Sayyid Muhammad Al-Maliki (1): Bulan Sya’ban, Bulannya Rasulullah

Sayyid Muhammad Al-Maliki (1): Bulan Sya’ban, Bulannya Rasulullah

            Bulan Sya’ban merupakan salah satu dari beberapa bulan yang mulia dan hari raya yang agung. Bulan Sya’ban juga merupakan bulan dengan sejuta keberkahan dan kebaikan. Bertaubat pada bulan tersebut termasuk dari paling besarnya keuntungan, tidak hanya itu, berbuat taat –beribadah dan hal yang semakna- termasuk dari sebab akan terperoleh paling besarnya laba, layaknya seseorang yang berdagang.

Allah jadikan Bulan Sya’ban sebagai ujung suatu masa, dan Allah akan menjamin ketentraman bagi seseorang yang bertaubat pada bulan tersebut serta orang yang terbiasa ijtihad –bukan bermakna perang- seperti: mencari ilmu, menegakkan agama Allah, maka ia akan memperoleh kemenangan di bulan Ramadhan dengan terbiasa melakukan kebaikan.

Kehujjahan Dalil Keistimewaan Bulan Sya’ban

            Sebelum beranjak jauh terhadap pembahasan inti perlu kiranya mengetahui beberapa argumen penamaan Bulan Sya’ban. Sebagaimana Sayyid Muhammad dalam kitabnya yang bertajuk “madza fi as-sya’ban” memaparkan bahwa penamaan ulan sya’ban karena di dalamnya terdapat berbagai kebaikan. Sebagian sumber juga menyebutkan bahwa kata sya’ban berasal dari kata as-syi’bu yang bermakna sebuah jalan menuju kebaikan dan ada pendapat lain menyatakan bahwa kata sya’ban berasal dari kata as-sya’bu yang berarti menambal, karena pada bulan sya’ban Allah akan menambal hati para mukmin yang pecah berantakan.

            Bulan Sya’ban merupakan bulannya Rasulullah Saw. Ungkapan tersebut bukanlah kicauan semata, namun berlandasan dalil yang bisa diterima oleh kalangan umat muslim. Hal itu berpijakan hadis Rasulullah Saw yang riwayat Hasan:

            عن الحسن مرسلًا أنه قال – صلى الله عليه وسلم -: رجب شهر الله، وشعبان شهري، ورمضان شهر أمتي

“Diriwayatkan dari hasan (hadist mursal) rasulullah bersabda: bulan rajab merupakan bulannya Allah dan bulan sya’ban merupakan bulanku (Rasulullah), sedangkan bulan ramadlan merupakan bulannya umatku (Nabi Muhammad)”. (Badrut tamam syarah bulughul marom, hal. 132, juz 5).

Perintah Sholawat Kepada Baginda Nabi

            Tidak hanya dengan satu landasan bahwa Bulan Sya’ban merupakan bulannya Rasulullah, termasuk argumen bahwa bulan tersebut dinamakan bulannya Rasulullah, karena pada Bulan Sya’ban merupakan asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah beserta para malaikatnya bersholawat kepada nabi dan anjuran –bermakna perintah- kepada umat muslim untuk bersholawat kepadanya, sebagaimana dalam al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً (56)

“Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kepada nabi serta berikan salam kepadanya” (surat al-ahzab:56)

            Allah beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi memiliki makna yang berbeda, sebagaimana telah banyak termaktub dalam beberapa kitab tafsir akan hal tersebut, salah satunya dalam kitab tafsir Syeikh Wahbah Zuhaili salah satu ulama kontemporer yang sangat terkenal. Beliau menyatakan bahwa Allah bersholawat kepada Nabi bermakna menambah rahmat serta ridhoNya, sedangkan malaikat bersholawat kepada Nabi memiliki makna yang berbeda yaitu memohon ampunan bagi nabi serta mendoakan akan tingginya kedudukan, demikian sholawat yang umat muslim senandungkan berbeda pula maknanya yaitu mendoakan nabi serta memohon ampunan. (Tafsir Muhid lil zuhaili, hal. 2084 j. 3)

            Allah memerintahkan para umat muslim bersholawat kepada Nabi semata-mata bukan karena hal itu dibutuhkan oleh Allah, namun hal itu memiliki tujuan akan dimuliakannya umat mukmin sebagai umat yang beriman kepada-Nya dan ini merupakan salah satu kekhususan umat Nabi Muhammad SAW yang tidak dimiliki oleh umat terdahulu.

            Syeikh Izzuddin bin Abdus Salam mengatakan bahwa sholawat yang kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW bukanlah sebuah syafaat yang kita hadiahkan kepada beliau, karena kita tidak layak untuk hal itu (Sayyid Muhammad Al-maliki, madza fis sya’ban, hal. 27). Namun sebaliknya yang kita harapkan dengan bersholawat kepadanya adalah syafaat Rasullulah SAW kelak di hari kiamat, yang mana pada hari itu tidak ada yang bisa memberikan syafaat kecuali Nabi Muhammmad SAW.

Keutamaan Bersholawat Kepada Baginda Nabi

            Ada beberapa keutamaan bersholawat kepada nabi, sebagai berikut (Sayyid Muhammad Al-maliki, madza fis sya’ban, hal. 31):

1.      Seseorang yang bersholawat kepada Nabi maka Allah akan membalasnya 10 kali lipat.

2.      Seseorang yang bersholawat kepada Nabi, maka beliau akan bersholawat kepadanya.

3.      Seseorang yang bersholawat kepada Nabi, maka malaikat akan bersholawat kepadanya.

4.   Seseorang yang bersholawat kepada Nabi, maka derajatnya akan diangkat oleh Allah, beberapa kebaikannya akan ditambah serta beberapa kejelekannya akan terhapus.

5.      Seseorang yang bersholawat kepada Nabi, maka pahalanya sama dengan memerdekakan 10 budak.

6.  Bersholawat kepada Nabi merupakan sebab diampunkannya dosa, hal itu sesuai dengan tingkat keimanan seseorang, kecintaannya kepada Nabi serta rasa ikhlas dalam bersholawat kepada Nabi.

7.      Seseorang yang bersholawat kepada Nabi, ia akan dimintai ampunan dan mendapatkan kesenangan di alam kubur.

8.      Bersholawat kepada Nabi merupakan sebab akan terperolehnya syafaat Nabi.

9.      Seseorang yang memperbanyak sholawat kepada Nabi, ia akan diutamakan di sisinya dibandingkan manusia yang lain.

10.  Bersholawat kepada Nabi merupakan sebab hilangnya kefakiran dan akan memperoleh beberapa kebaikan.

11.  Beberapa keberkahan serta kebaikan bersholawat kepada Nabi akan berdampak pada dirinya sendiri serta anak pinaknya kelak.

Anjuran bersholawat kepada Nabi di Bulan Sya’ban bukan hanya untuk individual, namun juga untuk kolektif. Misalnya mengadakan sebuah majlis sholawat. Dengan banyaknya orang yang bersholawat, maka akan banyak pula keutamaannya. Ketika mereka beranjak pergi dari majlis tersebut layaknya mereka meninggalkan taman yang penuh dengan harum semerbak wewangian, karena Rasulullah adalah hamba yang paling harumnya wewangian dan paling sucinya hal yang suci. (Ibnu Jauzi, Al-bustan)

Oleh karena itu, akan terasa hambar ketika pada bulan tersebut tidak memetik beberapa keutamaannya seperti: memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW baik secara individual ataupun kolektif. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad []

Similar Posts