Menjadi Muslim yang Mencintai dan Dicintai
Umat Muhammad adalah umat yang dirahmati. Setiap orang yang memegang bithaqah (kartu) la ilaha illa Allah, wajib dihormati dan dihargai. Adapun sikap dan paham mereka yang berbeda adalah konskuensi yang harus diterima sebagai makhluk-Nya. Tuhan menciptakan makhluk berbeda dan beraneka ragam. Itulah fitrah manusia dan sunnatullah.
Itulah fitrah yang melekat dan menempel kuat pada setiap makhluk. Mengapa setiap orang yang memiliki bithaqah la ilaha illa Allah harus dihormati dan dihargai? Sebab dalam bingkai itu mereka semua sama. Dalam masalah ushul (pokok), umat Islam harus sama. Tetapi dalam masalah furu’ (cabang), perbedaan terbuka lebar dan tidak bisa dihindari. Li kulli ra’sin ra’yun, bahwa di setiap kepala ada otak dan pikiran yang berbeda. Pendapat dan sudut pandang itu boleh berbeda. Kita harus menghargai dan menghormati itu.
Maka hentikan kecongkakan pada Allah dengan menuduh umatnya dengah tuduhan kafir atau tuduhan lainnya. Rasulullah Saw tidak mengajarkan umatnya untuk menuduh dan mencurigai saudaranya, yang beliau minta adalah sifat lembut, halus, kasih, sayang, saling mempercayai, dan saling menguatkan. Api dilawan dengan air bukan api dilawan dengan api. Rasulullah Saw selalu bersikap santun terhadap setiap orang, sekalipun terhadap orang yang membenci dan memusuhinya. Bahkan saat dizalimi, beliau tidak membalas tetapi justru mendoakannya.
Kāna khuluquhu al-Qur’an, akhlak Rasulullah adalah akhlak al-Qur’an. Maka tutur kata beliau halus tidak menyakiti dan sikap beliau lembut penuh kasih sayang. Tidaklah Rasulullah Saw diutus kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam? Wa mā arsalnāka illa rahmatan lil ‘ālamīn. Inilah pedoman akhlak Rasulullah Saw yang bersumber dari wahyu Tuhannya, al-Qur’an. Oleh karena itu, ajaran Nabi Muhammad adalah Islam yang penyayang bukan kebengisan membabi buta yang penuh kebencian. Islam berarti damai dan memberi selamat. Dalam makna ini kebencian tidak mendapat ruang sedikitpun dalam Islam.