Urgensi Memahami Konsep Makna Dasar dan Makna Relasional dalam Menafsirkan Al-Quran (Kajian Semantik Al-Quran Toshihiko Izutsu)

Majalahnabawi.com – Mengenal sekilas sosok Toshihiko Izutsu, salah seorang sarjana non-muslim yang tertarik mengkaji al-Quran serta berkontribusi dalam perkembangan kajian al-Quran. Ia terkenal dengan teori semantik dalam memahami al-Quran.

Toshihiko Izutsu

Toshihiko Izutsu lahir pada 1914 di Tokyo. Ia adalah profesor di Institut Studi Kebudayaan dan Bahasa, Universitas Keio, Tokyo. Ia juga menjadi profesor tamu di Institute of Islamic Studies, McGill University, Montreal, Canada, mengajar mata kuliah Teologi dan Filsafat Islam. Dalam mengkaji al-Quran, Toshihiko Izutsu telah melahirkan beberapa karya, seperti Reading the Qur’an, The Structure of the Etnichal Terms in the Koran, Ethical Theory of Zamakhsyari, Revelation as a Linguistic Concept in Islam, Muhammad and the Koran, The Concept Belief in Islamic Philosophy: A Semantic Analysis of Iman and Islam, Ethico-religious Concept in the Qur’an, Revelation and Reason in Islam, God and Man in the Koran: Semantics of the Koranis Weltanschauung.

Ada tiga karyanya yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu Konsep-konsep Etika Religius dalam Qur’an (Ethico Religious Concept in the Qur’an), Konsep Kepercayaan dalam Islam (The Concept of Belief in Islamic Theology) dan Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik terhadap Al-Quran (God and Man in the Koran: Semantics of the Koranis Weltanschauung).

Dalam bukunya yang berjudul “Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap Al-Quran”, menghadirkan konsep makna dasar dan makna relasional. Konsep ini memberikan kontribusi yang baik terhadap analisis kosakata dalam al-Quran sehingga membantu umat muslim dalam menafsirkan al-Quran. Berikut ini akan kita ulas bagaimana konsep makna dasar dan relasional dari Toshihiko Izutsu dan bagaimana pentingnya dalam penafsiran al-Quran.

Pengertian Semantik Al-Quran

Toshihiko Izutsu mengkaji masalah-masalah metodologi semantik dan weltanschauung al-Quran ditinjau dari sudut pandang ilmu semantik, dalam karyanya Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik terhadap Al-Quran (versi terjemahan Bahasa Indonesia). Dalam karyanya ia berusaha menjelaskan konsepsi  semantiknya dan menguraikannya dengan tepat disertai penjabaran prinsip-prinsip metodologis.

Toshihiku Izutsu mendefinisikan semantik sebagai kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan sesuatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi pengkonsepan  dan penafsiran dunia yang melingkupinya. Jadi bukan hanya mengenai kosakata atau maknanya saja tapi juga mengenal kebudayaan pengguna bahasa.

Sedangkan semantik al-Quran berarti mengkaji bahasa al-Quran di sini posisi al-Quran sebagai pengguna bahasa yaitu bahasa Arab. Kajian kosakata al-Quran yang ditujukan untuk memahami  weltanschauung al-Quran atau pandangan dunia al-Quran, bagaimana al-Quran mendefinisikan, menstruktur dunia atau diciptakan dunia.

Makna Dasar dan Makna Relasional

Perlu kita ketahui sebuah kata memiliki makna dasar, dan makna tersebut bisa berubah atau berkembang. Perubahan atau perkembangan makna dasar  tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah apabila suatu kosakata yang masuk ke dalam medan khusus maka akan membentuk makna baru. Toshihiko membedakan dua level makna sebagai konsep metodologis semantik utama untuk mempermudah kerja analitis. Yaitu ada makna dasar dan makna relasional. Ia mendefinisikan makna dasar sebagai sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri yang selalu terbawa di mana pun kata itu diletakkan. Sedangkan makna relasional adalah sesuatu yang konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada posisi khusus, pada relasi yang berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut.

gambar diagram Toshihiko Izutsu

Untuk menjelaskan konsep makna dasar dan makna relasional, Toshihiko memberikan contoh dari kata yaum yang makna dasarnya adalah “hari”. Kemudian ia menjelaskan bagaimana makna relasional terbentuk. Ia menggambarkan diagram lingakaran besar yang terdapat lingakaran-lingkaran kecil yang saling tumpang tindih di dalamnya yang disebut dengan medan-medan semantik. Lingkaran besar ini disimbolkan dengan huruf “Q” yang menunujukkan seluruh kosa kata al-Quran yang masih mengandung konseptual yang luas sedangkan lingkaran-lingkaran kecil  mengandung konseptual yang lebih kecil. Kita lihat salah satu lingkaran kecil yang disimbolkan dengan huruf “E” yang termasuk medan khusus di dalamnya terdapat kata yaum yang disandingkan dengan kata-kata yang merujuk pada kiamat dan pengadilan akhir, seperti qiyamah, ba’th, din, hisab dan lainnya. Jaringan yang ada dalam lingkaran “E” tersebut membentuk atau  membangun sebuah konsep khusus, yaitu konsep eskatologis (suatu perkara yang berhubungan dengan peristiwa pada masa depan). Mudahnya kata yaum pada medan khusus ini bukan lagi berarti hari biasa, melainkan hari akhir atau hari pengadilan. 

Kemudia Toshihiko meberikan contoh lain pada kata kafara. Makna dasar kafara adalah “tidak bersyukur”, lawan kata dari syakara yang bermakna “bersyukur”. Namun di dalam al-Quran kata  kafara disandingkan dengan kata amana yang berarti “percaya”. Nah ini mebentuk medan khusus, maka terbentuk makna relasional kata kafara menjadi bermakna “tidak percaya”, lawan kata dari amana. Namun makna dasar masih melekat pada makna relasionalnya, yaitu makna tidak percaya hampir sama halnya tidak bersyukur kepada Allah. 

Dari uraian diatas bisa dilihat bahwasannya konsep yang dibawakan Toshihiko ini memiliki peran penting dalam penafsiran al-Quran. Dalam menganalisis makna suatu kata perlu diketahui makna dasar dan makna relasionalnya untuk menemukan makna yang sesuai dengan konteks ayat. Bayangkan saja jika suatu kata dipaksa untuk memaknai kata selalu sesuai dengan makna dasar, maka yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam  memaknai suatu kata dalam al-Quran karena masih dalam konseptual yang luas. Dan untuk menemukan makna kosa kata yang terkandung dalam ayat perlunya menganalisis kata-kata yang sebelumnya atau sesdudahnya bersandingan kosa kata tersebut. Jadi, dengan melalui penerapan konsep ini kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang kosa kata al-Quran dan memperkaya pemahaman kita tentang pesan-pesan Ilahi yang terkandung di dalamnya.

Similar Posts