Budaya Tumpengan Maulid Nabi di Tanah Jawa
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal hampir seluruh ummat Muhammad Saw. yang berada di belahan dunia merayakan maulid nabi atau kelahiran nabi. Merayakan maulid merupakan sebagai bentuk rasa syukur dan kecintaan seorang umat kepada junjugannya, karena lantaran beliau Islam masuk ke tanah Nusantara lewat dai-dai dari Arab.
Bentuk rasa syukur tersebut diungkapkan dengan membaca maulid, shalawat dan serangkaian acara lainnya yang tujuannya adalah sebagai bentuk rasa syukur yang mendalam kepada nabi Muhammad Saw. Bahkan cinta kepada nabi merupakan sebagian dari pada iman.
Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
Dari Abi Hurairah radiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Demi dzat yang jiwaku dalam genggamannya, tidaklah beriman seorang mukmin hingga aku yang paling dicintai dari pada orang tuanya dan anaknya.”
Selain itu rasul juga mengatakan
المَرْأُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang akan bersama yang dicintai”
Melihat hadits di atas bahwa keimanan seseorang itu akan dipertanyakan jika tidak cinta kepada nabi. Dalam sejarah disebutkan bahwa saking cintanya nabi kepada umatnya beliau ketika menjelang wafatnya masih memikirkan umatnya.
Maka sangat pantas sekali jika beliau diagungkan dan diperingati hari kelahirannya. Bahkan shahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para shahabat lainnya rela meninggalkan keluarganya demi kecintaannya kepada orang yang bukan sanak keluarga ataupun famili.
Bentuk rasa syukur yang dilakukan oleh pengikut nabi berbagai macam-macam, salah satunya adalah masyarakat Jawa.
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Tanah Jawa
Masyarakat di pulau Jawa memiliki kebiasaan membuat tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa penting, seperti perayaan kelahiran atau ulang tahun serta berbagai acara syukuran lainnya. Maka dalam perayaan maulid nabi ini juga dilakukan dengan cara budaya Jawa.
Adapun tumpeng biasanya hanya berupa nasi kuning yang dibuat mengkerucut ke atas menyerupai gunung. Menurut kepercayaan orang Jawa yang saat itu adalah orang-orang Hindu berkeyakinan bahwa gunung merupakan tempat bersemayamnya para dewa-dewi. S
ehingga mereka percaya bahwa akan mendapatkan keberkahan jika menyajikan dengan bentuk tumpeng. Lalu pada Islam datang, tradisi semacam ini tidak dihilangkan oleh para wali songo.
Tidak luput dari itu juga adalah ketika merayakan maulid nabi dengan tumpeng buah. Masyarakat Jawa memperingati maulid nabi tidak hanya membaca shalawat dan tahlilan. Melainkan dengan membuat tumpeng buah dan nasi kuning yang tempatkan dalam cobek yang mana setelah serangkaian acara sudah dilakukan orang-orang yang hadir bisa menikmati buah dan hidangan yang diberikan oleh para jamaah.
Merayakan maulid nabi dengan model budaya Nusantara banyak ditentang oleh sebagian kelompok yang tidak percaya akan adanya maulid dan dianggap bidah. Mereka mengatakan bahwa maulid itu sama dengan ulang tahun, dan itu merupakan perilaku orang-orang non muslim. Pemikiran yang demikian ini menurut penulis adalah keliru.
Memperingati maulid nabi sesuai dengan budaya masing-masing bukan dianggap sebagai perbuatan jelek. Justru menurut penulis adalah dengan keberagaman daerah akan semakin komplek serta memberikan kebebasan bagi umat Muhammad berekspresi dalam merayakan maulid. Yang jelas sesuai dengan aturan syara, jika memperingati maulid dengan cara yang dilarang maka sebagai umat Muhammad kita harus malu.