Katakan “Maaf Saya Sedang Puasa!”
Puasa bukanlah sekedar menahan lapar dan haus. Syariat memiliki maksud lebih dari itu. Bagaimana tidak sempurna ajaran Islam ini, dengan berpuasa tidak hanya bicara tentang ibadah, tapi juga tarbiyatu nafsi (melatih jiwa).
Puasa memotivasi seseorang untuk melakukan hal baik tiap harinya, jika sudah baik, maka akan menjadi lebih baik hingga seterusnya. Bentuk motivasi inilah salah satu maksud disyariatkannya berpuasa, menahan segala hal yang mampu menurunkan ketakwaan kita terhadap Allah Swt.
Cobaan datang memang tidak mengenal waktu dan tempat, dalam keadaan berpuasa pun cobaan mungkin akan tetap datang, karena hakikatnya cobaan datang memang untuk menguji ketakwaan seseorang.
Tidak jarang kita temukan, bahkan mungkin kita sendiri mengalaminya. Sebuah jalanan dalam keadaan macet total, sedangkan terik matahari melemahkan para pengemudi kendaraan dan penumpangnya yang berpuasa. Keadaan lapar dan panas pun membuahkan rasa kesal. Kekesalan yang tak terkendali pun muncul, dilontarkan dalam bentuk dumelan, raut wajah yang kesal bahkan kadang terucap kata-kata yang tidak sepatutnya diucapkan seorang mukmin. Maka sabar adalah solusi yang paling baik menghadapi keadaan ini.
Keadaan semacam di atas pun dapat kita temukan dalam bentuk apapun, dimanapun dan kapanpun, yang terkadang diri ini terkalahkan oleh emosi yang tengah meluap. Namun dalam hal ini, Rasulullah punya solusinya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah bersabda:
قال الله “كُلُّ عمَلِ بْنِ آدَمَ لهُ إلّا الصِّيامَ فَإِنّهُ لِي وأنا أَجْزِي بِه والصِّيامُ جُنَّةٌ وإذا كانَ يَومُ صَومِ أَحَدِكم فلا يَرْفُثْ ولا يَصْخَبْ فإنْ سَابَّهُ أحدٌ أو قاتَله فَليَقُلْ إنِّي امْرُؤٌ صائِمٌ”
“Allah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk aku dan aku sendiri yang akan memberi balasannya. Puasa adalah sebagai perisai baginya, maka apabila suatu hari seseorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata rafats (kotor) dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaknya ia mengatakan ‘aku sedang berpuasa!’” (HR. Bukhori: 1771)
Hadis sohih dalam Fathul Bari di atas menjelaskan anjuran Rasul kepada orang yang berpuasa ketika menghadapi orang yang menghina, berkata kotor dan mengajak berkelahi, karena bulan Ramadhan tidak menghapus orang-orang yang berkata kotor.
Tiga kata hebat, “Aku sedang berpuasa!”, memiliki hakikat tujuan yang luar biasa. Bukan rangkaian kata yang tak bermakna, yang kemudian setelah pengucapannya, membalas hinaan dan berkelahi. Kalimat tersebut dapat dikatakan sebagai motivasi diri.
Di satu sisi ketika kita mengatakannya berarti kita tidak ingin berkelahi atau menghina balik alias ingin mengakhirkan pertikaian. Di sisi lain, kalimat itu menjadi tameng besar untuk menahan meluapnya amarah kita ketika itu.
“Hei !Anda punya mata tidak ? Kalo jalan liat-liat, saya kan sedang buru-buru..#$%@%# !”
Jika mendengar kalimat di atas, tentu siapa yang tidak terpacu emosinya. Namun keadaan seperti ini, tak perlu kita terbawa suasana. Islam mengajarkan tiga kata mujarab, ”Aku sedang puasa”. Bukan sekedar rangakaian kata biasa, tapi yang terpenting bagaiaman kita mampu untuk menahan amarah dan menghadapinya dengan baik. Begini lah cara Islam membimbing umatnya untuk tetap taat dan takwa kepada Allah. Terlihat mudah dan tidak sulit untuk mengamalkannya. Namun mampukah kita menghalau cobaan dengan sabar ? wallahu a’lam bishowab.