Majalahnabawi.com – Generasi muda kembali menjadi sorotan belakangan ini. Bagaimana tidak? Sederet kejadian tindak kekerasan dan kejahatan pelaku utamanya merupakan generasi muda yang usianya masih remaja. Sosial media dengan cepat mengangkat berita ini dan atensi dari masyarakat khususnya pengguna sosial media dalam merespon berita tadi sangatlah cepat sampai menjadi viral.

Viral di Media Sosial

Sosial media seperti Instagram, TikTok, sampai Twitter menjadi wadah para netizen berbagi komentar, merespon berita yang viral dan hangat diperbincangkan. Dari berbagai sumber berita online yang mengabarkan berita seperti tadi rata-rata latar belakang terjadinya tindak kekerasan oleh remaja adalah faktor ekonomi, keluarga, hingga percintaan.

Jika kita mengamati berita yang mengangkat remaja sebagai pelaku utama, ambil saja satu contoh berita dari kejadian tindak kekerasan yang kasus hukumnya masih berjalan saat ini. Misalnya kasus kekerasan oleh anak pejabat yang ayahnya merupakan petinggi di suatu instansi yang berhubungan dengan perpajakan. Pada kasus ini sang pelaku dengan brutal menganiaya anak remaja lain dengan alasan yang tidak jauh dari masalah percintaan.

Belum lagi kasus kekerasan seksual oleh remaja kepada sesama remaja bahkan ada yang berakhir dengan kematian yang mengenaskan. Dua kasus sebelumnya bisa jadi itu hanya beberapa kasus yang tokoh utamanya adalah para pemuda. Bagaimana respon pemuda lain bahkan masyarakat kita ketika melihat kasus demikian? Ya, tentu banyak yang mengecam tindakan yang seperti itu. Kasus-kasus kekerasan oleh usia remaja menunjukkan mirisnya generasi muda saat ini yang hampir kehilangan nilai moral dan karakter dalam dirinya. Namun, generasi muda pun tidak menyadari kerusakan pada generasinya ini. Lebih memilih menutup mata dan have fun dengan kehidupannya.

Life Style yang ‘Agak’ Meresahkan

Banyaknya kasus serupa menjadi cermin bagi generasi muda saat ini. Pemuda masa kini yang kita lihat larut dalam liberalisme, norma, dan aturan agama tidak lagi menjadi pegangan. Life style dan budaya permisif mengakar kuat. Banyaknya fenomena tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda juga menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini.  Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman bertakwa dan berakhlak mulia, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat.  Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekulerisme, yang menjadikan akal manusia yang terbatas sebagai penentu aturan kehidupan.

Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak.  Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku selalu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.  Islam juga mewajibkan masyarakat yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan negara yang menegakkan aturan dan sanksi sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan, termasuk para generasi muda.

Hal ini selaras dengan salah satu firman-Nya yang termaktub dalam QS. Ali Imran ayat 103

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Wallahu a’lam bish shawwab.