Sejarah Kaidah Penulisan Bahasa Arab dan Perkembangannya dalam Islam
Majalahnabawi.com – Pembahasan ini sebenarnya telah diteliti pada bidang linguistik fonetik bahasa Arab, yang mana ilmuwan Barat mengakui bahwa bahasa Arab terdepan dalam memformulasikan kajian bunyi. Sebelumnya penulis pernah sedikit membahas bagaimana kisah Abu Aswad al-Dualy (w. 69 H) yang merupakan pencetus kaidah bahasa Arab dan sumbangsihnya dalam merumuskan adanya harakat fathah, kasrah dan dhammah saat beliau meluruskan salah seorang sahabat yang salah dalam membaca ayat al-Quran, lalu beliau memanggil seorang penulis.
فَقَالَ لَهُ: إِذَا رَأَيْتَنِيْ قَدْ فَتَحْتُ فََمِيْ بِالْحَرْفِ فَانْقُطْ نُقْطَةً فَوْقَه أَعْلَاهُ, وَإِنْ ضَمَمْتُ فَمِيْ فَانْقُطْ نُقْطَةً بَيْنَ يَدَيِ الْحَرْفِ, وَإِنْ كَسَرْتُ فَاجْعَلِ النُقْطَةَ مِنْ تَحْتِ الْحَرْفِ. (الْفَهْرَسَتْ, لِابْنِ النَّقْدِيْمِ, ص: 60)
Adapun kali ini, kita akan membahas sumbangsih dari murid beliau yakni Yahya bin Ya’mar (w. 129 H) dan Nashr bin A’shim (w. 89 H) yang sampai saat ini sangat kita dapat merasakan hasil usaha mereka ini, alangkah baiknya jika kita mengetahuinya, sehingga kita bisa menghargai lebih bagaimana perjuangan ulama klasik dalam menyokong peradaban Islam serta menjadikannya pembangkit ghirah dalam meneruskan estafet keilmuan. Adapun kontribusi mereka ialah:
- Membuat titik untuk huruf yang bentuknya serupa
- Menyusun huruf menjadi seperti sekarang
Bisa bayangkan betapa susahnya membaca al-Quran, Hadis dan kalam hikmah ulama jika huruf tersebut tidak memiliki titik? Duh, jelas sulit, membaca huruf gundul saja sudah berpikir keras, apalagi kalau tidak ada titiknya.
Perkembangan Penulisan Bahasa Arab
Mereka berhasil memperbaiki susunan penulisan bahasa Arab dengan cara meletakkan titik, dan itu guna mempermudah kita dalam membaca tulisan Arab.
Yang dulunya:
ح ح ح د د ر ر س س ص ص ط ط ع ع
Menjadi:
ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ
Lalu yang dulunya susunan Abjad rumpun smith, dimodifikasi menjadi susunan Alifbai/Abatasa yang kita hafal hingga saat ini, dan ini sangat memudahkan, karena untuk bentuk kata yang sama disusun dalam satu rangkai dan diberikan titik sebagai pembeda.
Abjad : …………. أ ب ج د ه و ر ح ط ي ك
Abatasa: …………. أ ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز
Nama abjad dan abatasa di atas adalah nama sesuai dengan susunan awalnya. Upaya mereka ini tentulah melibatkan ulama yang lain, bahkan ini masih tahap awal bagaimana fonetik atau ilmu bunyi dalam bahasa Arab itu berkembang. Perkembangannya lebih lanjut terjadi pada masa-masa setelahnya yakni:
Peran Ulama dalam Perkembangan Bahasa Arab
Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H) yang telah memberikan kontribusi dalam mencetus lambang hamzah (ء) yang pengambilannya adalah dari kepala huruf ‘ain (ع), memberikan bentuk harakat yang dulunya berupa titik menjadi garis, mendaras lebih dalam kajian makhraj huruf serta menggolongkannya menjadi: حلقية، اللهاء، شجرية، أسلية، نطعية، لثوية، ذلقية، اللسان، شفوية، هوائية،, membuat kamus pertama (mu’jam al-Ain) yang disusun berdasarkan tempat keluarnya huruf.
Lalu Imam Sibawaih (w. 177 H) melanjutkannya dengan dengan pembaharuan dengan mengarang kitab yang berisikan pembahasan nahwu, sharaf serta pembahasan lain khususnya yaitu makharijul huruf/ahswat, dan idgham. Beliau juga yang memodifikasi klasifikasi susunan huruf Arab sesuai dengan tempat keluarnya/makhrajnya, mengklasifikasikan bunyi dari segi sifatny: Bagian umum, seperti: jahr & hams, syadid & rikhwah. Bagian khusus dengan kumpulan suara-suara kecil, seperti: ashwat layyinah (suara halus), ashwat dzatul gunnah (suara yang ada gunnahnya), suara gelek-gelek (orang minum), mengklasifikasikan gigi menjadi gigi seri (tsanaya), dst. Lalu berlanjut hingga masa Ibn Jinni (w. 392 H), Ibn Sina (w. 428 H), Abdul Qahir al-Jurjani (w. 471 H), al-Zamakhsyari (w. 538 H) dan al-Sakaki (w. 626 H).
Perjuangan ini tak berhenti di sini, karena beginilah sejatinya ilmu, semakin ia didalami, semakin luas yang belum terjamahi. Wallahu A’lam.