Ramah dan Pedulinya Warga Poso; Catatan Dakwah Dai Biksah Poso

www.majalahnabawi.com – Saya belum pernah ke luar pulau Jawa, dan belum kebayang bagaimana keadaan Poso, Sulawesi Tengah. Karena menjalankan khidmah ke Pondok Pesantren Darus-Sunnah untuk berdakwah di Poso, maka saya berangkat ke Poso pada tanggal 25 Juli 2023 menggunakan pesawat. Orang-orang Jakarta yang belum pernah ke Poso langsung, selalu menyangka Poso itu seram dan harus berhati-hati karena dahulu pernah ada kerusuhan di Poso. Tapi hal itu sangat berbeda dengan keadaan yang saya alami sekarang.

Setelah beberapa hari saya menetap di Poso tepatnya di Pondok Pesantren Nahdlatut Tholibin Poso Pesisir, saya ingin shalat Zuhur berjamaah di masjid dekat pondok, karena para santri sekolah di luar pondok dari pagi sampai pukul 14.00, akhirnya saya berjalan kaki dari pondok pesantren menuju masjid terdekat. Pondok Pesantren Nahdlatut Tholibin berada di tengah hutan dan di sekitar pondok pesantren ada beberapa gubuk milik orang yang menjadi tempat pembuatan batu bata merah.

Saya berjalan melewati hutan dan gubuk-gubuk itu sambil membuka payung yang saya bawa karena panas matahari siang hari, lalu di tengah perjalanan, tiba-tiba ada seorang bapak di suatu gubuk yang menyapa saya seraya berkata: “Mau kemana Ustadz?” Saya jawab: “Mau ke masjid untuk shalat Zuhur, Pak“. Dia nanya lagi: “Jalan kaki, Tadz?” Saya jawab: “Iya Pak, hitung-hitung olahraga“. Lalu bapak itu berkata: “Itu pakai motor saya“. Saya jawab: “Tidak usah Pak, biar saya jalan kaki saja, itung-itung olahraga“. Bapak itu menimpali: “Olahraga siang, Ustadz“.

Lalu saya melanjutkan perjalanan menuju masjid yang kurang lebih berjarak 600 meter dari Pondok Pesantren. Sambil berjalan, hati saya bergumam: “kok baik banget bapak tadi menawarkan motornya untuk saya pinjam, padahal saya dan dia baru kenal“.

Ada kejadian lain yang membuat saya terkagum dengan keramahan warga Poso meskipun kepada orang yang baru dikenal. Suatu hari, saya pergi berjalan kaki menuju masjid Nurul Yaqin, masjid dekat pondok pesantren. Ketika saya sudah selesai shalat dan berdoa, tiba-tiba ada seorang bapak yang rumahnya dekat pondok pesantren -yang dia abis shalat Zuhur juga di Masjid Nurul Yaqin- mengajak saya ikut dia naik motornya pulang ke pondok pesantren. Dia mengantar saya sampai pondok pesantren. Saya berterimakasih dan kagum dengan bapak itu, padahal saya baru kenal dia.

Pengalaman terakhir saya tentang kepedulian warga Poso kepada orang yang baru dikenal adalah ketika hari Ahad, 6 Agustus 2023 pukul 16.00 WITA. Saya pergi berjalan kaki dari Pondok Pesantren Nahdlatut Tholibin, Poso Pesisir menuju danau terdekat guna refreshing -karena setiap Jum’at sampai Ahad sore tidak ada jadwal mengajar santri. Ke danau tersebut memakan waktu 30 menit berjalan kaki. Setelah 20 menitan saya menikmati keindahan danau, maka saya hendak pulang ke pondok tersebut berjalan kaki juga, baru saja beberapa meter dari danau itu, tiba-tiba ada seorang bapak dari wali santri yang bertemu saya dan langsung mengajak saya kembali ke pondok mengendarai motornya. Akhirnya, saya pergi bersama sampai pondok pesantren dengan mengendarai motor bapak itu. Padahal, baru sebulan kenal dengan bapak itu, tapi kepeduliannya luar biasa.

Hikmah yang dapat kita ambil dari tiga cerita pengalaman saya di atas adalah jangan melihat latar belakang orang lain ketika ingin membantu orang lain, kita harus saling membantu sesama manusia meskipun kita belum kenal atau baru kenal, serta sikap ramah dan peduli harus kita tunjukkan kepada semua orang, dan kita belum bisa merasakan dan tau keadaan suatu tempat kecuali kita pergi dan bergaul sendiri dengan keadaan tempat tersebut.
Demikian sedikit kisah pengalaman saya ketika belum lama tinggal di bumi rantau Poso. Semoga bermanfaat.

Similar Posts