Mengulik Keikhlasan dan Kesabaran KH. Abdul Karim
Kadang kita sering lupa di dunia ini pasti ada ujian yang tersirat di dalamnya. Hidup di dunia adalah tentang keikhlasan dan kesabaran. Keikhlasan yang dimaksud adalah ikhlas dalam menerima seluruh ketetapan yang diberikan Allah kepada masing-masing hambanya. Ikhlas tidak ada rasa kecewa kepada Allah, tidak ada buruk sangka kepada Allah dan tidak ada sedikitpun cercaan kepada Allah dan makhluknya.
Sabar dan ikhlas merupakan salah satu diantara sekian banyak kunci keberhasilan dan kebahagiaan hidup orang yang beriman, baik di dunia maupun di akhirat. Tak ada manusia yang hidupnya selalu suka, senang, dan bahagia. Pasti di tengah-tengah kenikmatan yang Allah berikan akan ada ujian dan cobaan. Disinilah rasa sabar dan ikhlas yang diiringi dengan ketulusan sangat diperlukan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Berikan lah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (Qs. Al-Baqarah: 155)
Berbicara tentang kesabaran dan keikhlasan, ada seorang ulama besar Indonesia yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran dari kehidupan beliau selama menuntut ilmu. Kyai Haji Abdul Karim, salah satu tokoh penting di salah satu pesantren Jawa Timur, Lirboyo.
Kyai Abdul Karim lebih akrab dipanggil dengan mbah Manab. Beliau terkenal ahlu ‘ibadah, zuhud, sabar, juga ikhlas. Pada saat mondok di Bangkalan, beliau selalu mencari bekal sendiri untuk kehidupan beliau selama di pondok.
Pada musim panen, beliau mencari padi ke Jawa, Sidoarjo, Krian, dan Jember. Beliau kembali ke pondok jika sudah mendapatkan padi sebanyak satu granting atau jika di timbang mungkin seberat 30 atau 40 kg, padi itu adalah simpanan beliau yang akan digunakannya selama 1 tahun. Kebetulan sekali mbah Manab mendapatkan dua granting, karena terlalu berat akhirnya beliau meminta bantuan temannya untuk membawa padi tersebut.
Begitu tiba di pondok, beliau disambut oleh kyai Khalil Bangkalan dengan ucapan “Alhamdulillah kowe gowo pakan beneran kang manab”. Akhirnya oleh kyai Kholil padi itu malah langsung dibawa ke dapur yang seharusnya padi itu adalah bekal selama setahun milik mbah Manab. Selama itu, tidak ada sedikitpun makanan yang beliau konsumsi, sampai akhirnya beliau pingsan dan kyai Khalil bertanya kepada para santrinya, dan terjawablah bahwa mbah Manab tidak makan karena kehabisan bekal.
Begitupun juga ketika beliau mondok dulu, mbah Manab hanya memiliki satu pakaian. Ketika pakaian tersebut sudah mengeluarkan aroma yang tidak enak, beliau mencuci baju itu kemudian dijemur. Sambil menanti pakaian itu kering, beliau merendamkan dirinya ke dalam air sambil menghafal bait-bait Alfiyah. Seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah Saw Bersabda:
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى أَحْسَابِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلىَ قُلُوْبِكُمْ (رواه مسلم)
Rasulullah Saw bersabda: “Sesunguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan di hatimu”. (HR. Muslim)
Kesuksesan dan keberkahan pesantren besar Lirboyo salah satu sebabnya adalah beliau. Berkat kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan beliau belajar dan mengajar pesantren Lirboyo menjadi seperti sekarang ini, santrinya ribuan dan sangat terkenal, baik dalam negri maupun luar negri. Kita tidak akan pernah tahu, perbuatan dan sikap kyai kita yang seperti apa yang mendatangkan keberkahan bagi hidup kita. Akan ada satu atau dua hal dari sikap beliau yang kurang berkenan di hati kita. ”Dengarkan dan taatilah guru mu!” karena mungkin hal itulah yang akan menjadi wasilah keberkahan bagi hidup kita kelak di masa depan.
Kesabaran dan keikhlasan adalah ilmu tertinggi yang sangat sulit untuk dilalui orang semua orang. Kesabaran dan keikhlasan tidak bisa dipelajari di bangku sekolah manapun, tidak tertulis dan tidak pula berteori, tapi ia datang dari hati. Siapapun yang bersabar, ikhlas dan tulus dalam melakukan kebaikan akan mekar seperti bunga, akan indah seperti purnama, dan akan menakjubkan seperti kupu-kupu.
Wallahu a’lam bisshowab.