Urgensi Belajar Bahasa Asing bagi Kalangan Milenial
majalahnabawi.com – Belajar merupakan kewajiban bagi kita sebagai makhluk di muka bumi ini, baik belajar yang bersifat Agama maupun non-Agama. Tapi, pada tulisan kali ini saya lebih spesifik ingin mambahas tentang “urgensi belajar bahasa Asing bagi kalangan milenial”.
Bahwasannya tulisan ini berasal dari renungan saya sebagai penulis, ketika Ustaz Ahmad Ubaydi Hasbillah menjelaskan di dalam bukunya “40 Hadis Pengader Ulama”. Di mana hadis yang beliau kumpulkan ialah hadis-hadis yang sering disampaikan oleh almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., selama mengajar. Hadis tersebut termaktub dalam buku “40 Hadis Pengader Ulama” pada halaman 56. Berikut redaksi hadisnya:
Hadis Pentingnya Belajar Bahasa Asing
عَنْ خَارِجَةَ يَعْنِي ابْنَ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: قَالَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ: أَمَرَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَعَلَّمْتُ لَهُ كِتَابَ يَهُوْدٍ وَقَالَ: إِنِّيْ وَاللهِ مَا آمَنَ يَهُوْدُ عَلَى كِتَابِيْ. فَتَعَلَّمْتُهُ فَلَمْ يَمُرَّ بِيْ إِلَّا نِصْفُ شَهْرٍ حَتَّى حَذَقْتُهُ فَكُنْتُ أَكْتُبُ لَهُ إِذَا كَتَبَ وَأَقْرَأُ لَهُ إِذَا كُتِبَ إِلَيْهِ
Terjemah: Dari Sayyidina Kharijah bin Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhuma mengisahkan bahwa ayahandanya, Zaid bin Tsabit berkisah, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam [untuk belajar bahasa Ibrani atau Suryani guna menerjemahkan surat-surat orang Yahudi]. Aku akhirnya mampu mempelajari surat-surat orang Yahudi tersebut untuk Nabi.” “Demi Allah, sungguh aku akan buktikan kepada orang Yahudi bahwa aku mampu menguasai bahasa mereka.” Kata Zaid penuh optimisme dan semangat membara. “Lalu, aku segera mempelajarinya. Tidak lebih dari setengah bulan, aku sudah menguasainya. Setelah itu aku selalu menuliskan surat Nabi ketika beliau ingin berkirim surat dengan mereka. Aku juga selalu membacakan untuk Nabi ketika beliau menerima surat dari mereka” lanjut Zaid.
Hadis di atas, menjadi landasan kita sebagai kaum muslim yang milenial (kekinian). Agar, mempelajari bahasa Internasional atau bahasa lainnya. Karena, pepatah pernah berkata, “Bahasa adalah jendela dunia”. Ketika kita telah mempelajari banyak bahasa, maka kita telah menggenggam dunia ini.
Pesan Ustaz Ubayd
Dalam hal ini, Ustaz Ahmad Ubaydi Hasbillah pernah berpesan dalam pengajian malam Rabu di Masjid Munirah Salamah bersama para santri:
– “Bahasa pengantar resmi adalah bahasa Arab dan Inggris”.
– “Kita tidak bisa berdakwah lebih luas, tanpa Kita ketahui bahasa mereka”.
– “Belajar bahasa Asing, sama saja atau setara dengan menjaga kelestarian bumi ini.”
– “Gunakan potensi kalian sebaik mungkin, jangan disia-siakan.”
– “Apapun yang kalian pelajari, Insya Allah bermanfaat.”
Salah satu pesan yang Ustaz Ubayd, dan itu menurut saya penting ialah ketika beliau meyampaikan “Orang yang memahami bahasa suatu kaum, maka ia akan selamat dari kejahatan kaum tersebut”.
Dengan ini, marilah kita sebagai anak milenial agar terus belajar bahasa, mengolah tulisan, dan menggunakan potensi keilmuan yang kita miliki. Agar, membentuk peradaban di Indonesia yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Di samping Ustaz Ubayd yang pernah menyampaikan tentang urgensi mempelajari bahasa Asing, Ustaz Subhan Mahsuni pun sebagai guru pengampu “Bahasa Arab” di Pesantren Darus-Sunnah pernah menyampaikan tentang sosok almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA:
مِنْ فَضَائِلِهِ أَنْ لَا يَسْتَحْيِيَ أَنْ يَدْرُسُ مَعَ تَلَامِيْذِهِ. الدِّرَاسَةُ أَهَمُّ شَيْئٍ عِنْدَهُ. يَهْتَمُّ فِي الدِّرَاسَةِ إِهْتِمَامًا كَبِيْرًا
Sangat Penting Belajar
Dengan tegas pada saat itu, Ustaz Subhan menyampaikan bahwa hal yang patut kita pelajari tentang sosok almarhum Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., ialah tidak memiliki rasa gengsi atau malu untuk mempelajari suatu hal yang baru dari muridnya. Pendidikan adalah hal yang sangat urgen menurutnya, dan beliau sangat mementingkan pelajaran dari kegiatan lainnya dengan perhatian yang sangat besar kepada pelajaran tersebut.
Di samping itu, Ustaz Subhan pun menyampaikan bahwa metode kalangan milenial untuk mempelajari bahasa itu dengan tiga tahapan:
1. al-Istima’ (mendengar)
2. al-Kalam (berbicara)
3. al-Qira’ah (membaca)
4. al-Kitabah (menulis).
Bagaimana pun kita sebagai santri Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., tentu harus patut bangga akan prestasi dakwah beliau yang sudah mancanegara. Salah satu hal unik ialah ketika beliau menerima tamu kehormatan, Presiden Amerika Serikat Barack Husen Obama yang pada saat itu mereka berdua berbincang selama 25 menit melihat indahnya Masjid Internasional di Jakarta yang bernama Istiqlal.
Di samping pencapaian itu pula, beliau pun patut bangga dengan beberapa muridnya yang sudah sampai mancanegara seperti Gus Nadirsyah Hosen sebagai Rois Syuriyah PCI NU Australia-Selandia, maupun putra sulungnya sendiri yang bernama Ustaz Zia Ul Haramein yang telah menempuh pendidikan di Madihah dan Amerika Serikat perantara bimbingan dari beliau.
Pelajaran yang dapat kita petik untuk menjadi bahan renungan kita ialah mari kita sebagai anak milenial untuk terus belajar, menulis, dan berdiskusi kritis tentang fenomena yang terjadi di Negara ini. Tak lupa untuk mempelajari bahasa Asing, agar Negara Indonesia memiliki peradaban yang baik di kancah Internasional.