Penjelasan Hadits Arbain Part-40; Menjadi Pengembara di Dunia
Majalahnabawi.com – Berikut hadist berkenaan dengan menjadi pengembara di dunia.
بسم الله الرحمن الرحيم
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال, أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بِمَنكِبَيّ فقال: “كُنْ فِيْ الدُّنيا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ“. وكان ابن عمر رضي الله عنهما يقول, “إذا أمْسيتَ فلا تنْتظِر الصباح, وإذا أصْبَحْتَ فلا تنتظر المساء, وخُذْ مِن صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ, ومِن حياتك لموتك”. رواه البخاريّ
Artinya: Dari Ibnu Umar Ra. berkata, Rasulullah Saw pernah memegang kedua pundakku lalu bersabda: “Jadilah Kamu di dunia seolah-olah Kau orang asing atau pengembara”.
Ibnu Umar berkata, “Saat Kau ada di waktu sore maka jangan menunggu pagi. Saat Engkau di waktu pagi maka jangan menunggu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu. Gunakanlah masa hidupmu untuk matimu”. Riwayat al-Bukhari
Orang Asing
Dunia yang kita tinggali hanya sementara. Seperti halnya kita yang tinggal juga hidup sementara. Manusia bukan penduduk asli di sini. Bukan pula penduduk permanen. Karena tempat kita, dunia saat ini, bukanlah alam yang abadi. Realitas yang kita rasakan dan kita alami bersama, bukan satu-satunya realitas. Kita hanya bagian dari proses masing-masing menuju tujuan masing-masing di alam akhirat nanti. Kita semua memiliki latar belakang, alur, dan ending yang berbeda. Dan kehidupan dunia hanyalah medan untuk penyelesaian proses.
Kita tidak benar-benar tinggal di sini. Kenyataan dunia saat ini hanya satu tahap untuk beberapa tahap berbeda di periode kehidupan berikutnya. Maka hiduplah sebagai orang asing. Yakni hidup tidak terlalu berambisi dengan apapun isi dunia. Tidak terlena dengan kenikmatan apapun di dunia. Sebagaimana orang asing, kita tidak seharusnya melupakan tujuan utama yakni akhirat.
Penjelasan Pengembara
Kata عابر سبيل diikutkan pada غريب menggunakan perantara huruf ‘atof او (kalimat penghubung yang bermakna “atau”). Namun kalimat او di sini bermakna بل yang berarti “bahkan”. Yakni penyampaian maksud bahwa konteks pada kata yang diikutkan (Pengembara) lebih kuat daripada kata yang diikuti (Orang asing). Sehingga pemaknaan secara kontekstual bahasa kita “Jadilah … orang asing atau bahkan pengembara”.
Analogi pengembara lebih kuat dalam penyampaian maksud daripada analogi dengan orang asing. Karena orang asing bisa berdiam (mukim) dalam tempat yang sama sekali baru. Sehingga dalam beberapa waktu ia menjadi tidak asing lagi. Namun pengembara melewati semua yang ditemuinya di jalan. Walaupun ada kalanya pengembara istirahat, dia tidak bermukim di tempat istirahatnya. Ia harus melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Situasi pengembara inilah yang dimaksud untuk menggambarkan situasi manusia dalam menjalani hidup di dunia.
Wasiat Ibnu Umar ra.
Waktu adalah hal yang paling berharga dalam hidup. Banyak sesuatu yang kita sesali dan kita ingin memperbaikinya. Hanya saja, penyesalan selalu di akhir. Yang paling kita sadari bahwa kita tidak bisa mengulang waktu yang sudah dilalui. Maka gunakanlah perdetikmu dengan baik. Karena detik setelahnya tidak akan sama.
Demikian Ibnu Umar berpesan. Jangan menyia-nyiakan waktu dengan menggunakannya untuk melakukan amal baik. Jika kita berada di sore hari, dan kita ingin melakukan kebaikan, maka lakukanlah saat itu juga. Jangan menunggu pagi datang. Demikian ketika keinginan itu di waktu pagi, jangan menunda pelaksanannnya di waktu sore. Waktu terlalu berharga untu disia-siakan. Hanya saja sedikit orang yang sadar.
Bukan hanya waktu, semua kesempatan dan akses yang saat ini kita miliki gunakanlah sebaik mungkin. Kesempatan terbaik bagi kita adalah di saat sehat. Banyak hal yang tidak bisa dilakukan karena sakit, namun bisa kita lakukan selagi sehat. Adalah pilihan pintar dengan menggunakan waktu sehat untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum sakit menimpa.
Termasuk yang saat ini kita miliki adalah kehidupan. Sementara suatu saat nanti kita pasti meninggalkannya. Rencanakan kesuksesan jangka panjang. Kesuksesan bahkan di kala kita mati. Yakni dengan menggunakan hidup sebagai lahan untuk menghasilkan. Tanamlah kebaikan selama hidup untuk kemudian kita ambil buahnya di saat mati.
Secara garis besar, saya memahami pesan beliau adalah “Hargailah waktu!”