Nabi Muhammad Saw

Benarkah Rasulullah Saw Wafat Karena Racun?

Majalahnabawi.com – Kekalahan kaum Yahudi dari umat Islam saat Perang Khaibar semakin membuat mereka menaruh dendam terutama terhadap Nabi Muhammad Saw. Mereka seolah tidak pernah dan tidak akan berhenti dari makar terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umat Islam. Terlebih ada yang menginginkan Rasulullah Saw Wafat diracun. Sikap itu sudah menjadi tabiat mereka dan sudah di-nash oleh Allah Swt. atau tertulis dalam Alquran:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْٓا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ  ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ﴿آل عمران : ۱۱۲﴾

Artinya:
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Terdapat sebuah hadis yang mengisahkan usaha Yahudi untuk mencelakai Nabi Saw. sebagaimana berikut.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبِ بْنِ عَرَبِيٍّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ هِشَامِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ امْرَأَةً يَهُودِيَّةً أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ مَسْمُومَةٍ فَأَكَلَ مِنْهَا فَجِيءَ بِهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهَا عَنْ ذَلِكَ فَقَالَتْ أَرَدْتُ لِأَقْتُلَكَ فَقَالَ مَا كَانَ اللَّهُ لِيُسَلِّطَكِ عَلَى ذَلِكَ أَوْ قَالَ عَلَيَّ فَقَالُوا أَلَا نَقْتُلُهَا قَالَ لَا فَمَا زِلْتُ أَعْرِفُهَا فِي لَهَوَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Habib bin Arabi berkata, telah menceritakan kepada kami Khalid Ibnul Harits berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Hisyam bin Zaid dari Anas bin Malik berkata, “Seorang wanita Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa daging kambing yang telah diberi racun, lalu beliau memakannya. Setelah itu, wanita Yahudi tersebut dibawa ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. beliau lantas menanyakan tentang hal tersebut, wanita itu menjawab, “Aku ingin membunuhmu!” beliau bersabda: “Allah tidak akan memberikan kemudahan bagimu untuk melakukan itu, atau beliau mengatakan, “untuk melakukan (hal itu) terhadapku.” Para sahabat berkata, “Bagaimana jika kami membunuhnya saja?” beliau bersabda: “Jangan.” Anas berkata, “Dan aku masih melihat sisa-sisa racun itu di tenggorokan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Hadis ini diriwayatkan dari kitab Sunan Abu Daud Hadis ke 4498, halaman 570, jilid ke 7, cetakan Darul-Hadis. Dan hadis yang menceritakan “seorang wanita Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa daging kambing yang telah diberi racun” terdapat banyak dibeberapa kitab, terutama di kutubussittah dan banyak juga terdapat di kitab-kitab lain.

Tatkala mereka kalah dari Perang Khaibar dan beberapa kali upaya untuk membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam gagal, maka mereka bermaksud untuk membunuh Nabi SAW dengan siasat baru. Ternyata, ada Seorang perempuan Yahudi berperan besar dalam makar ini, yaitu memberi hadiah berupa menyuguhkan hidangan daging kambing kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyisipkan racun yang banyak padanya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baru memasukan daging tersebut ke mulut, daging itu mengabarkan kepada Nabi SAW kalau ia mengandung racun. Seketika Nabi Saw. langsung memuntahkan daging itu dari mulutnya. Hal ini merupakan mukjizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih mulia daripada mukjizat Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang memahami bahasa semut sebab ia makhluk hidup yang bernyawa memiiki mulut untuk berbicara, sedangkan sepotong daging tersebut sebagai makhluk yang mati bahkan telah matang dipanggang dengan api. Adapun Bisri bin Baru radhiallahu ‘anhu, yang ikut makan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meninggal dunia karena racun tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengirim utusan untuk memanggil wanita Yahudi tersebut. Perempuan Yahudi itu bernama Zainab binti al-Harits. Lalu beliau bertanya kepada wanita itu: “Apakah kamu memberi racun pada daging ini?” wanita Yahudi itu menjawab, “Siapa yang memberimu kabar?” beliau menjawab: “Yang memberiku kabar adalah apa yang ada di tanganku ini.” wanita Yahudi itu berkata, “Benar.” Beliau bertanya lagi: “Apa yang kamu inginkan?” wanita Yahudi itu menjawab, “Dalam hati aku berkata, ‘Jika dia memang seorang Nabi maka dia tidak akan mendapatkan bahaya, tetapi jika bukan seorang Nabi maka kami dapat beristirahat darinya’.

Beliau bersabda: ”Allah tidak akan memberikan kekuasaan kepadamu melaksanakan maksudmu untuk membunuhku.” Para sahabat bertanya: ”Bolehkah kami membunuhnya?” Beliau menjawab: ”Jangan!” Anas berkata: ”Senantiasa aku mengetahui bekas racun itu nampak di anak lidah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu memaafkan wanita Yahudi tersebut dan tidak menghukumnya.

Para sahabat beliau yang ikut makan daging kambing itu meninggal, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membekam pada bagian tengkuknya karena daging yang dimakannya. Lalu beliau dibekam oleh Abu Hind seorang mantan budak bani Bayadhah dari kaum Anshar- dengan menggunakan tanduk dan pisau tajam.

Imam Nawawi berkata dalam syarah Muslim juz 7 halaman 329:

وَقَوْله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( مَا كَانَ الله لِيُسَلِّطك عَلَى ذَاكَ أَوْ قَالَ : عَلَيَّ )فِيهِ بَيَان عِصْمَته صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ النَّاس كُلّهمْ كَمَا قَالَ الله : { وَاللهُ يَعْصِمُك مِنَ النَّاسِ } وَهِيَ مُعْجِزَة لِرَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَلَامَته مِنَ السُّمّ الْمُهْلِك لِغَيْرِهِ ، وَفِي إِعْلَام الله تَعَالَى لَهُ بِأَنَّهَا مَسْمُومَة ، وَكَلَام عُضْو مِنْهُ لَهُ

Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam:”Allah tidak akan memberikan kekuasaan kepadamu melaksanakan maksudmu untuk membunuhku.” “Sabda di atas menjelaskan akan kemaksuman (dilindungi) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari semua manusia, sebagaimana firman Allah:  “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia”. Ini adalah mukjizat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan keselamatan Nabi SAW dari racun yang mematikan bagi selain Nabi, Allah juga memberitahukan kepada Nabi SAW, bahwasanya kambing tersebut diberi racun dan berbicaranya anggota tubuh kambing kepada beliau. Namun, benarkah Rasulullah Saw Wafat diracun?

Al-Hafizh Ibn Katsir berkata dalam Tafsirnya (3/154) ketika menafsrkan QS Al Maidah ayat 67:

ومن عصمة الله عز وجل لرسوله حفْظُه له من أهل مكة وصناديدها وحسادها ومُعَانديها إلى أن قال:ولما سم اليهود في ذراع تلك الشاة بخيبر، أعلمه الله به وحماه منه “

Dan di antara bentuk penjagaan Allah ‘Azza wa Jalla kepada Rasul-Nya adalah penjagaan-Nya kepada beliau dari penduduk Makkah, para tokohnya, orang-orang yang hasad, orang-orang yang keras kepala dari mereka.

Rasulullah saw ketika menggit daging itu setelahnya merasakan sedikit sakit akibat racun yang terdapat didaging kambing yang baru digigit olehnya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membekam pada bagian tengkuknya karena daging yang dimakannya. Lalu beliau dibekam oleh Abu Hind seorang mantan budak bani Bayadhah dari kaum Anshar dengan menggunakan tanduk dan pisau tajam. Sebelum wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih merasakan sakit karena racun yang terdapat di daging tersebut, bukan berarti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat karena racun tersebut, melainkan masih merakan efeksamping darinya. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Zainab binti al Harits itu Diriwayatkan masuk Islam.

Kisah di atas menunjukan sikap pemaaf Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang patut kita contoh. Begitu juga dengan sikap beliau yang selalu memastikan untuk memilih tindakan yang benar di berbagai situasi. Sebagian orang berpikir bahwa sikap Rasulullah  Saw dalam menghadapi berbagai keadaan hanya dapat diaplikasikan pada urusan agama. Namun, dalam islam tidak ada perbedaan antara urusan agama dan ‘dunia’. Semua hal dalam kehidupan seorang muslim harus mengikuti tuntunan agama. Karena itu, sikap Rasulullah Saw. dalam menghadapi berbagai situasi dapat menjadi panutan dalam segala aspek kehidupan.

Wallahu a’lam

# Benarkah Rasulullah Saw Wafat diracun

Similar Posts