Mengintip Tradisi Ramadan di Negeri Paman Sam
Seluruh umat muslim di dunia tengah berbahagia akan datangnya bulan suci Ramadan. Setiap tahunnya, bulan kesembilan kalender hijriyah ini membawa antusiasme tersendiri bagi umat Rasulullah Saw di berbagai belahan dunia, tak terkecuali umat muslim di Amerika Serikat. Mencermati perilaku Ramadan di Amerika, kita tidak akan melihat restoran atau warteg yang tutup di siang hari sebagaimana di tanah air dan negara mayoritas muslim lainnya. Tidak akan kita temui juga spanduk-spanduk gebyar undian Ramadan dengan segala doorprize-nya. Pun tidak ada sejarahnya speaker masjid bertugas membangunkan orang sahur. Secara kasat mata, datangnya Ramadan tidak memiliki perbedaan apapun dalam tatanan sosial masyarakat Amerika Serikat. Namun secara spiritual, masyarakat muslim disana begitu semangat menyambut bulan mulia yang datang setahun sekali ini.
Beberapa dekade terakhir umat muslim Negeri Paman Sam semakin giat memperkenalkan pada khalayak luas makna Ramadan juga nilai-nilai keislaman universal yang terkandung di dalamnya. Meski pemeluk Islam hanya berkisar 3,3 juta dari total 320 juta populasi, kaum muslim di Amerika mempunyai tradisi khusus yang hanya terjadi di bulan Ramadan.
Beberapa bulan terakhir kemarin kami tinggal di sekitar area Washington DC, Amerika Serikat tepatnya di kota Silver Spring yang berada kurang lebih 5 kilometer arah utara ibukota Amerika. Di jantung kota Silver Spring terdapat komunitas muslim Indonesia terbesar di kawasan DMV (DC, Maryland, Virginia) yang bernama IMAAM (Indonesian Muslim Association in America). Komunitas muslim yang telah berdiri sejak awal tahun 1990-an ini bergerak di bidang dakwah, edukasi, amal dan lain sebagainya. Sejak awal berdirinya, IMAAM belum memiliki lokasi khusus untuk melaksanakan pengajian atau majlis keilmuan lainnya. Akhirnya dengan izin Allah Swt, pada September 2014 komunitas ini resmi membeli sebuah gereja yang selanjutnya disulap menjadi sebuah masjid cantik. Diresmikan langsung oleh presiden SBY saat itu, IMAAM Center menjadi satu-satunya pusat keislaman terbesar khususnya bagi masyarakat Indonesia di kawasan DMV. Sebagai pusat kegiatan dakwah dan even keislaman lainnya, IMAAM Center diproyeksikan menjadi salah satu pioneer perkembangan Islam di kawasan ibukota Amerika Serikat.
Meski umat muslim Amerika tahun ini harus menjalani 16 jam puasa setiap harinya, hal itu tidak mengurangi kegembiraan mereka dalam menyambut Ramadan. Menurut Imam Mohamed Bashar Arafat dari Muslim Community Center (MCC) yang berpusat di Baltimore, Maryland, Ramadan menjadi bulan yang sangat penting dimana para muslim dapat lebih sering berkumpul dalam kehangatan silaturahmi. Kita akan melihat indahnya kebersamaan kaum muslim dari berbagai latar belakang tradisi dan kewarganegaraan yang berbeda. Menurut imam asal Damaskus, Syria ini Ramadan menjadi momen paling tepat dimana para muslim Amerika berkesempatan membangun dialog dengan lingkungan setempat. Bahkan di berbagai masjid, mereka mengundang tetangga dan kolega sekitar untuk sekedar iftar bersama sembari berdialog santai meluruskan hal-hal negatif yang media barat ocehkan tentang Islam.