Seni Merayu Tuhan Bagi Mahasiswa; Pendekatan Tasawuf Ala Syekh Zainuddin Al-Malibari
Majalahnabawi.com – Coba anda bayangkan menjadi seorang mahasiswa dengan padatnya kegiatan tentu berbeda ketika zaman SMA. Mahasiswa bukan hanya yang duduk di bangku perkuliahan. Juga bukan hanya mengikuti persyaratan administrasi kemahasiswaan. Namun seorang metreka juga menjalankan kebutuhan spiritual yang harus terpenuhi. Hal itu terkait dengan pendekatan diri kepada Allah Swt. baik dari segi jasmani maupun rohani, entah berupa ibadah sosial atau ibadah individual. Dalam kesibukannya, mereka tentu harus pintar dalam membagi waktu dalam urusan apapun yang telah menjadi kewajibannya. Suatu kewajiban yang satu tidak bisa mereka jadikan alasan untuk tidak mengerjakan kewajiban yang lain. Padatnya aktivitas tersebut tidak menghalanginya untuk terus mendekatkatkan diri kepada sang pencipta. untuk itu mereka perlu mengetahui seni merayu tuhan bagi mahasiswa.
Banyak cara yang dapat kita lakukan agar tetap terus dekat dengan Allah Swt. Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya yang berjudul Hidayatul Adzkiya’ menjelaskan dalam bentuk bait yang berbunyi (al-Malibari, 2018);
وَلِكُلِّ وَاحِدِهِمْ طَرِيْقٌ مِنْ طُرُقٍ ۞ يَخْتَارُهُ فَيَكُونُ مِنْ ذَا وَاصِلَا
كَجُلُوْسِهِ بَيْنَ الأَنَامِ مُرَبِّيًا ۞ وَكَكَثْرَةِ الأَوْرَادِ كَالصَّوْمِ الصَّلَا
وَكَخِدْمَةٍ لِلنَّاسِ وَالحَمْلِ الحَطَبِ ۞ لِتَصَدُّقٍ بِمُحَصَّلٍ مُتَمَوِّلَا
Dalam 3 bait tersebut beliau merangkan bahwa setiap orang antara yang satu dengan yang lain mempunyai jalan tersendiri agar bisa sampai dan dekat kepada tuhannya. dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. setiap orang berhak memilih satu dari banyaknya jalan dalam proses pendekatan tersebut. Bait ini memberikan contoh yang bisa kita jadikan sarana agar bisa sampai dan dekat dengan tuhannya. seperti halnya menjadi pendidik
Menjadi Pendidik
Hal ini menjadi pilihan tepat bagi seorang mahasiswa untuk mengisi waktu kosong di tengah kesibukannya. Tidak dapat kita pungkiri bahwa menjadi pendidik juga dapat mendekatkan seseorang dengan tuhannya. Berkenaan dengan demikian Imam al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang berilmu kemudian mengamalkan ilmunya serta mengajarkan apa yang telah ia ketahui maka orang tersebut adalah orang yang tinggi kedudukannya di kerajaan langit. Orang itu laksana matahari yang menyinari sekelilingnya dan bersinar bagi dirinya sendiri. Ia laksana parfum wangi yang memberikan keharuman bagi sekelilingnya. Bilamana orang yang berilmu ini sibuk mengajarkan ilmunya maka ia layak memakai kalung yang agung dan mulia, maka hendaknya orang yang berilmu ini menjaga adabnya. (al-Dimyathi, 2018)
Memperbanyak wirid
Salah satu seni merayu Tuhan adalah melalui wirid. Memaknai kata wirid ini bukan hanya terbatas pada kutipan-kutipan al-Quran atau kalimat-kalimat tayibah, akan tetapi lebih luas dari itu. Yang termasuk arti kata wirid di dalamnya ialah seperti salat, puasa, membaca Alquran dan ibadah-ibadah sunah lainnya. Dari makna-makna tersebut kiranya hal yang masih memungkinkan untuk kita lakukan di tengah kesibukan menjadi seorang mahasiswa tentu dapat mendekatkan kita kepada Tuhan. seperti halnya membaca selawat ketika di perjalanan hendak menuju kampus, berpuasa pada hari senin dan kamis. Hal ini sangatlah mudah untuk dilakukan akan tetapi juga butuh tekad kuat serta konsistensi untuk melaksanakannya.
Mengabdi kepada masyarakat
Mengabdi kepada masyarakat juga termasuk suatu seni merayu Tuhan. Berbicara mengenai pengabdian kepada masyarakat tentu ini bukanlah hal yang asing bagi seorang mahasiswa. Sebelum terjun langsung ke masyarakat, seorang mahasiswa yang menjadi agen perubahan nantinya tentu ia harus melewati fase ketika ia harus mengabdikan diri kepada masyarakat. Tidak perlu khawatir ketika menghadapi fase ini, karena lewat pengabdian kepada masyarakat juga bisa kita jadikan sarana atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, banyak hal-hal baik yang dapat kita lakukan. Seperti bergotong royong, saling bantu membantu kepada yang membutuhkan dan lain sebagainya.
Berkontribusi kepada Sesama Manusia
Hal-hal kecil yang mempunyai pengaruh besar juga dapat kita jadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam hal ini tentu hubungannya adalah terkait dengan sesama manusia yakni ibadah sosial, yang jauh lebih luas dimensinya dan juga lebih dalam maknanya jika kita bandingkan dengan ibadah secara individual. Dalam kaidah fikih juga para ahli fiqh menjelaskan, “al-Muta’addi afdhalu min al-qashir” (perbuatan yang manfaatnya menjalar kepada orang lain itu lebih utama di bandingkan dengan perbuatan yang manfaatnya untuk diri sendiri). Bagaimana tidak? Bisa ambil contoh, ibadah yang manfaatnya untuk diri sendiri seperti satu tambah satu hasilnya dua, akan tetapi jika ibadah yang manfaatnya kepada orang lain itu seperti satuitambah satu hasilnya seribu.
Contoh kecil kontribusi mahasiswa kepada sesama manusia dapat mereka lakukan dengan berbagi makanan kepada yang membutuhkan, berbagi takjil ketika bulan puasa, ikut andil menyalurkan sedekah dan lain sebagainya yang nilainya adalah saling membantu, bahkan bukan hanya saudara seagama, akan tetapi saudara sekemanusiaan sekalipun.
Nah bagaimana sobat? Masih tetap semangat ya untuk tetap meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah dalam kesibukan menjadi mahasiswa. Tidak ada alasan lagi untuk tidak menjalankan apa yang menjadi lantaran kita tetap dekat dengan sang pencipta.
Wallahu A’lam
Referensi
al-Malibari, Zainuddin. 2018. Hidayat al-Adzkiya’. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah
al-Dimyathi, Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatho’. 2018. Kifayat al-Atqiya’ wa Minhaj al-Ashfiya’. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah