Ulama Ahli Hadis Tunanetra
Majalahnabawi.com – Tidak ada halangan bagi siapa pun untuk ikut andil dalam berkontribusi menyebarluaskan ilmu Allah. Termasuk di antaranya adalah para ulama ahli hadis tunanetra, yang dengan segala keterbatasannya justru membuatnya semakin bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu hingga mampu mewariskan beberapa keilmuan yang sangat berguna bagi generasi-generasi berikutnya. Adapun biografi beberapa ulama ahli hadis yang tunanetra adalah sebagai berikut.
Abu Bakar bin Abdurrahman
Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Imam Makhzum. Beliau lahir di masa kekhalifahan Al-Faruq, Umar bin Khattab. Beliau termasuk salah satu 7 fuqaha (ahli fiqih) di Madinah, dan termasuk pembesar Bani Makhzum. Abu Bakar bin Abdurrahman terkenal dengan julukan “Rahib Quraisy”, karena ketaatan beliau dalam beribadah, yang mana beliau merupakan seseorang yang banyak melakukan shalat dan puasa.
Abu Bakar bin Abdurrahman adalah sosok pribadi yang mampu menggabungkan antara ilmu, amal, dan kemuliaan. Selain itu, beliau merupakan salah satu pemimpin kaum muslimin setelah masa sahabat Muhajirin dan Anshar, dan beliau adalah seorang tabi’in yang tsiqah. Akan tetapi, Allah mengujinya dengan mata yang buta, namun hal tersebut tidak menghalangi beliau dalam menempuh jalan panjang untuk menuntut ilmu. Beliau lebih mengutamakan ketajaman mata hatinya daripada indra penglihatannya sebagaimana yang Allah kehendaki baginya, sehingga Allah menggantikan apa yang telah hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Abu Bakar bin Abdurrahman merupakan pengganti ayahnya dalam kemuliaannya. Ayah beliau adalah Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam, dan termasuk tokoh besar tabi’in yang mulia di tengah-tengah kaumnya, memiliki pandangan-pandangan dan pemikiran yang tajam serta banyak memiliki keutamaan. Ayah beliau lahir ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup. Namun, tidak belum referensi yang mengkonfirmasi apakah beliau termasuk sahabat atau bukan.
Abu Bakar bin Abdurrahman juga terkenal sebagai ahli hadis yang banyak meriwayatkan hadis dari generasi sebelumnya. Beliau meriwayatkan hadis dari ayahnya sendiri: Abdurrahman bin Al-Harits, ‘Ammar bin Yasir, Umm al-Mu’minin: ‘Aisyah, Abu Hurairah, dan lainnya. Adapun para ulama yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah, antara lain putra-putra beliau, lalu ada Umar bin Abdul Aziz, Mujahid, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan rawi-rawi lainnya. Abu Bakar bin Abdurrahman wafat di Madinah pada tahun 94 H. Tahun tersebut terkenal dengan sebutan tahunnya ahli fiqih, karena pada tahun tersebut banyak ahli fiqih yang meninggal dunia.
Qatadah bin Di’amah
Nama lengkap beliau adalah Qatadah bin Di’amah bin ‘Aziz bin Zaid bin Rabi’ah. Namun ada juga yang berpendapat Qatadah bin Di’amah bin ‘Ukabah Al-Sadusi Al-Bashri. Adapun Al-Sadus berasal dari Bani Syaiban bin Dzuhl bin Tsa’lab bin Bakr bin Wa’il. Beliau merupakan hafidz al-‘ashr (penghafal di masanya), dan qudwat al-mufassirin wa al-muhaddisin (suri teladannya para ahli tafsir dan ahli hadis). Qatadah lahir pada tahun 60 H dari rahim ibunya dalam keadaan buta kedua matanya.
Dengan segala keterbatasan yang beliau miliki, tidak menjadikannya penghambat perjuangannya dalam menuntut ilmu. Beliau mendatangi berbagai tempat ilmu tanpa malu dan ragu. Beliau pernah berguru kepada Anas bin malik, Abdullah bin Sarjis, Abu Thufail Al-Kinani, Said bin Al-Musayyib, Abu; ‘Aliyah, Zurarah bin Aufa, Al-Hasan Al-Bashri, Muhammad bin Sirin, dan lainnya. Adapun para ulama yang meriwayatkan hadis dari beliau di antaranya adalah Ayyub Al-Sakhtiyani, Ibnu Abi ‘Awanah, Al-Auza’i, Syu’bah bin Al-Hajjaj, dan lainnya.
Beliau termasuk salah satu ulama yang populer dengan julukan bejana ilmu, karena banyaknya ilmu dan sempurnanya hafalan beliau. Ketika beliau mendengar suatu hadis maka beliau akan melahap semuanya dalam ingatannya dan sekaligus memahaminya dengan pemahaman yang sempurna. Said bin Al-Musayyib sebagai guru dari Imam Qatadah begitu mengagumi muridnya yang satu ini. Sehingga Said pun memberikan pujian kepadanya secara langsung, “Aku tidak menyangka Allah subhanahu wata’aala menciptakan manusia dengan kekuatan hafalan sepertimu”. Said bin Al-Musayyib juga mengemukakan “Tidak pernah aku temui orang Irak yang hafalannya lebih kuat dari Qatadah”.
Qatadah adalah simbol kekuatan hafalan di masanya dengan memori yang sangat kokoh dan mengagumkan. Tidak heran jika apa yang terdengar pasti terekam dan terpatri dalam kalbunya. Qatadah wafat pada tahun 117 H dalam usia 57 tahun di Wasith karena wabah penyakit tha’un dan dimakamkan di kota tersebut.
Muhammad bin Al-Minhal
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Al-Minhal Al-Tamimi, dan mempunyai julukan Abu Ja’far atau Abu Abdillah Al-Dharir Al-Bashri Al-Hafidz. Beliau termasuk seseorang yang buta matanya, tsiqah, dan hafidz. Beliau juga merupakan salah satu teman Yazid bin Zurai’. Mempunyai banyak guru, di antaranya adalah Abu ‘Awanah, Ja’far bin Sulaiman, Muhammad bin Abdurrahman Al-Thufawi, Abu Daud Al-Thayalisi, dan lainnya. Adapun para ulama yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Muhammad Ad-Darimi, dan lainnya. Beliau wafat di Bashrah pada bulan Sya’ban tahun 231 H.