Rahasia di Balik Turunnya Malaikat Jibril
Majalahnabawi.com – Islam adalah agama yang penuh dengan petunjuk ilahi, salah satunya melalui turunnya malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, terdapat sebuah dialog menarik antara Rasulullah Saw., dan Jibril yang tertulis dalam Sunan al-Tirmidzi. Hadis ini membahas tentang rasa keingintahuan Rasulullah Saw., mengenai alasan mengapa Jibril tidak sering mengunjungi beliau. Dalam hadis tersebut, Jibril menjawab bahwa ia tidak bisa turun kecuali dengan perintah Allah Swt., sebagaimana firman-Nya dalam surah Maryam ayat 64.
Hadis ini memberikan kita pelajaran mendalam mengenai ketaatan para malaikat kepada perintah Allah Swt., serta kekuatan hubungan spiritual antara Rasulullah Saw., dan malaikat Jibril. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai makna dari hadis ini serta hikmah yang dapat kita petik darinya.
Hadis Nabi dan Turunnya Jibril
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ ذَرٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجِبْرِيلَ مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَزُورَنَا أَكْثَرَ مِمَّا تَزُورُنَا قَالَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ إِلَى آخِرِ الْآيَةَ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ عُمَرَ بْنِ ذَرٍّ نَحْوَهُ
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ini tercatat dalam Sunan al-Tirmidzi nomor 3158. Dalam hadis ini, Rasulullah Saw., bertanya kepada malaikat Jibril, “Apa yang menghalangimu untuk mengunjungi kami lebih sering dari biasanya?” Pertanyaan ini mencerminkan kasih sayang dan kedekatan spiritual antara Nabi Saw., dan Jibril. Sebagai utusan Allah yang menyampaikan wahyu, Jibril memiliki peran sentral dalam penyebaran risalah Islam. Namun, Jibril menjawab bahwa ia hanya dapat turun ke dunia dengan perintah Allah Swt., sebagaimana dijelaskan dalam ayat 64 dari surah Maryam: “Dan tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Rabb-mu.” Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini turun sebagai respons terhadap pertanyaan Nabi Saw., kepada Jibril mengenai keteraturan kedatangannya. Allah Swt., ingin menegaskan bahwa setiap pergerakan Jibril, termasuk turunnya ke dunia, sepenuhnya bergantung pada kehendak dan perintah Allah Swt.
Ketaatan Penuh Jibril dan Malaikat kepada Allah Swt.
Salah satu hikmah terbesar dari hadis ini adalah penekanan pada ketaatan mutlak Jibril terhadap perintah Allah Swt. Jibril tidak bertindak atas kehendaknya sendiri, melainkan menunggu instruksi langsung dari Allah Swt. Ini adalah gambaran sempurna dari ketaatan malaikat yang tidak memiliki kehendak bebas seperti manusia, tetapi seluruh tindakan mereka adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Allah Swt. Sebagai manusia, kita sering kali dihadapkan pada godaan untuk bertindak sesuai dengan keinginan pribadi. Namun, melalui contoh Jibril, kita diajarkan bahwa seorang hamba yang sejati harus selalu mendahulukan kehendak Allah di atas segalanya. Ketaatan Jibril adalah contoh yang patut kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Imam al-Qurtubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menyatakan bahwa turunnya Jibril dengan perintah Allah adalah bukti bahwa para malaikat sepenuhnya tunduk kepada kehendak Allah, dan mereka tidak melakukan apapun kecuali atas izin-Nya.
Hubungan Rasulullah Saw., dengan Jibri
Rasulullah Saw., memiliki hubungan yang istimewa dengan malaikat Jibril. Jibril adalah malaikat yang bertanggung jawab untuk menyampaikan wahyu-wahyu Allah Ssw., kepada Nabi Saw. Kehadiran Jibril bukan hanya berfungsi sebagai penghubung antara langit dan bumi, tetapi juga sebagai pendamping spiritual bagi Rasulullah Saw., dalam menjalankan misinya sebagai utusan Allah. Namun, pertanyaan Rasulullah Saw., kepada Jibril menunjukkan bahwa bahkan dalam hubungan yang dekat ini, ada aturan ilahi yang tidak bisa dilanggar, yaitu Jibril hanya turun jika Allah menghendakinya. Dalam Sahih al-Bukhari, dijelaskan bahwa Jibril tidak hanya membawa wahyu, tetapi juga memberikan bimbingan kepada Nabi Saw., dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam menjelaskan perintah-perintah Allah kepada umat manusia.
Makna Surat Maryam Ayat 64: Kepatuhan pada Ketentuan Allah
Ayat yang diucapkan Jibril dalam jawabannya kepada Rasulullah Saw., berasal dari surah Maryam ayat 64, yang artinya: “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Rabb-mu. Kepunyaan-Nyalah apa yang di hadapan kita, apa yang di belakang kita, dan apa yang di antara keduanya, dan tidaklah Rabb-mu lupa.” Ayat ini mengajarkan kita bahwa segala sesuatu di alam semesta ini terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Tidak ada satu pun makhluk yang bergerak atau bertindak tanpa seizin-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, ayat ini mengingatkan kita untuk selalu berpegang pada ketetapan Allah dan menyadari bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencana-Nya. Kita mungkin menginginkan sesuatu terjadi dengan cepat atau sering, seperti halnya Rasulullah Saw., ingin sering dikunjungi oleh Jibril. Namun, pada akhirnya, kita harus bersabar dan menerima bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Allah Swt. Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas alam semesta, termasuk malaikat, dan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan perintah-Nya.
Kesimpulan
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam Sunan al-Tirmidzi ini mengandung banyak hikmah yang dapat kita ambil. Dari dialog antara Rasulullah Saw., dan Jibril kita belajar tentang pentingnya ketaatan kepada Allah dan memahami bahwa setiap kejadian dalam hidup kita berada di bawah kendali-Nya. Malaikat Jibril, meskipun memiliki kedudukan yang tinggi, tidak dapat bertindak tanpa izin Allah, dan ini merupakan pelajaran bagi kita untuk selalu tunduk pada ketetapan Allah dalam segala hal.
Melalui hadis ini, kita juga dapat memahami bahwa kedekatan spiritual antara Rasulullah Saw., dan Jibril adalah salah satu aspek penting dalam penyampaian wahyu. Namun kendati demikian, perintah Allah tetap menjadi yang utama, bahkan dalam hal turunnya malaikat ke bumi. Oleh karena itu, marilah kita mengambil pelajaran dari hadis ini untuk selalu tunduk dan patuh pada kehendak Allah Swt., dalam setiap aspek kehidupan kita.