REGIONALITAS DALAM MEMAHAMI HADIS
Majalahnabawi.com – Pertanyaan besar yang hendak dijawab disertasi ini adalah bagaimana asal usul sebaran hadis di Kufah? Wilayah yang dibebaskan oleh Sayidina Sa’ad Bin Abi Waqas tahun 17 H. Enam tahun setelah baginda Nabi wafat. Setelah itu, tepatnya di tahun 34, Kufah dijadikan ibu kota baru (pusat pemerintahan) oleh Sayidina Ali bin Abi Thalib. Hal ini menandai babak baru. Kufah menjadi pusat otoritas agama dan politik baru setelah Madinah. Terdapat 70 sahabat senior veteran perang Badar yang menetap di kufah. Ditambah lagi dengan 300 sahabat yang ikut baiat di Ashab al-Syajarah.
Secara lebih spesifik, ada 4 pertanyaan turunan berikutnya. Pertama, bagaimana peran sahabat yang pindah dan menetap di ibu kota baru dalam menyebarkan hadis Nabi? Kedua, bagaimana konteks sosial-politik kota Kufah saat sahabat pindah dan menetap di kota ini? Ketiga, bagaimana cara membedakan sanad (jalur riwayat hadis) Kufah dengan sanad wilayah lain? Keempat, apakah jalur periwayatan hadis dalam satu wilayah geografis merefleksikan kondisi sosial-politik yang mengitarinya?
Untuk menjawabnya, secara sistematis disertasi di bawah bimbingan Prof. Dr. Azurmadi Azra, MA. dan Prof. Dr. Sa’id Aqil Husin al-Munawar MA. ini dipaparkan ke dalam 6 bab. Bab I sebagai pendahuluan. Bab II memaparkan kerangka teori yang digunakan. Yakni terkait dengan ruang dan waktu yang menjadi konteks lahirnya hadis (teks). Konsep kuncinya adalah regionalisme. Bab III mengulas diaspora sahabat pasca wafatnya Nabi. Termasuk juga ragam motif yang melatarinya. Bab IV fokus memaparkan kondisi sosial politik Kufah. Ditambah lagi dengan aktor sahabat yang berpengaruh dalam sebaran hadis. Baik dari generasi sahabat senior (kibar al-shahabat) ataupun generasi sahabat junior (shighar al-shahabat). Bab V secara lebih dalam mengulas gugus sanad Kufah. Termasuk di dalamnya adalah keterpengaruhan rebut pengaruh antara Syiah, Khawarij, dan dinasti Umawiyah.
kesimpulan
Kesimpulan penting disertasi ini menunjukan bahwa sebaran hadis di wilayah baru merefleksikan kondisi sosial, politik, kesukuan, dan kondisi budaya setempat. Kufah yang menjadi wilayah hunian baru masyarakat muslim yang jauh dari Madinah, menjadi kota yang memiliki otoritas kuat karena adanya diaspora sahabat. Ditambah lagi dengan pemindahan ibu kota pemerintahan di era Sayidina Ali bin Abi Thalib. Keragaman madzhab teologis dan politik yang bermunculan di Kufah mempengaruhi karakter sanad Kufah. Dimana cenderung untuk menjadi oposisi dengan status quo; dinasti Umawiyah. Di sisi lain, juga menjadi oposisi sanad Syiah; pendukung fanatik Sayidina Ali bin Abi Thalib.
Dari titik ini, kajian kawasan sebaran hadis (regionalime) memberikan alat analisa baru. Terutama untuk melanjutkan kajian klasik yang telah ada, semisal konsep madrasah hadis. Madrasah dalam artian tradisi pemikiran di wilayah tertentu. Semisal Madrasah Bashrah, Madinah, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, pendekatan ini dapat digunakan untuk lebih memahami karakter sanad yang tersebar di wilayah lain. Semisal sanad Syam, Yaman, Mesir, dan lain sebagainya. Lantas tertarikah anda?