Setan Manusia Lebih Berbahaya
Majalahnabawi.com – Menjadi terpengaruh dan mempengaruhi sekitarnya adalah di antara dari sekian tabiat manusia. Pergaulan dengan orang lain di sekelilingnya sedikit banyak akan memberi warna pada dirinya, begitu juga sebaliknya. Seberapa pekat warna yang dia dapat, bergantung pada intensitas hubungan, juga resistensi atau daya tolak dari masing-masing orang. Pilihan warnanya pun berbeda-beda. Bergaul dengan manusia berhati rusak hanya akan mengotori hati dengan cipratan noda hitam dari perangai dan kebiasaan yang buruk. Sedang berkumpul dengan kawan-kawan yang baik, ibarat berteman dengan penjual minyak wangi, ikut wangi atau minimal hidung bisa menikmati bau harum dan bau badan sendiri menjadi tersamarkan.
Harus yang Baik, Meski Kurang Cocok
Sayangnya, tidak semua manusia suka bergaul dengan ‘pedagang parfum’. Sebab, tabiat jiwa akan mencari padanannya. Kesamaan karakter akan menjadi magnet yang mampu menarik seseorang untuk menjalin hubungan pertemanan dan pergaulan. Seakan, tabiat ini adalah rumus bahwa, jika kita ingin melihat pribadi dan kecenderungan kita sebenarnya, kita tinggal melihat karakter manusia seperti apa yang kita jadikan pilihan dalam pergaulan. Akan sangat berat bagi pencinta dunia malam dengan gemerlap lampu bar untuk berdekat erat dengan penggemar ‘dunia malam’ lain yang menggigil karena tangis khasyah di remang cahaya kamar atau masjidnya.
Rasulullah pernah menyatakan dalam hadis riwayat Imam Muslim bahwa jiwa-jiwa manusia itu layaknya dua pasukan. Masing- masing akan menyatu dan terklasifikasi oleh kesamaan dan pengenalan yang ada di antara mereka. Tentu saja, kecuali hati yang munafik, yang mampu berkamuflase, menyerupai warna apapun yang dia inginkan.
Namun tetap, semua manusia memiliki pilihan. Seseorang barangkali cenderung merasa lebih cocok dengan teman-teman yang suka menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal tidak berguna bahkan berdosa. Tapi toh ia masih bisa memilih apakah akan menuruti hal itu, atau memaksa diri mendekati ‘anak-anak masjid’ misalnya, yang rajin berjamaah di masjid, meski mungkin kurang sreg pada awalnya. Kemudian, ia mulai menata hati dan pada akhirnya akan memiliki kecenderungan yang sama.
Varian Jurus Setan
Maka dari itu, sejak awal, harus kita usahakan agar langkah pertama kita adalah tepat. Yaitu dengan memilih pergaulan yang baik. Sebab, pergaulan yang buruk adalah kubangan lumpur yang setan gunakan sebagai perangkap yang efektif. Jika kita sudah terlanjur terpeleset ke dalamnya, akan sangat sulit melepaskan diri darinya. Seperti lumpur atau pasir hisap, diąm akan tenggelam, tapi jika berontak, hisapan akan semakin kuat dan menyentak.
Seorang pemabuk dan pecandu misalnya. Suatu saat mulai menyadari perbuatan bodohnya yang merusak tubuh dengan alkohol dan obat terlarang. Keinginan berhenti muncul dalam hati. Namun apa yang terjadi saat ia bertemu dan berkumpul lagi dengan teman-temannya? Mereka akan menawarkan kembali bubuk atau cairan kebahagiaan itu dan akan sangat berat baginya untuk menolak.
Efisien, tidak menguras tenaga dan sesuai pengalaman cukup ampuh untuk menyesatkan manusia. Dalam satu komunitas, setan hanya perlu satu atau dua orang untuk dididik sebagai agennya yang siap melaksanakan misi. Tak berapa lama kemudian, seluruh anggota telah teracuni dan mulai rusak jiwanya.
Setan Manusia, Susah Diusir
Meski tak perlu menyebut teman sendiri dengan “setan”, namun harus kita ingat bahwa setiap ajakan maksiat adalah ajakan setan. Kita juga tahu, ada setan dari golongan jin yang kasat mata, ada pula setan dari golongan manusia. Mereka lah manusia yang tidak ridha ada manusia menyembah dan taat pada Rabbnya dan selalu mengajak pada kemaksiatan dan dosa.
Padahal Al-Quran memerintahkan agar kita berlindung dan menghindar dari godaan setan baik setan setan jin ataupun manusia. Artinya, di samping mewaspadai bisikan dan tipuan setan dari dalam hati, kita juga harus berhati-hati terhadap ajakan maksiat dari manusia, meski ia karib atau bahkan saudara sendiri.
Keduanya sama-sama berat. Ajakan setan melalui hati memiliki karakteristik istimewa seperti cepat, bisa kapan dan di mana saja dan bertubi tubi. Sedang sisi lebih ajakan setan manusia biasanya susah ditolak karena ada wujud nyata dan ancaman yang bisa dirasa. Meski sebenarnya ia adalah didikan setan juga, namun bisa jadi ia lebih berbahaya dari gurunya.
Pandangan Para Sahabat terhadap Setan Manusia
Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya setan manusia lebih berat bagi saya dari pada setan dari golongan jin (Iblis dan pasukannya). Sebab, jika saya memohon perlindungan pada Allah maka setan jin pasti lari, tapi setan manusia tetap mendatangi saya dan terang- terangan mengajak berbuat maksiat.”
Sufyan bin Uyainah berkata, “Tidak ada yang lebih merusak atau memperbaiki pribadi seseorang dari pada teman dekatnya.”
Qatadah berkata, “Demi Allah, aku belum pernah melihat seseorang berteman dengan seseorang melainkan ia akan menyerupainya. Maka bertemanlah dengan hamba-hamba Allah yang shalih, semoga kalian akan bersama mereka atau menyerupai mereka.”