Penjelasan Hadis Arbain Part 39: Sifat Salah dan Lupa pada Manusia
Majalahnabawi.com—Hadis ini memberikan motivasi pada kita untuk tidak takut pada kesalahan. Karena tidak semua kesalahan itu murni kehendak kita.
عن ابن عبّاس رضي الله عنهما, أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال: “إنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِيْ عَنْ أُمَّتِيْ, الخَطَأَ, وَالنِّسْيَانَ, وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ“. حديث حسن رواه ابن مجاه والبيهاقيّ وغيرهما
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah memberi kelonggaran pada ummatku atas diriku akan kekeliruan, lupa dan pemaksaan”. Hadits Hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi, dan selain mereka berdua.
Manusia Tempatnya Salah dan Lupa
Sebagai manusia, kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin agar tidak melakukan kesalahan. Meski kita ketahui bersama bahwa manusia tak akan lepas dari sebuah kesalahan. Kadangkala tindakan kita bisa menyalahi kehendak kita sendiri. Beberapa kesalahan sebenarnya tidak pernah kita rencanakan dan juga tidak pernah diinginkan terjadi. Namun seringkali terjadi di luar kendali. Apakah kesalahan yang tidak kita inginkan tetap dinilai sebuah kesalahan? Tentu saja! Apapun yang salah, kita harus jujur menilainya salah. Betapapun kesalahan tidak disengaja, itu tetap kesalahan. Namun jangan khawatir. Allah tahu kita tidak bisa lepas dari salah. Allah tahu kita seringkali lupa. Allah tahu kita tidak sempurna.
Kata الخَطَأَ (salah) dijelaskan sebagai terjadinya sesuatu yang bertolak belakang dengan keinginan. Contohnya seperti seseorang yang bermaksud melempar batu pada hewan. Akan tetapi sasarannya meleset menyasar orang lain.
Sementara النِّسْيَانَ (lupa) adalah hilangnya ingatan tentang sesuatu, baik itu dalam jangka pendek ataupun sejenak. Semisal si A diberitahu bahwa tindakan ini dosa. Namun esoknya si A benar-benar lupa bahwa tindakan ini merupakan sebuah dosa, sehingga ia melakukannya.
Kedua kondisi tersebut tidak bisa dikendalikan secara sadar. Sementara Allah hanya men-taklif hamba dengan apa yang benar-benar dikendalikan dirinya. Oleh karena itu, tindakan-tindakan yang berasal dari dua kondisi di atas tidaklah dibebani dosa. Seperti halnya orang berpuasa yang lupa dirinya berpuasa tidak haram makan, dan tidak batal ketika ia makan. Demikian semacamnya.
Pemaksaan
Selain salah dan lupa, ada juga situasi yang tidak bisa kita kendalikan yaitu kondisi ketika dipaksa oleh seseorang yang merupakan di luar kendali kita. الإكراه (paksaan) dijelaskan sebuah kondisi ketika seseorang diberi opsi antara melakukan sesuatu atau menerima konsekuensi yang diancamkan. Sebetulnya orang yang dipaksa masih memiliki kendali untuk memilih salah satu opsi tersebut. Hanya saja, hifdzu an-nafs (menjaga hidup) lebih diutamakan dari apapun. Sehingga ketika ada orang yang dipaksa murtad atau dibunuh, ketika ia memilih menyelamatkan dirinya dengan berpura-pura murtad, maka tindakannya tidak dinilai sebgai sebuah murtad sekalipun ia melafadzkan kemurtadan. Namun disyaratkan hatinya tetap kuat dan kokoh dalam Islam.