Siapa yang Menjadi Idolamu
Majalahnabawi.com – Pada zaman milenial ini, manusia sangat peka dengan kata idola tanpa memandang bulu, batasan, agama, dan sikap. Jika ada kelebihan dan sesuatu yang “wah” pada seseorang, maka ia sebut “itu idolaku”. Oleh karna itu, perlu kita ketahui apa makna idola, siapa yang layak menjadi idola, apa sebab kita mengidolakannya, dan apa benefit yang bisa kita dapati jika mengidolakannya?
Memahami Kata Idola
Makna idola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah orang yang disanjung, dipuji dan diagung-agungkan. Jika kita cermati makna dari kata idola, korelasinya begitu dekat dengan keyakinan atau akidah. Maka perlu menjadi kewaspadaan bagi kita akan siapa yang menjadi idola dalam kehidupan ini, karena sang idola ada dua gendangnya, bisa menjadi jembatan yang mengantarkan kita ke surga atau ke neraka.
Maka dalam pandangan islam, yang sangat layak untuk dijadikan sebagai idola ialah Nabi Muhammad Saw. kenapa? karna Allah berfirman dalam al-Quran surah Al-Ahzab ayat ke 21, juz yang ke 21, posisi sebelah kiri bagian bawah
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”.
Tipe-tipe Manusia
Dalam konteks ini, Abbas al-Aqqad, seorang pakar muslim kontemporer menguraikan bahwa manusia terklasifikasikan ke dalam empat tipe: seniman, pemikir, pekerja, dan yang tekun beribadah. Sejarah hidup Nabi Muhammad Saw. membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mencapai puncak ke empat macam manusia tersebut. Nabi Muhammad Saw. memiliki 4 sifat yang tidak ada pada manusia lainnya, apalagi seperti oppa-oppa Korea.
al-Shidqul Mutlaq (kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam kondisi apapun) al-Iltizam al-kamil (komitmen dan sifat Amanah yang amat sempurna, sehingga beliau bergelar Al-amiin (yang terpercaya) At-Tabligul kamil (menyampaikan secara sempurna, tidak peduli siksaan, konspirasi, dan kebencian yang harus ia hadapi) Fathanah (intelegensi yang cerdas dan cemerlang).
Kalau sudah membicarakan seluk beluk dari pada manusia mulia dan yang paling mulia ini, tentu tidak akan ada habisnya. Bagaikan buih di tengah lautan, bintang di tengah malam yang terus menampakkan keberadaannya. Maka layaklah kita menjadikan beliau sebagai idola utama dan yang paling utama, bukan malah sebaliknya menjadikan para artis korea, penyanyi, pedangdut, maupun aktor film menjadi idola dalam kehidupan. Sehingga melupakan Rasulullah Saw. bahkan sampai mengoleksi & menempelkan poto-poto mereka dengan dalih agar hidup lebih tenang dan tidak terasa kesepian.
Bentuk Kecintaan Nabi
Wahai saudara, demi Allah mereka sama sekali tidak bisa mendatangkan manfaat apalagi syafaat. Kau sanjung-sanjung mereka di dunia, kau puji-puji mereka sekarang, ketika tiba masanya tidak bermanfaat lagi harta dan anak, jabatan dan kekuasaan. Maka mereka akan berlari darimu, tidak peduli akan nasibmu, dan justru malah menyalahkanmu kenapa aku yang kau idolakan bukan Rasulullah Saw?
Rasulullah Saw. bersabda melalui riwayat Imam Muslim dalam kitabnya Shahih Muslim no. 296. “Likulli nabiyyin da’watun mustajabah” (setiap nabi memiliki doa yang mustajab -doa yang maqbul). Doa nabi Musa sudah terpakai olehnya, doa nabi Nuh pun sudah terpakai olehnya, tapi doa nabi Muhammad Saw. masih tersimpan. Ketika giginya retak, pelipisnya berdarah, ketika dia akan terancam mati, beteriak para sahabat “Ya… Rasulallah!, inilah masanya engkau berdoa, agar turun hukuman”. “Tidak” kata Rasulullah, “satu doa ini akan aku simpan syafa’atan liummati yaumal qiyamah (syafaat untuk umatku di hari kiamat nanti)”.
Begitu sayangnya beliau kepada kita, 14 abad yang lalu dia telah ingat kepada kita dan telah merindukan kita. Maka apalagi yang menjadi alasan untuk tidak menjadikan Rasulullah Saw. sebagai idola kita?
اِشْفَعْ لَنَا يَا حَبِيْبَنَا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ