Islam dan Dewi Kebijaksanaan, Athena
Majalahnabawi.com – Dalam Mitologi Yunani, Athena adalah salah satu dari dewa Olympia yang berjumlah dua belas. Athena atau Pallas Athena dikisahkan merupakan dewi kebijaksanaan, perang, serta kerajinan tangan.
Dalam beberapa versi cerita, dikutip dari Britannica, disebut bahwa Athena adalah dewi pertama yang lahir bukan secara biologis tetapi lewat fikiran, Athena juga adalah seorang dewi yang terlahir langsung sebagai perempuan dewasa dan tak pernah digambarkan sebagai anak kecil. Athena tidak memiliki suami atau kekasih sehingga disebut sebagai Parthenos atau Pallas yang bisa berarti “perawan”.
Banyak kisah menarik yang berkaitan dengan Athena, karena dalam beberapa versi kisahnya, Athena sebagai dewi kebijaksanaan, kebijakannya malah menuai kontroversi. Di antara yang paling terkenal yaitu perselisihannya dengan Arachne, seorang manusia biasa yang sangat pandai menenun.
Kebijakan yang Menuai Kontroversi
Dikisahkan bahwa Arachne adalah seorang gadis cantik yang memiliki bakat menenun yang sangat luar biasa. Bukan hanya hasil karyanya, namun cara dia menenun pun sangat ciamik, bahkan para nimfa (dewi kecil yang dekat dengan alam) akan meninggalkan tempat bersemayam mereka hanya untuk melihatnya menenun dan menikmati karyanya.
Orang-orang membicarakan Arachne sebagai ‘bakat yang diajarkan langsung oleh Dewi Athena’ karena keahliannya dalam menenun, dan seperti yang diketahui, Athena dianggap sebagai dewi kerajinan tangan. Namun Arachne menolak dan mengatakan itu sebagai bakat murni miliknya saja, sampai pada akhirnya Athena turun langsung dan beradu hasil tenun dengan Arachne, Athena kalah dan mengakui kehebatan Arachne, namun sayangnya hasil karya tenun Arachne bertema sarkasme terhadap dewa, dikisahkan akhirnya Arachne dikutuk oleh Zeus agar tidak bisa menenun selamanya.
Arachne frustrasi dan berusaha membunuh dirinya sendiri, namun Athena menghentikannya dan mengutuknya menjadi manusia setengah laba-laba agar ia bisa menenun selama lamanya. Nama Arachne ini yang kemudian diadaptasi menjadi nama kelas biologis Arachnid dalam Kingdom Animalia di mana laba laba termasuk di dalamnya.
Kisah Menarik Kebijakan Athena
Kisah lain yang menarik dari kebijakan Athena adalah ketika kompetisinya dengan Poseidon dalam perebutan kekuasaan kota yang waktu itu bernama Cecropia yang akan mereka gunakan untuk kota khusus penyembahan terhadap diri mereka masing-masing.
Mereka sepakat bahwa masing-masing akan memberikan hadiah pada rakyat kota tersebut dan dewa yang hadiahnya dipilih terbanyak oleh rakyat akan menjadi pemenang.
Poseidon menghantamkan trisulanya ke tanah dan dan muncul mata air yang bisa dimanfaatkan sebagai petunjuk keamanan air laut, tetapi sayang air itu asin. Sementara Athena menghantamkan tombaknya dan memunculkan pohon Zaitun, yang bisa dimanfaatkan untuk kayu, buah, dan minyak. Rakyat lebih banyak menerima pemberian dari Athena, dan dengan demikian menjadikan Athena sebagai ’pemilik’ kota tersebut dan berhak memberi nama kota sesuai dengan namanya, Kota Athena.
Di kota yang sekarang menjadi bagian dari Negara Yunani itulah kemudian dibangun kuil bernama Kuil Parthenon, sebuah kuil pemujaan dewi Athena.
Dikutip dari idsejarah.net, Parthenon merupakan salah satu bentuk kebudayaan bangsa Yunani Kuno untuk menyembah Athena yang menjadi patron (penjaga) pahlawan-pahlawan dan juga penduduk kota Athena.
Bangunan Parthenon terletak di kota Akropolis. Parthenon dibangun pada masa kejayaan kota Athena (477 SM). Bagian luar Parthenon selesai pada 438 SM dan didekorasi pada 432 SM. Pada akhir abad ke-6 M, kuil ini didedikasikan untuk Perawan Maria dan berubah menjadi gereja.
Penaklukan Ottoman
Mengutip dari World Bulletin, Kota Acropolis di mana Parthenon berdiri kemudian ditaklukkan oleh Sultan Mehmet II pada tahun 1458. Setelah penaklukan tersebut, orang Turki yang menetap di kota itu membangun banyak masjid, pasar, dan pemandian umum, mengubahnya menjadi kota khas Ottoman, termasuk di dalamnya mengubah Parthenon menjadi masjid. Setelahnya, orang Turki dan Yunani hidup berdampingan selama 371 tahun sampai akhirnya Yunani mendeklarasikan kemerdekaannya.
Salah satu dari beberapa penaklukan Ottoman yang paling menonjol adalah penaklukan Konstantinopel, di mana salah satu kejadiannya yaitu ketika tentara Turki Ottoman mengepung Tentara Florentine yang mencoba mempertahankan Acropolis. Tentata Florentine berhasil melawan pengepungan, tetapi tidak lebih dari dua tahun ketika pada Juni 1458, mereka menyerah kepada Turki dan akhirnya secara efektif mengakhiri pengepungan.
Setelah penaklukan, Kesultanan Ottoman sempat memutuskan untuk mengembalikan Parthenon agar kembali digunakan oleh Ortodoks Yunani, meskipun sangat singkat. Namun, pada akhir abad ke-15, Turki Utsmani mengubah sebagian besar Parthenon menjadi masjid fungsional.
Kuil Parthenon
Pada perang Turki Besar (The Great Turkish War), karena serangan dari musuh kesultanan Ottoman yaitu Liga Suci, sebuah ledakan terjadi di dalam Parthenon, menyebabkan kerusakan serius pada bangunan megah Parthenon.
Selama berabad-abad, kuil Parthenon, yang awalnya dibangun untuk menghormati dewi kebijaksanaan dan perang Yunani, Athena, telah menjadi pemandangan paling berkesan di kaki langit ibu kota Yunani. Bertengger di atas bukit Acropolis, Parthenon, selain menjadi salah satu tempat wisata paling populer bagi mereka yang mengunjungi Athena, telah memengaruhi arsitek di seluruh dunia. Contohnya adalah Carl Gotthard Langhans, yang mengambil inspirasi untuk Gerbang Brandenburg di Berlin dari situs kebudayaan Yunani ini.
Dikutip dari The Vintage News, salah satu aspek penting Parthenon selama pemerintahan Utsmaniyah adalah bahwa meskipun ada perubahan rumit yang digabungkan dengan konversi Parthenon menjadi masjid, seluruh struktur bangunan tetap utuh dan tidak ada kerusakan yang ditimbulkan oleh Utsmaniyah, atau oleh orang Romawi sebelum itu.
Ketika seorang musafir Turki yang terkenal datang ke bangunan tersebut yang sedang digunakan sebagai masjid, dia merasa sangat takjub dengan keagungannya. Dalam kisahnya tentang Parthenon, Evliya Celeb mengungkapkan kekaguman besar pada struktur dalam karya puitisnya dan menggambarkannya sebagai semacam benteng yang tak tertembus yang tampaknya telah dibangun oleh beberapa ‘agen ilahiyah’ dan bukan oleh manusia. Setelah kehancuran Parthenon, dibangunlah masjid kecil didalam kuil tersebut sebagai.
Penulis Jenifer Neils menggambarkan masjid-masjid di dalam batas-batas tiang besar Parthenon dalam bukunya The Parthenon: From Antiquity to the Present. Masjid yang kedua “kecil dan sederhana, berbentuk bujur sangkar, terletak pada sudut ke sisa-sisa yang lebih tua dengan serambi menghadap ke barat laut.”
Masjid di Negeri Yunani
Neils juga menulis bahwa berbeda dengan masjid pertama, masjid kedua dibuat dengan gaya Ottoman yang lebih khas, memiliki “interiornya ditutupi oleh kubah yang dinaikkan di atas transisi segi delapan, dengan kubah kubah kecil di atas teras tiga rongga”. Meskipun digambarkan kecil, menurut seorang pelancong Inggris yang melihat situs itu di suatu tempat sekitar pertengahan abad ke-17, bukit Parthenon memiliki “masjid terbaik di dunia.” Namun demikian, struktur baru ini dibangun dari batu-batu yang digunakan kembali, sehingga tidak berkualitas terbaik. Bangunan berdiri kokoh selama tahun 1820-an, ketika Acropolis menjadi sasaran beberapa pengepungan selama Perang Kemerdekaan Yunani.
Tidak ada renovasi signifikan Parthenon terjadi dalam dekade berikutnya, setidaknya tidak sampai tahun 1890-an. Ketika Yunani merdeka, bangunan masjid ini kemudian diratakan dan difungsikan sebagai situs budaya. Setelahnya, hingga awal abad ini, tidak pernah ada masjid yang secara resmi berdiri di kota Athena. Seperti diberitakan The New York Times, Athena, ibu kota Yunani, tidak memiliki tempat ibadah muslim khusus yang dibangun sejak pengusiran pasukan Ottoman pada tahun 1833.
Tindakan pertama Parlemen yang ingin membuka sebuah masjid pernah dilakukan pada tahun 1890, sebuah upaya yang semakin intensif dalam beberapa dekade terakhir, seiring dengan berkembangnya komunitas Muslim yang selama ini beribadah di tempat darurat yang tidak layak seperti ruang bawah tanah, garasi, dan tempat parkir.
Pembangunan Masjid di Athena
Dalam menghadapi penolakan dari Gereja Ortodoks yang kuat, dan dari nasionalis yang mengasosiasikan Islam dengan penduduk asing, rencana ini berulang kali gagal selama bertahun-tahun, menjadikan Athena sebagai satu-satunya ibu kota Uni Eropa tanpa tempat ibadah yang dibangun khusus untuk umat Islam.
Akhirnya pada tahun 2006, Parlemen menyetujui pembangunan masjid yang sepenuhnya didanai dan dikelola Negara, di Athena. Pembukaan masjid tersebut, yang semula dijadwalkan pada 2010, akhirnya tiba pada tahun 2020, setelah proyek tersebut melewati segunung birokrasi dan tantangan hukum.
Sayangnya dengan lonjakan Coronavirus, bangunan yang tadinya dirancang untuk sekitar 350 jamaah, saat itu hanya terbuka untuk 13 jamaah saja dalam sekali sholat. Itu pun sehari setelah adanya salat Jumat perdana, Yunani terpaksa melakukan kebijakan total lockdown, memaksa masjid untuk tutup kembali, sebagaimana dilansir The Reuters. Penutupan itu meninggalkan perasaan yang campur aduk di kalangan umat muslim Yunani, tentang bangunan peribadahan khusus yang telah ditunggu selama kurang lebih 200 tahun dan pada akhirnya dbangun dan didanai negara di sebuah daerah seluas 4,2 hektar dengan bangunan putih, tanpa menara, terletak di bekas pangkalan angkatan laut di distrik industri dekat pusat kota Athena.
Semoga saja ke depannya, masjid yang diberi nama Masjid Votanikos ini bisa menjadi pusat peradaban muslim, baik di Athena maupun di Yunani, atau bahkan di Eropa secara keseluruhan.