Warisan Ilmiah Modern: Menggali Karya Ulama Indonesia dalam Pembentukan Kitab Hadis (an-Nur al-Badari)
Majalahnabawi.com – Pada era modern ini, sebuah karya selalu menjadi hal yang menjadi penantian oleh banyak orang, apalagi karya dari seorang ulama yang bisa menjadi rujukan dalam urusan beragama. Suatu karya bisa menjadi warisan keilmuan untuk generasi penerus dan memiliki manfaat yang senantiasa mengalir untuk kedepannya.
Dalam Islam, rujukan kedua setelah Al-Quran adalah hadis. Banyak sekali ulama yang membuat karya sebuah kitab yang berisikan hadis-hadis nabi dengan berbagai macam sistematika dalam penyusunannya. an-Nur Al-Badari merupakan salah satu kitab hadis karya dari ulama kontemporer pada abad modern ini, yaitu KH. Fathul Bari. Beliau merupakan seorang ulama yang menjadi penerus pimpinan yayasan pondok pesantren An-Nur 2 Al-Murtadlo Bululawang, Malang, Jawa Timur. Beliau tidak hanya menggeluti bidang hadis saja namun juga bidang bahasa dan sastra Arab, tak heran jika beliau menciptakan karya kitab hadis berbahasa Arab sesuai dengan bidang yang sedang beliau geluti.
Sejarah Kitab an-Nur al-Badari
Latar belakang dari perancangan kitab an-Nur al-Badari ini adalah atas dasar permintaan dari almarhum KH. Muhammad Badruddin Anwar, ayah dari KH. Fathul Bari. Pada tahun 2000, sang ayah meminta kepada anaknya untuk mengumpulkan atau menghimpun hadis-hadis dalam satu kitab seperti pada kitab Riyadus Sholihin, pada saat itulah penulis memulai penulisan hadis sedikit demi sedikit sesuai permintaan dari sang ayah.
Hal ini penulis lakukan dengan niat sebagai bentuk birrul walidain terhadap orang tuanya. Setelah sepeninggal ayahnya, permintaan tersebut menjadi wasiat yang menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan bagi penulis. Penulis juga mendapatkan nama Fathul Bari yang mana merupakan nama dari kitab syarah Shahih Bukhari, dari situ penulis menyangka bahwa inilah alasan mengapa sang ayah menyuruh untuk menyusun kitab hadis karena nama seseorang adalah harapan kedua orangtua terhadap anaknya.
Sistematika dan Kandungan Kitab an-Nur al-Badari
Sistematika dalam penyusunan kitab an-Nur al-Badari ini hampir sama dengan kitab Arba’in Nawawi akan tetapi bukan berisi 40 hadis melainkan 40 tema hadis, setiap satu tema berisikan 1 sampai 3 hadis yang bertema sama namun isinya berbeda. Sedangkan tema-tema yang terkumpul adalah tema yang berkenaan dengan kehidupan para santri, seperti tema tentang keutamaan belajar, birrul walidain, sabar, tolong menolong, jamaah, ghasab, mencaci maki, mencela, mencuri dan lain sebagainya.
Akan tetapi tema-tema tersebut tidak hanya tertuju kepada santri saja, karena tema itu juga bisa bertuju pada masyarakat luas. Hanya saja tema pilihannya adalah tema-tema yang dekat dengan kehidupan santri, lebih pada perbuatan dan perilaku yang sering santri-santri lakukan agar konsep tersebut menjadi pembeda antara kitab an-Nur al-Badari dengan kitab hadis lainnya.
Sumber-sumber kitab ini sebagai referensi tentunya kitab-kitab hadis yang telah ada lebih dulu. Dalam kitab an-Nur al-Badari, tercantum pada bagian daftar pustaka untuk mengetahui rujukan kitab tersebut. Diantaranya adalah kitab Shahih Bukhari, Sunan abu Sawud, Musnad Imam Ahmad, Minhaj Syarah Shahih Muslim dan lain sebagainya.
Penyusunan Kitab an-Nur al-Badari
Penyusunan kitab an-Nur al-Badari berlangsung lumayan lama, mulai dari awal dapat perintah hingga proses kodefikasi menjadi sebuah buku. Karena awalnya itu terjadi pada awal tahun 2000 sedangkan pada saat itu penulis bingung mengenai objek dari kitab yang sedang beliau kerjakan itu akan mengarah kemana, karena perintah dari ayahnya sendiri juga tidak terlalu spesifik, beliau hanya menyuruh untuk mengumpulkan hadis. Pada pertengahan proses pembuatan, ayahnya meminta untuk mengisi kegiatan mengaji santri putri dengan menggunakan kitab apa pun. Nah, pada saat itulah penulis mengerti arah dari objek kajian kitab an-Nur al-Badari dan mulai mencetaknya menjadi buku pada tahun 2017 yang kemudian menjadi bahan kajian santri putri dalam mengaji hadis.
Selama proses penyusunan kitab, penulis merasa bahwa tidak ada kendala besar yang bisa menghalangi prosesnya. Namun hanya mengalami beberapa kesulitan dalam mencari hadis yang sesuai dengan tema yang telah beliau pilih. Adakalanya hadis yang telah beliau temukan kurang mengena, dan adakalanya hadis tersebut sudah sesuai tema dan mengena. Akan namun ternyata bukan termasuk hadis shahih dan tidak pula sampai menjadi hadis maudlu’. Hadis yang seperti itu tetap dicantumkan guna untuk memenuhi isi dari tema yang dipilih.
Kajian kitab an-Nur al-Badari ini sudah meluas di berbagai daerah. Tidak hanya di pesantren namun juga di luar pesantren yang diadakan oleh penulis. Sertajuga para alumni pesantren yang telah mengkaji kitab tersebut di daerahnya masing-masing.