Tenang, Ada Rasul yang Mencintai Kaum Perempuan
Majalahnabawi.com – Rasul sangat mencintai umatnya, melebihi rasa cinta orang tuamu, pasanganmu atau bahkan dirimu sendiri.
Nabi diutus kepada kaum yang membenci perempuan, zaman di mana ketika perempuan hanya dijadikan tempat pelampiasan hawa nafsu, bahkan ketika ada seorang istri tertawa di depan suaminya, dan suaminya tidak suka maka suaminya berhak mencabut gigi istrinya.
Beliau dijadikan Rasul pada zaman di mana perempuan dianggap aib, sehingga tak jarang hal ini mengakibatkan bayi perempuan dikuburkan hidup-hidup pada masa itu.
Kisah Abdullah bin Mughaffal
Terdapat kisah dari Abdullah bin Mughaffal, ia adalah salah satu sahabat yang mengikuti Bai’at al-Ridwan, sahabat ini memiliki kunyah Abu Sa’id atau Abu Abdurrahman atau Abu Ziyad.
Suatu hari didapati Abu Abdurrahman dalam keadaan murung, sampai Rasul menanyakan hal tersebut kepadanya.
Dijawab oleh Abu Abdurrahman: “Rasul, saya pernah mendapati penyesalan terbesar dalam hidup saya”.
Abdullah bin Mughaffal pun menceritakan kisah penyesalannya kepada Rasul.
Dikisahkan Abdullah bin Mughaffal mempunyai seorang istri yang sedang mengandung, dan Abdullah kerap kali tidak berada di sisi istrinya ketika istrinya sedang hamil besar, hal ini dikarenakan aktivitas berdagangnya yang sangat padat.
Istrinya pun melahirkan seorang anak perempuan yang cantik nan lucu.
Waktu demi waktu, anak perempuan tersebut tumbuh sebagai anak kecil yang pintar, ceria dan mampu menggembirakan kedua orang tuanya.
Namun, Abu Sa’id senantiasa dihantui oleh cibiran masyarakat sekitar dikarenakan tidak berani menguburkan anak perempuannya hidup-hidup.
Suatu hari, Abdullah meminta kepada istrinya untuk menghiasi anak perempuannya dengan sebaik-baiknya hiasan. Istrinya paham apa yang akan dilakukan oleh suaminya, dan meminta agar mengurungkan niat tersebut.
Namun, Abdullah bin Mughaffal tetap membawa anak perempuannya ke daerah yang menjadi tempat untuk menguburkan anak perempuan secara hidup-hidup. Sesampainya di sana, jenggot Abdullah terkena tanah, lalu dibersihkan oleh anak perempuannya, seketika muncul perasaan nurani Abdullah bin Mughaffal untuk membatalkan niatnya, yakni menguburkan putri cantiknya.
Tapi ia bunuh perasaan tersebut dan tetap menggali lubang untuk menguburkan anaknya.
Ketika sang anak hendak dimasukkan ke dalam lubang, berteriak anak tersebut dengan berucap berulang kali, “Ayah, jangan kau sia-siakan bagaimana pun saya adalah amanat untukmu”.
Ia pegang tangan anaknya, ia hentakkan dan dimasukkan anaknya ke dalam kubur sampai tidak terdengar teriakan tersebut.
Rasulullah Sangat Marah kepada Orang Yang Mengubur Anak Perempuannya Hidup-hidup
Setelah Rasul mendengar kisah tersebut, Rasul terisak-isak sampai air matanya membasahi kain yang ada di bawahnya.
Seketika Rasul berkata:
لَوْ كُنْتُ نَبِيًّا فِيْ ذَاكَ الزَّمَانِ لَأُقِيْمُ الْحَدَّ عَلَيْكَ يَا ابْنَ الْمُغَفَّلِ
“Kalau sendainya aku telah menjadi nabi pada zaman itu, maka aku akan kuburkan kau hidup-hidup ya Ibn Mughaffal, sebagaimana kamu telah menguburkan hidup-hidup anak perempuanmu”.
Dari kisah di atas, terlihat bagaimana Rasul sangat tidak suka kepada orang tua yang berlaku kasar kepada anak perempuannya. Terlihat jelas bahwa Rasul sangat menyayangi anak perempuan.
Terdapat sebuah hadis yang menggambarkan betapa Rasul memuliakan orang tua yang memiliki anak perempuan
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ» وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Orang yang mengasuh dua orang anak perempuan sehingga berumur baligh, maka dia akan datang pada hari Kiamat kelak, sedang aku dan dirinya seperti ini.” Dan beliau menghimpun kedua jarinya.” [HR. Muslim]
Rasulullah Menyayangi Perempuan
Rasul tidak hanya sayang kepada anak perempuan, namun juga ketika perempuan tersebut telah menjadi seorang istri.
Ketika Nabi berjumpa dengan seorang perempuan sesudah perempuan tersebut bertanya beberapa masalah dalam fikih.
“Adakah kamu sudah menikah?” Tanya Rasul.
“Betul, saya adalah istrinya fulan bin fulan” jawab Perempuan tersebut.
“Bagaimana perlakuanmu terhadap suamimu?” Tanya Rasul.
“Saya memperlakukannya seperti yang kau perintahkan, ya Rasulullah. Saya hormati dia, saya sayangi dia, saya melakukan perintahnya selagi saya mampu” Jawab perempuan tersebut.
Nabi pun tersenyum lebar mendengar jawaban tersebut.
“Perhatikan betul bagaimana caramu memperlakukan suamimu, sebab ia adalah jalan surga atau neraka bagimu” tambah Rasul.
Kisah di atas menggambarkan bagaimana Rasul memperhatikan kaum perempuan, bahkan ketika perempuan tersebut telah menjadi seorang istri.
Ridha suami pun juga menjadi salah satu faktor keberhasilan ibu dalam mendidik anaknya. Jika suami ridha, insya Allah dalam proses mendidik anak akan dipermudah. Sebaliknya, jika hubungan sang ibu kurang baik terhadap suaminya boleh jadi hal tersebut akan menghambat sang ibu dalam mendidik anaknya.