori]
Jumhur ulama memperbolehkan meriwayatkan hadis dhoif dengan dua syarat, yaitu:
- Tidak berhubungan dengan keyakinan,tauhid, dan akidah seperti sifat-sifat Allah.
- Tidak berkaitan dengan hukum syara’ yang seperti halal dan haram. Tetapi berkaitan dengan masalah peringatan dan nasehat, targhih wa tarhib (hadis-hadis tentang ancaman dan janji), kisah-kisah dan lain-lain. [Hadist Dho’if Dan Hukum Pengamalannya-Ahmad Farih Zaky]
Kesimpulannya, penggunaan hadis dhoif dalam kehidupan sehari-hari itu sah-sah saja jika tidak berkaitan dengan akidah dan hukum syara’. Sebagaimana kita menggunakannya dalam bentuk motivasi beribadah seperti fadhailul ‘amal. Bila kita boleh menggunakan motivasi dari non-muslim maka tentunya kita bisa juga menggunakan nasehat dari orang muslim supaya ibadah kita menjadi lebih semangat.