Transformasi Sistem Pendidikan Pesantren

Majalahnabawi.com – Dunia pendidikan pesantren menghadapi tantangan dalam mengembangkan nilai-nilai kependidikan dan membangun karakter yang sesuai dengan budaya Indonesia yang dinamis, percaya diri, bertanggung jawab, berani dan mandiri (Gazali, 2018). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan adalah tempat untuk merubah sikap dan memperbaiki moral generasi bangsa yang baik (Fahraini and Almaliki, 2023).

Pendidikan karakter dalam pendidikan Islam merupakan bagian integral dari setiap proses pendidikan yang ada. Sebaliknya, itu bukanlah sebuah bidang pendidikan yang terpisah. Namun, pendidikan moral bukan sesuatu yang baru di sistem pendidikan nasional karena prinsip pendidikan karakter sudah diatur dalam UU No. 20/2023 tentang Sisdiknas, tetapi pendidikan karakter belum menjadi inti dari setiap jenjang pendidikan. Selain menjadi bagian dari pembentukan moral generasi bangsa, pendidikan karakter juga diharapkan dapat menjadi pondasi utama untuk mensukseskan Indonesia Emas (Leadership et al., 2024).

Mengapa pendidikan karakter saat ini penting menjadi hal yang sering dibicarakan di era transformasi digital? Jika kita sedikit mengingat tentang sejarah, pada 1400 tahun lalu baginda Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa misi utamanya diutus untuk berdakwah dan mendidik umat manusia dalam menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter BaKu (Baik dan Kuat).

Peran Pesantren dalam Membentuk Karakter

Menurut Chandra (2020), pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dan melibatkan elemen “pengetahuan, perasaan, cinta dan tindakan”. Pada dasarnya, anak-anak dengan kualitas karakter rendah memiliki tingkat perkembangan emosi sosial yang rendah.

Dampaknya, mereka berisiko mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi dengan orang lain dan kehilangan kontrol diri. Sistem pendidikan harus diperbaiki agar pesantren dapat menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai yang membentuk dan mewujudkan visi negara dan karakter bangsa, menghasilkan alumni yang memiliki integritas moral dan kecerdasan intelektual.

Pesantren diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral yang luhur di dalam dan di luar pondok. Sistem nilai pesantren memiliki enam nilai yang memberikan kekuatan dan keunggulan. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai teologis; nilai-nilai alam/fisik; nilai-nilai logika/rasional; nilai-nilai estetika/keindahan; nilai-nilai etik; dan nilai-nilai utilitas/kebermanfaatan.

Didikan dan Lingkungan Pertama Anak akan sangat Berpengaruh pada Pembentukan Karakter

Pendidikan dan lingkungan pertama anak di keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan karakter mereka. Keluarga, sebagai lingkungan pertama dan paling intim, menjadi tempat di mana anak pertama kali mengalami dunia, belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, dan mengembangkan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif mereka.

Orang tua dan keluarga yang mendukung pendidikan ini tidak hanya memberikan dasar untuk pengembangan kemampuan anak. Tetapi mereka juga membentuk pola perilaku yang positif dan konstruktif. Misalnya, anak yang diberi contoh positif dari orang tua dan keluarga tentang kerja keras, kebaikan, dan kasih sayang dapat mengembangkan karakter yang bertanggung jawab dan peduli terhadap orang lain.

Namun, Pendidikan dan lingkungan keluarga yang tidak mendukung pengembangan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif anak dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku merundung. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang kurang mendukung pengembangan kemampuan sosial dan emosional mungkin tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi rasa takut, kesulitan, atau ketidakpastian yang dapat menjadi faktor pemicu perilaku merundung.

Selain itu, anak yang suka merundung mungkin mengalami kesulitan dalam menyikapi perubahan dan tantangan baru. Anak yang suka merundung juga mungkin kurang mampu menyikapi kritik atau kesalahan dari orang lain dengan cara yang konstruktif. Lingkungan pesantren yang kurang mendukung juga dapat memperburuk kondisi ini. Dengan adanya santri yang merundung yang mungkin juga mendapatkan dukungan dari teman-teman pemiliki pola perilaku serupa, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak mendukung perubahan positif.

Beberapa Cara Antisipatif Pesantren dalam Membangun Karakter Baik Kuat

Buku “Membangun Karakter BaKu (Baik dan Kuat)” oleh Aa Gym menekankan pentingnya pendidikan karakter di Pesantren untuk membangun karakter baik dan kuat (Gymnastiar, 2023). Pesantren diharapkan mampu mengajak santri untuk melatih diri mereka dalam berbagai aspek, termasuk:

  • Asah terus Ikhlas

Pesantren harus bisa mengajak santri untuk melatih diri mereka untuk terus bersyukur kepada Allah atas segala nikmat. Diharapkan akan menyebabkan kebaikan dan anugerah Allah akan selalu turun menyertai.

  • Berlatih untuk terus berkata jujur

Mengajari santri untuk menerapkan perilaku jujur. Hal ini merupakan sifat yang disukai oleh Allah dan penting untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan.

  • Menerapkan sifat rendah hati

Mengajak santri untuk melatih diri mereka rendah hati. Hal ini merupakan nutrisi yang baik untuk siapapun yang ingin meraih sukses dan ridha Allah.

  • Berani

Membangun keberanian santri untuk melakukan apa yang Allah sukai, bukan hanya berkelahi atau mengalahkan orang lain.

  • Disiplin

Menekankan pentingnya kesiplinan dalam pendidikan karakter. Harapannya adalah santri yang kuat dalam menjalankan kedisplinan dapat mempersiapkan diri untuk berdisiplin terhadap apa yang sedang dilakukan.

  • Tangguh

Mengajarkan santri untuk menjawab tantangan dengan tangguh, dengan berpegang teguh terhadap Allah SWT.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa Pesantren memiliki peran penting dalam membentuk karakter santri yang baik dan kuat. Hal itu karena pesantren menekankan pada nilai-nilai moral dan etika yang kuat serta pengembangan kepribadian dan keterampilan sosial. Hal tersebut juga akan berdampak baik pada karakter generasi bangsa yang unggul.

Similar Posts