Sumbangsih dan Peninggalan Berharga Imam al-Baihaqi
Majalahnabawi.com – Sebelum kita mulai ke pembahasan inti, ngomong-ngomong kalian udah pada tau belum nih siapa nama lengkap Imam al-Baihaqi? Terus lahirnya tahun berapa dan dimana?
Nah jadi, nama lengkapnya beliau itu Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Abdullah bin Musa al-Khusraujirdi al-Baihaqi al-Khurasani. Beliau lahir pada bulan Sya’ban 384 H (September 994 M) di desa Khusraujirdi (desa kecil di pinggiran kota Baihaq), Naisabur. Naisabur itu salah satu kota utama di wilayah Khurasan (kalau dalam konteks sekarang berada di Iran). Ternyata wilayah Naisabur itu banyak melahirkan para ulama. Misalnya seperti Imam Muslim (w. 261 H), Ibn Huzaimah (w. 311 H), Ibnu Hibban (w. 354 H), al-Hafidz al-Hakim (w. 405 H), Imam al-Haramain (w. 478 H), Imam al-Qusyairi (w. 465 H), Abu Utsman al-Shabuni (w. 449 H) dll.
Imam al-Baihaqi itu seorang imam, dai yang kuat pendirian, faqih, hafidz, ahli ushul fikih yang cerdas, zuhud, dan wara’ pula. Di samping itu, beliau terkenal sebagai orang yang cinta terhadap hadis dan fikih juga. Kecepatan memahami dan potensi kecerdasannya pun tidak perlu diragukan lagi dong tentunya, luar biasa.
Di sisi lain, ternyata Imam al-Baihaqi itu hidup pada masa disintegrasi Daulah Abbasiyah yang mana mengalami kemunduran. Banyak daerah-daerah yang melepaskan diri dan mirisnya malah membentuk kerajaan-kerajaan kecil.
Komitmen Beragama dalam Keadaan Kekacauan Negara
Beliau hidup tatkala kekacauan sedang marak di berbagai negeri Islam. Saat itu, kaum Muslimin terpecah-belah berdasarkan politik, fikih, dan pemikiran. Antara kelompok yang satu dengan yang lain berusaha saling menyalahkan dan menjatuhkan. Kondisi inilah yang kemudian dimanfaatkan Kerajaan Romawi untuk menghancurkan Kerajaan Islam saat itu.
Dalam masa krisis ini, Imam al-Baihaqi pun hadir sebagai pribadi yang berkomitmen terhadap ajaran agama. Beliau selalu memberikan teladan bagaimana seharusnya menerjemahkan ajaran Islam dalam perilaku keseharian. Beliau mampu menyatukan perbedaan paham, sehingga ada salah satu ulama yang menyebut Imam al-Baihaqi bagaikan gunung dari gunung-gunung ilmu. Disebut sebagai tali Allah pula karena kecerdasannya itu berhasil menjembatani pemikiran mazhab. Dari situlah Imam Baihaqi itu terkenal sebagai pakar ilmu hadis dan fikih.
Sebelum menjadi orang yang luar biasa keilmuannya, tentunya beliau juga memiliki proses yang tidak instan begitu saja. Jadi setelah memperoleh ilmu dari para ulama pada masa itu di wilayahnya, yang namanya pecinta ilmu, tentunya beliau tidak puas dengan apa yang dimiliki. Nah dari situlah beliau berkelana ke Irak, kota-kota sekitar Irak (al-Jibal), dan ke Hijaz.
Di antara yang beliau pelajari adalah ilmu hadis, ‘ilal al-hadis, dan fikih. Beliau pun berguru kepada kepada ulama-ulama terkenal dari berbagai negara.
Di antara guru-gurunya beliau yaitu Imam Abul Hassan Muhammad bin al-Husain al-Alawi, Abu Abdillah al-Hakim (pengarang kitab al-Mustadrak ‘ala al-Shahihain), Abu Tahir al-Ziyadi, Abu Abd al-Rahman al-Sulami, Abu Bakr bin Furik, Abu Ali al-Ruthabari, Hilal bin Muhammad al-Hafar, Ibnu Busran, al-Hasan bin Ahmad bin Farras, Ibnu Ya’qub al-Ilyadi, dan lain-lain.
Ulama Produktif Penuh Karya
Kemana pun kita pergi, sejauh manapun kaki kita melangkah. Ujung-ujungnya kita rindu kampung halaman dan ingin pulang. Nah, begitu pula Imam al-Baihaqi, setelah sekian lama merantau untuk rihlah ilmiah ke berbagai penjuru negeri Islam, akhirnya beliau pun pulang ke kampung halamannya, di kota Baihaq. Untuk apa? Tentunya untuk menyebarkan ilmu yang sudah beliau dapat selama mengembara. Dari situ lah beliau mulai aktif mengajar.
Mengajar saja tanpa berkarya rasanya kurang sreg, maka dari itu ternyata beliau juga aktif menulis buku, beliau itu termasuk ke dalam deretan para penulis buku yang produktif pada masanya.
Perlu kalian tau nih, ternyata buku-buku karya tulisan beliau itu kurang lebih mencapai 1000 jilid, Tema yang dikajinya pun sangat beragam tentunya, mulai dari bidang akidah, hadis, fikih hingga tarikh. Para ulama pun banyak yang mengapresiasi karya-karyanya itu, karena pembahasannya yang amat luas dan mendalam.
Jadi gimana tuh menurut kalian? Keren kan, kita aja bikin karya satu buku atau skripsi udah rumit bikinnya, mencari inspirasi sana-sini, belum waktunya ke potong sama mainin HP apalagi kalo si doi ngechat. Hhhee, canda doi.
Karya yang Melimpah
Lanjut, nah kalian tau ga tuh apa aja nama-nama kitab karya beliau? Bagi yang belum tau, nih saya kasih tau ya. Jadi di antara nama kitab karya beliau itu: al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Shaghir, Ma’rifat al-Sunan wa al-Atsar, al-Mabsuth, al-Asma’ wa al-Shifat, al-I’tiqad, Dalail al-Nubuwwat wa Ma’rifat Ahwal Shahib al-Syari’ah, Syu’ab al-Iman, al-Da’wah al-Kabir, al-Zuhd al-Kabir, Isbat ‘Azab al-Qabr wa Sual al-Malakain, dan Takhrij Ahadis al-Umm.
Di samping itu, beliau tuh suka nambahin catatan-catatan di dalam karya-karyanya, seperti hadis-hadis dan para ahli hadis. Perlu diketahui juga nih, ternyata beliau itu pencetus penulisan indeks mengenai tokoh-tokoh dari tiga generasi pertama ahli hadis lho, gimana keren bingits kan beliau? Jadi, setiap jilid cetakan Hyderabad itu memuat indeks yang berharga mengenai tokoh-tokoh dari tiga generasi pertama para ahli hadis yang sering dijumpai dengan di sertai petunjuk periwayatannya.
Kitab Sunan al-Shagir
Btw, kalian tau ga nih, ternyata al-Sunan al-Shaghir itu bukan ringkasan dari kitab al-Sunan al-Kubra lho. Ga semua hadis yang ada dalam al-Sunan al-Shaghir terdapat dalam kitab al-Sunan al-Kubra, begitu pula sebaliknya. Walaupun memang ga bisa dipungkiri sih bahwa sebagian besar hadis dalam al-Sunan al-Shaghir itu udah ada dalam al-Sunan al-Kubra.
Sedikit gambaran aja nih, jadi al-Sunan al-Shaghir itu kitab Sunan yang memadukan antara kitab fikih dan kitab hadis. al-Sunan al-Shaghir menggunakan sistematika fikih, sehingga ia disebut juga sebagai kitab fikih. Namun, ia juga disebut sebagai kitab hadis karena memang kitab ini didominasi pemuatan hadis Nabi dengan disertai sanad yang autentik. Beliau pun memberikan penilaian tentang derajat hadis yang ditulis dalam kitab ini, baik shahih maupun dhaif, meskipun banyak juga sih hadis yang tidak beri penilaian karena mungkin saking banyaknya hadis yang ada di kitab tersebut.
Selain indeks tokoh hadis yang ditulis dalam banyak karyanya, Imam al-Baihaqi juga mewariskan banyak karya-karya sebagaimana yang sudah saya tulis di atas. Nah khususnya kitab al-Sunan al-Shaghir, ternyata kitab ini tuh mampu menjadi rujukan siapa pun yang belajar hadis. Tentunya hal ini merupakan warisan yang sangat berharga setelah beliau wafat hingga kini. Hal ini selaras pula dengan kata-kata mutiara berikut: “Sebuah tulisan akan tetap kekal abadi walaupun sang penulis telah terkubur di dalam tanah.”
Wafatnya Sang Imam
Imam al-Baihaqi meninggal pada hari Sabtu pada tanggal 10 Jumadil ‘Ula 458 H (9 April 1066 M) di Naisabur, Iran. Pada saat itu beliau berusia 74 tahun. Jenazahnya dibawa ke kota kelahirannya, yaitu Baihaq, dan dimakamkan di sana.
Saking dicintainya beliau oleh masyarakat kota Baihaq, sampe-sampe mereka itu berpendapat bahwa kota merekalah yang lebih patut sebagai tempat peristirahatan terakhir untuk seorang pecinta hadis dan fikih seperti Imam al-Baihaqi ini.
Nah gaes, jadi sekarang udah pada tau kan “Apa saja Sumbangsih dan Peninggalan Berharga dari Imam Baihaqi itu.” Beliau mewariskan ilmu-ilmunya untuk ditanamkan di dada para muridnya. Di samping itu, beliau pun mengabadikannya ke dalam berbagai bentuk karya tulis yang hingga sekarang pun umat muslim di berbagai penjuru dunia bisa mengkaji dan mengambil manfaat dari karya-karyanya.