Aisyah Istri Rasulullah dan Intelektual Muslimah Pertama

Aisyah Istri Rasulullah

Siapa yang tak pernah mendengar nama Asiyah, istri yang paling dicintai Rasulullah Saw, putri dari seorang sahabat mulia nan setia, Abu Bakar As-Siddiq Ra. Namanya termaktub dalam sejarah Islam, kisahnya bahkan diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an.

Aisyah dilahirkan pada 614 M dari rahim Ummu Ruman, istri kedua Abu Bakar As-Siddiq. Perempuan yang dijuluki humairah ini merupakan istri ketiga yang dinikahi Nabi Saw setelah Khadijah dan Saudah binti Jam’ah.

Sebelum dikhitbah oleh Rasulullah Saw, Muthim bin Adi’ telah mengkhitbahkan Aisyah untuk putranya, Jubair bin Muth’im. Namun rencana pernikahan itu dibatalkan lantaran Abu Bakar dan keluarganya telah memeluk islam. Sedangkan Muth’im bin Adi enggan masuk islam dan tidak mau memiliki kekerabatan dengan umat muslim.

Rasulullah Saw menikahi Aisyah pada bulan Syawal, tahun kesepuluh kenabian. Saat itu usia Aisyah 6 tahun, dalam riwayat lain disebutkan 7 tahun. Namun Nabi Saw baru menggaulinya saat Aisyah berusia 9 tahun. Di antara istri-istri Rasulullah Saw yang lain, hanya Aisyah lah yang dinikahi dalam keadaan masih gadis.

Aisyah merupakan istri yang paling dicintai Nabi, sebagaimana tercantum dalam hadis riwayat Muslim. Dari Amr bin Al-Ash, aku berkata “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?”Beliau berkata “Aisyah”. Aku bertanya lagi “dan dari laki-laki?” beliau menjawab “Ayahnya”.

Perawi Hadis

Di antara istri-istri Rasulullah yang lain, Aisyah lah yang paling banyak meriwayatkan hadis. Bahkan, namanya menduduki urutan keempat dari al-muktsirun fi ar-riwayah (orang-orang yang paling banyak meriwayatkan hadis).

Tercatat sebanyak 2210 hadis telah diriwayatkannya. Banyak pula sahabat dan tabiin yang menimba ilmu kepadanya, beberapa diantaranya adalah Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ummi Kultsum, Abu Burdah, dan Urwah bin Zubair.

Abu Musa berkata “Apa-apa yang musykil bagi kami para sahabat Rasulullah Saw tentang hadis apa saja, kami tanyakan kepada Aisyah, maka kami peroleh ilmu daripadanya (HR.Tirmidzi)

Cerdas dan Luas Ilmunya

Aisyah berusia 18 tahun ketika Rasulullah Saw wafat. Di usianya yang masih remaja, saudari dari Abdurrahman ini sudah mewarisi banyak ilmu dari Nabi. Rasulullah Saw bersabda “Ambillah separuh agamamu dari wanita yang kemerah-merahan ini (Aisyah)

Aisyah juga banyak berkontribusi dalam keilmuan Islam dan menguasai berbagai ilmu, diantaranya ilmu Al-Qur’an, hadis, fiqih, bahasa arab dan syair.

Hisyam bin Urwah berkata dari ayahnya “Aku tidak menemukan seseorang yang lebih tahu ilmu fiqih, ilmu pengobatan dan dalam bersyair dari Aisyah”.

Sedangkan Az-Zuhri berkata “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan seluruh ilmu Ummul Mukminin dan ilmu seluruh wanita, maka ilmu Aisyah lebih baik”

Keilmuan Aisyah tidak diragukan lagi, sebab ia adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Rasulullah Saw. Ia banyak menghabiskan waktu bersama Nabi, bahkan ialah yang mendampingi Nabi di akhir hayat beliau.

Perempuan Suci

Aisyah selalu menjaga dirinya dari keburukan. Saat kabar dusta (hadits al-ifk) mengenai perzinaan Aisyah dengan Shofwan bin Muathal menyebar, Allah Swt bahkan langsung menyatakan kesucian Aisyah, sebagaimana termaktub dalam surat An-Nur 11-18.

Suatu ketika Rasulullah Saw bertanya kepada Bariroh “Wahai Barirah, apakah engkau melihat sesuatu yang membuatmu ragu (tentang Aisyah)? Ia kemudian menjawab “Demi Allah, aku tidak pernah melihat aib pada dirinya, kecuali saat aku sedang membuat adonan, lalu aku memerintahkannya untuk menjaga adonan tersebut, kemudian ia tertidur dan kambing datang memakan (adonan) itu.

Wahyu Turun Saat Nabi Bersama Aisyah

Salah satu keistimewaan Aisyah dari istri-istri lainnya adalah wahyu turun saat Nabi Saw berselimut dengannya. Sebagaimana sabdanya “Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu ketika aku sedang berselimut dengan siapapun selain Aisyah” (HR: Bukhari)

Aisyah menutup usia pada Selasa, 17 Ramadhan 58 H, dalam riwayat lain disebutkan 57 H. Ia wafat di usianya yang ke 66 dan dimakamkan di Baqi. Peranan Aisyah dalam sejarah keilmuan Islam menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi wanita untuk menuntut ilmu.

Artikel ini pertama kali diterbitkan di Islami.co

Similar Posts