Sulaiman bin Mihran al-A’masy; Al-Mushaf dari Kufah
MajalahNabawi.com- Dalam edisi minggu ini, kita akan berkenalan kembali dengan salah satu rawi masyhur dalam rantai sanad kitab sahih al-Bukhari. Beliau adalah bintangnya para ulama dalam memahami al-Qur’an dan al-Hadis yang berasal dari Kufah, yakni Imam al-A’masy (61-148 H).
Nama Lengkap
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Sulaiman bin Mihran al-Asadi al-Kahili al-Kufi al-A’masy. Al’A’masy lahir di Thabaristan (wilayah subur yang berada disebelah selatan Laut Kaspia, masuk wilayah negara Iran) pada tahun 61 hijriyah. Walaupun lahir di Thabaristan, Imam al-A’masy tidak tumbuh besar di sana. Melainkan beliau tumbuh besar di kota Kufah, karena sejak kecil beliau ikut pindah ke Kufah bersama ibunya.
Menurut Abu Nu’aim, Imam al-A’masy adalah seorang Imam yang teguh pendiriannya. Seorang rawi hadis yang tsiqah, dan fatwanya didengarkan oleh umat. Imam al-A’masy juga merupakan seorang ulama yang banyak mengamalkan ilmunya dan seseorang yang ahli dalam beribadah.
Generasi
Imam al-A’masy termasuk dalam thabaqat Tabi’in generasi terakhir. Beliau masih bertemu dengan sahabat Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis dari beliau walaupun tidak secara langsung. Keahliannya dalam memahami al Qur’an dan al Hadis membuat beliau pendapat gelar “al-Mushaf” karena kecerdasan dan kejujurannya.
Pendapat Ulama
Dalam Syia’ar A’lam An-Nubala, Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa salah satu muridnya, yakni Imam Sufyan bin Uyainah memuji sang guru dengan mengatakan bahwa Imam al-A’masy setidaknya mempunyai tiga keunggulan yang menempatkannya di hati umat Islam. Imam al-A’masy adalah orang paling fasih membaca al-Qur’an, paling banyak hafalan Hadisnya, dan ahli dalam bidang faraidh (warisan), serta beberapa keunggulan lainnya.
Imam Adz-Dzahabi juga menyebutkan bahwa Imam Waki’ bin al-Jarrah (Guru Imam Asy-Syafi’i) menjadi saksi kesalehan Imam al’A’masy. Di mana beliau tidak pernah tertinggal dari Takbir Salat (selalu salat di awal waktu) selama 70 tahun.
Dan salah satu murid terbaiknya, yakni Imam Syu’bah bin Hajjaj (w. 160 H) yang menjadi salah satu kakek guru ideologis Imam al-Bukhari, mengatakan kalau dirinya (Imam Syu’bah) tidak pernah mendengar seseorang yang membacakan hadis sebaik Imam al-A’masy.
Guru-guru
Guru-guru al A’masy di antaranya antara lain Abdullah ibnu Abi Aufa, Zaid bin Wahab, Isma’il bin Raja’, Abu Hazim Asy Syuja’i, Addi bin Tsabit, Imarah bin al-Qa’qa, Mujahid bin Jabar, Mundzir Ats Tsauri, Abu Sholih, Said bin Ubaidah,.Masih banyak guru-guru al-A’masy dari kalangan Tabi’in generasi awal dan menengah.
Murid-murid
Murid-muridnya antara lain Syu’bah bin Hajjaj, Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin al Mubarak, Abu Usamah, Fudhail bin Iyadh, Abu Bakar bin Ayyasy, Sulaiman at Taimi, Abu Ishaq Al Fazari, Jarir bin Abdul Hamid. Para muridnya ini kebanyakan berasal dari generasi Atba’ at Tabi’in, kemudian menjadi rawi hadis yang tsiqah, yang meriwayatkan hadis dari al-A’masy.
Dalam kitab Sahih al-Bukhari maupun Kutub as-Sittah lainnya, nama Imam al-A’masy tertulis abadi dalam rantai sanadnya. Hal ini karena ke-tsiqah-an dirinya dan murid-muiridnya, sehingga Imam al-Bukhari, Imam Muslim, maupun Ashab as-Sunan banyak mengambil riwayat dari dirinya dan murid-muridnya.
Dengan ke-tsiqah-annya, tidak heran jika Imam Ali bin Abdullah al-Madini (salah satu guru Imam al-Bukhari) mensejajarkan Imam al-A’masy di Kufah sebagai salah satu dari enam orang yang paling banyak menghafal ilmu agama selain lima tokoh lainnya. Yakni Malik bin Dinar di Makkah, Ibnu Syihab Az Zuhri di Madinah, Abu Ishaq As-Suba’i di Kufah, Yahya bin Katsir Naqilah dan Imam Qatadah di Bashrah.
Dalam kitab Hilyah al-Auliya, Imam Adz Dzahabi mengatakan bahwa al Mushaf, Sulaiman bin Mihran al A’masy wafat karena sakit pada bulan Rabi’ul Awwal, tahun 148 Hijriyah di Kufah. Beliau berusia sekitar 87 tahun.