Pesan dari papua

Pesan dari Papua Menjelang Hari Raya

Majalahnabawi.com – Hari raya idul fitri merupakan hari yang ditunggu oleh semua umat muslim. Hari dimana mereka berkumpul dengan sanak saudara dan juga merupakan tanda setelah satu bulan lamanya kita berpuasa. Tentu saja kebahagiaan menyambut bulan ramadhan ini juga dirasakan oleh saudara-saudara kita yang berada di papua. Namun karena beberapa hal seperti masih minimnya da’i yang menetap dan mengajarkan ilmu agama di papua juga penetapan masuknya ramadhan atau syawal yang menggunakan waktu Indonesia barat selayaknya kita mendengar sebuah pesan dari papua.

Pengalaman Seorang Da’i Papua


Seorang ustad yang pernah mengikuti program da’i di papua pernah menyampaikan pengalamannya kepada santri-santrinya. Hal pertama yang ia sampaikan adalah bahwa ada sebuah pesan dar papua bahwa mereka memerlukan perhatian lebih banyak perhatian. Hal ini karena banyak muslim di papua yang sudah memiliki semangat keislaman yang tinggi namun memerlukan seorang guru untuk belajar fiqh dan lain-lain. Tidak jarang muslim yang masih beranggapan bahwa ketika sudah membayar zakat fitrah maka keesokan harinya mereka boleh tidak berpuasa. Pernah ada suatu kasus ketika mereka menunggu keputusan MUI apakah keesokan harinya sudah masuk bulan syawal atau masih bulan ramadhan. Sebagaimana yang kita ketahui sidang penentuan itu biasanya diadakan sekitar pukul 18:00 WIB. Dimana di papua yang sudah pukul 20:00 WIT. Hal ini membuat muslim di papua bertanya-tanya apakah malam ini masih dilaksanakan tarawih atau tidak. Tidak jarang muslim yang memutuskan bahwa esok hari sudah masuk hari raya walaupun ternyata hasil sidang berbeda.

Terabadikan Dalam Hadis

Padahal hadis nabi pernah mengabadikan kejadian saat dua daerah mempunyai keputusan yang berbeda dalam melihat hilal.


Seperti hadis riwayat imam muslim nomer 1087 :


حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى ، وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَقُتَيْبَةُ ، وَابن حجْرٍ ، قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى : أَخْبَرَنَا، وَقَالَ الْآخَرُونَ : حَدّثنا إِسْمَاعِيلُ – وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ – عَنْ مُحَمَّدٍ – وَهُوَ ابْنُ أَبِي حَرْمَلَةَ – عَنْ كُرَيْبٍ ، أَنَّ أُمَّ الْفَضْلِ بِنْتَ الْحَارِثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ، قَالَ : فَقَدِمْتُ الشَّامَ، فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا، وَاسْتُهِلَّ عَلَيَّ رَمَضَانُ، وَأَنَا بِالشَّامِ، فَرَأَيْتُ الْهِلَالَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، ثُمَّ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرِ، فَسَأَلَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، ثُمَّ ذَكَرَ الْهِلَالَ، فَقَالَ : مَتَى رَأَيْتُمُ الْهِلَالَ ؟ فَقُلْتُ : رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ : أَنْتَ رَأَيْتَهُ ؟ فَقُلْتُ : نَعَمْ، وَرَآهُ النَّاسُ، وَصَامُوا، وَصَامَ مُعَاوِيَةُ، فَقَالَ : لَكِنَّا رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ، فَلَا نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلَاثِينَ، أَوْ نَرَاهُ، فَقُلْتُ : أَوَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ ؟ فَقَالَ : لَا، هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Dari kuraib ia berkata bahwa ummu fadhl mengutusnya menemui Muawiyah dia syam. Ia berkata: maka aku datang ke syam, dan aku menuntaskan keperluannya dan nampak bagiku hilal bulan Ramadhan ketika aku berada di syam. Maka aku melihat hilal pada malam jumat. Lalu aku tiba di madinah pada akhir bulan. Kemudian ibnu abbas bertanya kepadaku dan ia menyebutkan tentang hilal. Ia bertanya kapan kalian melihat hilal? Aku menjawab kami melihatnya pada malam jumat. Ia menjawab engkau melihatnya sendiri? Aku mengatakan iya, orang-orang juga melihatnya dan bepuasa dan Muawiyah pun berpuasa. Ibnu abbas mengatakan tapi kami melihatnya pada malam sabtu.Maka kami tetap berpuasa sampai sempurna 30 hari atau sampai kami melihat hilal. Lalu kuraib bertanya apakah kita tidak menganggap cukup dengan melihat hilalnya dan puasanya Muawiyah? Ibnu Abbas menjawab tidak. Seperti inilah Rasul perintah Rasul Sholallahu Alaihi Wasallam kepada kita”

Pesan Dari Papua

Berlandaskan hal ini mungkin pemerintah bisa mengirim tim untuk mengadakan pemantauan hilal yang berlaku di daerah papua dan daerah yang menggunakan WIT lainya sehingga kecemasan mereka yang masih awam bisa terhilangkan. Dan mereka semakin erat memeluk keislamannya.

Jika saat ini pemerintah mulai membangun infrastruktur di papua maka alangkah baiknya jika umat muslim juga memerhatikan dan tidak menyia-nyiakan semangat keislaman yang sudah muslim papua miliki.
Kita bisa lihat bahwa setiap tahunnya terdapat lomba da’i atau penceramah di berbagai stasiun televisi maka alangkah baiknya bahwa keilmuan para penceramah bukan hanya mereka gunakan untuk mengikuti lomba-lomba tetapi langsung mengabdikan diri di jalan Allah dengan berdakwah di daerah yang membutuhkan khususnya papua.
Wallahu ‘alam

Similar Posts