Tahun Baru Dan Penyakit Hati

Majalah Nabawi – Kian banyak kita ketahui para ahli kesehatan mempromosikan jenis-jenis terapi untuk kesehatan dan penyembuhan penyakit. Namun tampaknya, terapi-terapi tersebut kebanyakan hanyalah terapi yang berkaitan dengan penyakit jasmani, bukan terapi yang berkaitan dengan penyakit hati. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit jasmani.

Imam Ibn Abi al-‘Izz al-Hanafi (w.729 H) dalam kitabnya, Syarh al-Aqidah al-Thahâwiyyah, menyebutkan bahwa sumber penyakit hati ada dua macam, yaitu: syahwat (keinginan, selera) dan syubhat (pemahaman yang keliru terhadap teks-teks agama). Kedua sumber penyakit hati ini disebut dalam al-Quran. Allah berfirman:

فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ (الأحزاب: 32)

Artinya: “Maka janganlah kalian tunduk (sehingga menimbulkan keberanian orang lain bertindak tidak baik terhadap kalian) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya“. (QS. Al-Ahzab: 32).

Penyakit hati yang dimaksud dalam ayat ini adalah maradl al-syahwat (penyakit keinginan atau selera). Dan Allah berfirman:

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كَٰفِرُونَ

Artinya: “Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir“. (QS. Al-Taubah: 125).

Penyakit hati yang dimaksud dalam ayat ini adalah maradl al-syubhat.

Penyakit hati yang syubhat timbulkan lebih berbahaya daripada penyakit hati yang syahwat timbulkan (keinginan atau selera). Hal itu karena penyakit hati yang berasal dari syahwat dapat sembuh apabila syahwat (keinginan, selera) itu terpenuhi. Sedangkan penyakit hati yang berasal dari syubhat tidak dapat sembuh kecuali orang yang Allah Swt. beri rahmat saja. Di sisi lain, penyakit hati yang syahwat timbulkan hanya akan menimbulkan dosa yang apabila Allah menghendaki, dapat diampuni. Sedangkan penyakit yang berasal dari syubhat dapat menyebabkan syirik dan kekufuran yang apabila tidak diikuti dengan taubat, tidak akan diampuni oleh Allah swt.

Bermuara Pada Kesesatan

Dua penyebab penyakit hati ini pada akhirnya akan bermuara pada kesesatan yang nyata (al-dlalâl al-mubîn). Penyakit hati yang syahwat timbulkan akan menyebabkan munculnya perbuatan maksiat yang berupa pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan penyakit hati yang syubhat timbulkan juga akan menyebabkan timbulnya maksiat yang berupa pemahaman yang menyimpang dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Kedua maksiat ini adalah kesesatan yang nyata. Allah berfirman;

وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلًا مُّبِينًا

Artinya: Siapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata“. (Qs. Al-Ahzab: 36).

Maksiat Tahun Baru

Seperti kita ketahui bersama, hari Jumat yang lalu, tepatnya malam Sabtu, banyak di antara kita yang melakukan maksiat dalam rangka menyambut tahun baru. Uang yang semestinya kita gunakan untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang terkena musibah, kita habiskan dalam bentuk hura-hura dan maksiat dalam bentuk membakar petasan, kembang api, pementasan munkarat, dan lain sebagainya. Allah dan Rasul-Nya jelas melarang perbuatan tersebut. Sedangkan setan adalah provokator yang menghendaki kemungkaran tersebut. Dan ternyata banyak di antara kita yang taat pada provokasi setan daripada menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Ini tentu berbahaya karena penyambutan tahun baru dengan perayaan itu sejatinya adalah sebuah kemungkaran yang merupakan kesesatan yang nyata. Dan bagi mereka yang hatinya sakit atau terkena penyakit syahwat ketika menghadapi pergantian tahun, mungkin dia sudah sembuh dari penyakitnya itu ketika semua keinginan alias syahwatnya terpenuhi dalam maksiat pada malam tahun baru. Tetapi penyakit itu akan kambuh kembali ketika tahun baru datang lagi.

Yang lebih berbahaya lagi adalah mereka yang hatinya terkena penyakit syubhat, yaitu mereka yang menganggap malam pergantian tahun itu memiliki fadlilah (keutamaan). Sehingga dengan anggapan ini mereka perlu melakukan ibadah- ibadah khusus pada malam pergantian tahun. Misalnya, i’tikaf tahun baru, shalat tahajjud tahun baru, dan sujud syukur persis pada pukul 00.00 ketika malam pergantian tahun.

I’tikaf, shalat tahajjud, dan sujud syukur memang ada dasarnya dalam agama. Tetapi tidak ada kaitannya dengan pergantian tahun. Apabila seseorang yang tiap malam melakukan tahajjud, dan ketika malam pergantian tahun juga melakukan shalat tahajjud, maka hal itu sah-sah saja dan agama brnarkan. Tetapi bila ada orang yang secara khusus melakukan shalat tahajjud karena adanya pergantian tahun semata-mata, apalagi dia menganggap bahwa malam pergantian tahun itu memiliki fadlilah tertentu, maka dia sebenarnya telah terjangkit hatinya oleh penyakit yang syubhat timbulkan. Karena perbuatan yang dia lakukan tidak ada dalilnya dalam al-Quran dan Hadis. Perbuatan yang dia lakukan masuk kategori membuat syariat baru dalam agama berdasarkan firman Allah;

أمْ لَهُمْ شُرَكَلُوا شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنُ بِهِ الله (الشورى: (۲۱)

Artinya: Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (Qs. Al-Syura: 21).

Atau menurut istilah Hadis, masuk dalam kategori al-muhdatsät, sesuatu yang baru yang tidak ada tuntunannya dalam perintah Allah dan RasulNya. Ini berdasarkan Hadis riwayat Imam Muslim;

من أحدث في أمر دينا ما ليس فيه أمرنا فهو رد. (رواه الإمام مسلم)

Artinya: “Siapa yang membuat aturan baru dalam masalah kami, yang tidak kami perintahkan, maka tertolak“. (HR. Imam Muslim).

Padahal sejatinya pergantian tahun baru itu sama saja dengan pergantian bulan, pergantian minggu, dan pergantian hari, yang tidak memiliki kelebihan apa pun.

Terapi Penyakit Hati

Untuk mengobati penyakit hati, baik yang syahwat timbulkan maupun syubhat, kita harus menjadikan dua pusaka Nabi Muhammad saw sebagai pegangan hidup dan sumber amal ibadah kita. Nabi Saw menegaskan;

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ تَمَسكتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا، كتاب الله وَسُنَّةَ رَسُوْله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه الحاكم)

Artinya: “Telah kuwariskan kepada kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Yaitu Kitabullah (al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya“. (HR. al-Hakim).

Dan tidak ada orang lain yang dapat mengobati penyakit hati kita kecuali diri kita sendiri. Apabila kita tidak mau mengobati hati kita yang sakit itu, maka tidak akan Allah Swt. sembuhkan, justru akan semakin parah sakitnya. Allah Swt berfirman;

في قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا (البقرة: ١٠)

Artinya: “Di dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambahkan kepada mereka penyakit (yang lain)“.(QS. Al-Baqarah: 10).

Similar Posts