hijab

Yuk, Menjadi Perempuan Pemalu yang Dirindukan Surga

Majalahnabawi.com – Al-Qur’an sebagai pusat informasi dan reformasi peradaban yang tidak akan pernah terkekang oleh zaman, sudah sepatutnya kita menempatkannya sebagai sandaran di seluruh aspek kehidupan kita. Bukankah seorang mukmin selayaknya mengakui terhadap pengaruh dahsyat Al-Qur’an yang senantiasa relevan dengan zaman? Salah satu di antara kedahsyatan Al-Qur’an adalah saat mengupas sejarah peradaban seorang wanita. Bahwa wanita bukanlah makhluk yang pantas untuk direndahkan, dicaci maki atau diinjak harga dirinya. Al-Qur’an pun mengajarkan pada kita bahwa status dan nilai antara wanita dan pria adalah sama. Termaktub dalam firman-Nya :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أتْقَكُمْ [الاية]

“Sesungguhnya di antara kamu yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang bertakwa pada-Nya.”
Secara global, dalam ayat di atas telah ditegaskan bahwa semua manusia yang ada di bumi adalah sama dalam hal nilai, status, dan tingkatan, baik pria maupun wanita. Yang mampu membedakan hanyalah kualitas ketakwaan. Akan tetapi, bagaimana kita menyikapi firman-Nya yang lain yang malah menetapkan bahwa kedudukan seorang wanita dan pria tidaklah sama. Berikut firman-Nya :

وَ لَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىۚ…. ( آل عمران : ۳۶)

“Dan seorang pria tidaklah sama dengan wanita….” (QS. Ali ‘Imron : 36)
Hakikatnya, seorang wanita tidak mungkin bisa disamakan dengan pria, antara hak dan kewajibannya dalam fase kehidupan di dunia. Ini adalah ketetapan yang berlandaskan nash qoth’ie, sedangkan nash qoth’ie pada umumnya bersifat paten atau tidak bisa diganggu gugat, kecuali melalui proses tarjih atau naskh. Contoh kecilnya adalah sifat malu. Untuk dikatakan sebagai wanita muslimah yang salihah maka tidak akan luput dari sifat pemalu. Karena rasa malu sangat berpengaruh pada ‘iffah seorang muslimah salihah.
Dalam salah satu kutubussalaf yaitu kitab ‘Uqud Al-lujjain karangan Syaikh ‘Umar Nawawi disebutkan sebuah hadis yang bersanad pada Sayyidina ‘Ali ra. bahwa ada 3 sifat yang sangat hina jika dimiliki seorang pria, namun sangat mulia jika dimiliki oleh seorang wanita, khususnya bagi seorang muslimah, yaitu sifat sombong, penakut dan pemalu.

Mengapa malu bersifat mulia bagi wanita?
Karena malulah yang membuat diri muslimah terjaga dari fitnah. Muslimah yang sudah berkeluarga akan malu jika hendak pergi sendirian tanpa suami sehingga jalan berduaan akan membuat hubungan yang harmonis dan bisa saling menjaga cinta antara keduanya. Sedangkan muslimah yang belum menikah (jomlo) juga akan malu bepergian sendiri tanpa dibarengi mahram sehingga dia juga akan mengurangi kegiatan di luar rumah. Muslimah jomlo juga akan lebih menjaga hubungan dengan yang bukan mahramnya. Mengingat manusia adalah makhluk sosial, menjadi jomlo bukan berarti tidak berhubungan sama sekali dengan nonmahram, tetapi untuk meminta bantuan saja masih dengan proses tafakkur terlebih dahulu.

Bagaimana dengan pria?
Berbeda dengan wanita, hakikat seorang lelaki adalah pemberani, bukan penakut atau bahkan pengecut. Bukankah khalifah pertama di bumi adalah Nabi Adam AS yang notabene berjenis kelamin laki-laki? dari tulang rusuk sebelah kirinya terciptalah ibu dari umat manusia, yaitu Siti Hawa. Maka dari itu, lengkap sudah kelebihan dari masing-masing jenis. Sang lelaki adalah si Kuat, tapi kekuatan itu tak akan sempurna tanpa adanya wanita.
Sepatutnya bagi seorang wanita muslim lagi mukmin wajib memiliki rasa malu. Malu adalah sebagian dari unsur iman. Jika merindu pada surga, maka lakukanlah sesuatu yang dirindu oleh surga. Sedangkan amalan yang dirindunya adalah amalan yang terkandung dalam ayat-ayat-Nya dan seluruh sunah Rasul-Nya. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW :

إِنَّ الْحَيَاءَ وَ الْإِيْمَانَ قُرِنَ جَمِيْعًا فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الْأَخَرَ (رواه ابن الشيبة)

“Sifat malu dan iman adalah sesuatu yang saling terkait, maka jika salah satunya dihilangkan, maka akan hilang sebagian lainnya.” (HR. Ibnu Syaibah)
Jika anda termasuk satu di antara bermilyar muslimah yang beriman, maka tidak mungkin rasanya jika rasa malu ditukar dengan isi dunia. Mustahil rasanya jika ingin menyamakan seluruh aspek kehidupan antara hakikat seorang wanita dan pria.

Similar Posts