Pentingnya Meluruskan Niat Sebelum Pergi Ke Pesantren
Majalahnabawi.com – “Bila ke pesantren niatkanlah untuk mengabdi dan mengaji” itulah salah satu wasiat KHR. As’ad Syamsul Arifin (pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo) yang terkenal hingga kini. Akhir-akhir ini mondok ke pesantren sedang menjadi tren positif yang berkembang di masyarakat. Tentu ada berbagai macam alasan mengapa pesantren menjadi pilihan banyak orang untuk melanjutkan pendidikan. Semisal dorongan dari orang tua, teman yang sudah berangkat lebih dulu dan sebagainya. Bahkan mungkin sebagian dari mereka ada yang hanya berniat gaya-gayaan dan ikut-ikutan semata.
Seolah menyadari akan hal tersebut KHR. As’ad Syamsul Arifin sudah mewanti-wanti sejak dahulu dengan meluruskan, bahwa apapun alasan kalian ke pesantren, ingat! Niatkanlah untuk mengaji dan mengabdi.
Meluruskan niat sedari awal seperti ini sangatlah penting dilakukan. karena sebaik apapun amal yang kita lakukan, tidak akan bernilai positif jika disertai dengan niat yang buruk. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوّرُ بِصُورَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيَا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَّةِ مِنْ أَعْمَالِ الاَخِرَةِ, وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الاَخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَّةِ
Artinya:
“Betapa banyak perbuatan yang terlihat seperti perbuatan dunia namun menjadi perbuatan akhirat (berpahala) karena (disertai) niat yang baik, dan betapa banyak perbuatan yang terlihat seperti perbuatan akhirat namun menjadi perbuatan dunia (tidak berpahala) hanya karena niat yang buruk.”
Sedalam apapun sujudmu, takkan pernah diterima, jika tujuanmu hanya bekas hitam di dahi. Sekhusyuk apapun salatmu, takkan pernah bernilai pahala jika harapanmu hanyalah apresiasi dari orang lain. Biarlah bertahun-tahun dirimu belajar di pesantren, takkan mengalir berkah sedikitpun, jika inginmu hanya sekedar pangkat dan jabatan. Dengan kata lain, amal baik apapun -termasuk mondok- haruslah disertai dengan niat dan tujuan yang baik pula. Jika tidak maka ia hanya akan menjadi debu beterbangan yang tak bernilai sedikitpun di sisi Allah Swt.
Tiga Pilar Dalam Niat Mencari Ilmu Menurut Az-Zarnuji
Syekh Az-zarnuji dalam kitabnya Ta’lim Al-Muta’allim menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga hal yang seharusnya kita niatkan sebelum melakukan rihlah ilmiyah ke pesantren:
- Menggapai Rida Allah Swt
Karena hanya rida dan keberkahan yang membedakan pesantren dengan instansi pendidikan lainnya. Mungkin mencari ilmu tidak harus di pesantren. Masih banyak lembaga pendidikan lainnya yang mungkin lebih unggul dari pesantren. Bahkan kini hanya dengan berbaring kita bisa mengakses jutaan informasi setiap harinya, hanya dengan meng-klik layar handphone di manapun dan kapanpun. Akan tetapi ilmu yang disertai keberkahan dan rida Allah Swt, takkan pernah kita temui kecuali di lembaga seperti pondok pesantren. - Menghilangkan Kebodohan
Karena kata “bodoh” adalah sumber dari kesengsaraan. Karena bodoh ibadah bisa tidak diterima. Karena bodoh manusia bisa saling bertengkar. Karena bodoh hidup akan semakin suram sebagaimana dawuh Imam Syafi’i:
“Barang siapa enggan merasakan pahitnya mencari ilmu sesaat saja maka bersiap lah menanggung gelapnya kebodohan selama hidupnya.”
Oleh karenanya niatkan lah mencari ilmu untuk menghilangkan kebodohan, baik dari diri sendiri maupun orang lain. - Menegakkan Agama
Kita tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu tangan takdir untuk membebaskan agama kita dari keterpurukan. Kita harus berikhtiar dalam menegakkan agama dan hal tersebut tidak akan terealisasi kecuali dengan ilmu dan pengetahuan.
Niat Sebagai Bahan Refleksi Diri
Dengan meluruskan niat sejak awal kita bisa lebih mengerti tujuan dan apa sebenarnya yang ingin kita raih di pesantren. Kita tentu punya target dan tujuan masing-masing yang ingin kita raih di pesantren. semisal lulus ujian, prestasi yang gemilang, atau diterima dalam sebuah lembaga prestisius di pesantren. Dan tentunya ada saat di mana kita gagal dan tidak bisa meraih target-target tersebut. Semisal tidak lulus ujian, atau kita gagal diterima di lembaga yang kita inginkan.
Ketika hal seperti itu terjadi, terkadang akan membawa perasaan negatif pada diri kita. Seperti membuat mentalitas kita menjadi menurun, semangat berkurang, tidak kerasan di pesantren dan hal negatif lainnya. Nah, dengan meluruskan niat kita sedari awal, kita bisa lebih mengerti bahwa apapun yang terjadi, kita tidak boleh lupa bahwa kita pergi tidak lain adalah untuk menghilangkan kebodohan. Dan itu tetap harus kita lakukan apapun yang terjadi dan di manapun kita berada.
Karena di manapun posisi kita di pesantren, sejatinya berada di dalamnya merupakan pengalaman yang sangat berharga. Dan ketahuilah bahwa ilmu tak hanya ada pada kitab dan buku. Pengalaman juga adalah ilmu yang berharga, bukankah guru terbaik dalam hidup adalah pengalaman?
Oleh karenanya meluruskan niat akan sangat bermanfaat bagi perjalanan kita di pesantren. Dengannya kita menjadi mengerti bahwa setiap detik yang kita lalui di pesantren adalah berharga dan pengalaman yang tak ternilai. Jadi mulai saat ini luruskan niat, bulatkan tekad, singsingkan lengan bajumu, kuatkan ikatan sarung, bawa restu orang tua dan guru-gurumu, cus bismillah kita berangkat! Pesantren, i’am coming.