Dr. Ali Nurdin, MA, Pencetus Nama Darus-Sunnah
Darus-Sunnah telah menjadi pesantren berkelas Internasional. Mungkin pembaca bertanya-tanya, siapakah pencetus nama Darus-Sunnah?
Dalam penelusuran Nabawi, ternyata pencetus nama itu bukan orang sembarangan. Beliau sekarang menjabat sebagai Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Institut PTIQ Jakarta dan anggota Lajnah Tashih Al-Quran Kementerian Agama RI. Adalah Dr. Ali Nurdin, MA yang mencetuskan nama itu. Berikut hasil wawancara Nabawi dengan beliau beberapa waktu lalu.
Pria kelahiran 26 Juni 1970 ini merupakan santri pertama Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Ketika kami temui di Institut PTIQ tanggal 29 Agustus 2013 pukul 11.30 WIB, ia banyak menceritakan tentang dirinya. Pertama ia buka dengan pengalamannya di Darus-Sunnah yang penuh warna. Siapa sangka ternyata nama Darus-Sunnah diberikan olehnya, orang yang tadinya tidak sengaja mengaji bersama KH. Ali Mustafa Yaqub.
“Waktu itu, ada kawan saya Saefudin membawa kitab, lalu saya tanya dia, kemana Din? Dia bilang mau ngaji. Lalu saya pun mengikutinya”, ujarnya sambil tersenyum memperlihatkan wajah ceria. Memang tak ada yang luput di dunia ini dari kehendak Yang Maha Kuasa termasuk keikutsertaan Pak Ali Nurdin bersama dua temannya (Ahmad Saefudin dan Khoirul Manan) untuk mengaji bersama KH. Ali Mustafa Yaqub seminggu sekali, setiap hari selasa dengan sistem sorogan.
Ayah dari dua anak ini mengawali masa pendidikannya mulai dari MI sampai MAN di Boyolali, yang bertepatan dengan tempat kelahirannya. Kemudian ia melanjutkan kuliah S1 di PTIQ. Lalu sebagai pamungkas ia melanjutkan S2 dan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain mengenyam pendidikan formal, ia mempunyai pengalaman menimba ilmu di pesantren, diantaranya Pesantren Tahfiz al-Qur’an Sunan Pandanaran Yogyakarta dan tentu saja di Darus-Sunnah tercinta.
Kalau bicara soal pengalaman, tentu sudah tidak diragukan lagi. Apalagi pengalamannya di Darus-Sunnah, yang tidak ia dapat dari manapun. Berkat kasih sayang KH. Ali Mustafa Yaqub yang tak terhingga kepada setiap muridnya, membuat Sang Pencetus nama Darus-Sunnah ini menjadi sukses seperti sekarang ini.
“Keadaan saya sekarang ini syari’atnya berkat mengaji di Darus-Sunnah,” tegasnya membelah suasana menjadi sunyi dengan tatapan matanya yang dalam, menandai keseriusan dari apa yang ia ucapkan. Baginya, Darus-Sunnah adalah istananya di dunia. Ia pun mengatakan bahwa sistem yang digunakan Darus-Sunnah dalam proses belajar mengajar sangatlah efektif. Kalaupun ada celah, itu hanya konsekuensi dari sistem, bukan kekurangan karena tak akan ada yang sempurna di dunia ini.
Banyak ilmu berharga yang tak terhingga, yang ia dapatkan selama mengaji di Darus-Sunnah. “Pada dasarnya setiap Pesantren punya kelebihan dalam sistemnya masing-masing, sama halnya dengan Darus-Sunnah ini karena di sini tidak hanya tempat untuk melatih kecerdasan intelektual, tapi juga melatih kecerdasan spiritual yang mendalam, di mana kita diajarkan bagaimana mengamalkan ilmu yang kita miliki dengan baik dan benar,” jelasnya kepada kami.
“Kalau di pesantren itu prinsipnya kita mengetahui sedikit hal tapi mendalam, beda dengan di kampus, kita mengetahui banyak hal tapi tidak mendalam. Jadi saya tidak melihat itu bukanlah sebuah kekurangan di Darus-Sunnah, melainkan sebuah konsekuensi dari sistem yang dipakai” tambahnya dengan nada semangat.
Setelah sekian lama membicarakan tentang pengalamannya di Darus-Sunnah. Ia pun beranjak kepada kesibukan atau kegiatan yang ia jalani sekarang ini, diantaranya ialah sebagai Dosen dan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Institut PTIQ Jakarta, Anggota Lajnah Pentashih al-Qur’an Kementrian Agama RI Sejak 2002, Anggota Tim Tafsir Tematik Kementrian Agama, Anggota Dewan Pakar Pusat Studi al-Qur’an Sejak 2007, Pengasuh Kajian Tafsir di Berbagai Tempat, Pengasuh Rumah Tahfiz dan aktifitas lain.
Di tengah-tengah kesibukannya yang padat, ia masih menyempatkan diri untuk membuka rumah tahfiz di rumahnya dan juga melenturkan jari-jemarinya untuk menulis buku yang sudah berjumlah 11 buku mulai tahun 2004 sampai sekarang. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari dosa, ia sangat bersyukur dengan segala karunia yang telah Allah berikan kepadanya.
Mendengar kesuksesan hidupnya sekarang ini, kami pun bertanya siapa sosok yang memberinya motivasi dan inspirasi dalam hidupnya. “Secara umum saya bagi menjadi dua, ada yang langsung dan tidak langsung. Pertama yang langsung, sudah pasti orangtua saya ada dalam urutan pertama, tepatnya almarhum ayah saya. Beliau sangat memotivasi saya untuk terus yakin menjalani kehidupan ini. Lalu guru-guru saya di pesantren tahfiz, meski saya hanya nyantri selama dua tahun, tapi setiap nasihat mereka selalu membekas di hati saya.
Ketiga tentu saja Pak Kiai Ali Mustafa, beliau mengajarkan saya bagaimana cara untuk istiqamah dalam setiap hal. Sedangkan yang tidak langsung, saya kira semua orang yang saya sayangi dan menyayangi saya,” jawabnya dengan gamblang.
Sebagai pamungkas, kami meminta pesan kepadanya untuk para mahasantri Darus-Sunnah dan semua orang agar bisa menjalani kehidupan ini dengan baik. Ia pun langsung membacakan ayat suci al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 45:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.”
“Siapapun yang menggunakan ayat ini, ia pasti akan sukses. Karena dalam ayat tersebut terkandung tiga formula. Pertama, keyakinan, jadi kita harus yakin di manapun dan kapanpun kita berada. Kedua, sabar, maksudnya adalah usaha “DO THE BEST”, sekecil apapun kita harus melakukan yang terbaik. Ketiga, do’a, dan kekuatan do’a muncul jika kita istiqomah. Jika kita menggunakan ketiga formula ini (Yakin, Usaha, Do’a) kita pasti berhasil!” jawabnya dengan yakin. яндекс
Sebelum pamit, sejenak terbesit pertanyaan baru dibenak kami, “Kapan Bapak ini beristirahat? Lalu bagaimana Bapak memanfaatkan waktu luang? Kalaupun ada yang namanya waktu luang, pasti sangatlah singkat bahkan tak cukup hanya untuk menunggu kemacetan Ibu Kota?”. “Ya, memang benar, saya hampir tak ada waktu luang. Kalaupun ada saya langsung menggunakannya untuk istirahat. Jadi kasihan dengan anak-anak saya yang jarang bertemu dengan saya. Tapi akhir-akhir ini saya sedang merencanakan bagaimana menghabiskan waktu bersama keluarga. Di samping itu saya juga penggila sepak bola. Dan grup yang paling saya sukai adalah Barcelona!” jawabnya ceria menutup merbincangan kami.
Siapa sangka, seseorang yang sekaliber beliau masih bisa menyempatkan waktu menonton dan mendukung tim sepak bola kesukaannya “BARCELONA”. Dan hal itu yang sangat membuat hatinya bahagia. Itulah Hobi. (Yogi Sulaeman/Nabawi).