Kilas Hikayat Abu Bakar Ash Shiddiq

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafah Utsman bin Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taym bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib al-Qurosy at-Taymy. Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad pada datuk yang bernama Murrah. Abu Bakar, demikian ia dikenal, merupakan sosok tauladan yang layak dikenang dalam tinta sejarah perkembangan islam masa awal.

Abu Bakar menyandang Gelar as-Shiddiq (sosok yang jujur) sebagai anugerah atas kejujuran yang tertanam dalam dirinya atas risalah kenabian Rasulullah Saw, terkhusus ketika persaksian beliau atas fenomena Isra’ Mi’raj Nabi, dari Makkah ke Baitul Maqdis, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Sidratul Muntaha, pada suatu malam yang diberkahi. Demikian sebagaimana dituturkan oleh Mush’ab bin Zubair, dan disepakati oleh para ulama.

Selain itu, beliau juga diberi gelar al-‘atiq (orang yang merdeka) karena ia telah terjamin bebas dari jerat siksa neraka. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan,

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Abu Bakar menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Kamu adalah orang yang di bebaskan Allah dari api neraka.” Maka sejak saat itu dia di juluki al-‘Atiq.” (HR. Tirmidzi)

Al-Laits bin as-Sa’ad meriwayatkan bahwa gelar al-Atiq yang disandang beliau dikarenakan ketampanan wajah beliau. Al-‘atiq juga bisa bermakna indah parasnya.

Sosok yang pertama kali masuk Islam dari kalangan orang dewasa ini dilahirkan dua tahun lewat beberapa bulan setelah Nabi dilahirkan, tumbuh besar di Mekkah sebagai pribadi yang piawai dalam bidang perdagangan. Pun, Abu Bakar dikisahkan tidak pernah meminum khamar sebelum masuk Islam.

Keteladanan Abu Bakar

Ibnu Katsir menulis, “As-Shadiiq (yakni Abu Bakar) merupakan sosok yang paling paham soal isi kandungan Al-Qur’an, karena beliau sosok yang dipersilakan menjadi imam di kalangan sahabat. Di samping itu Nabi bersabda,

“Seyogyanya yang mengimami kalian adalah yang paling baik bacaan serta pemahamannya terhadap al-Qur’an”.

Selain itu, Imam Timridzi meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah suatu kaum yang di dalamnya ada Abu Bakar, menunjuk imam shalat selainnya.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah Saw menyebut Abu Bakar sebagai manusia yang paling pertama masuk surga dari umatnya. Abu Daud meriwayatkan dalam Sunan Abu Daud dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Adapun engkau wahai Abu Bakar, merupakan sosok yang paling pertama masuk surga dari umatku.”

Kendati mendapatkan penegasan masuk surga oleh Rasulullah Saw, Abu Bakar tidak lantas berbangga diri. Shalat, puasa, zakat, dan ibadah sosial lainnya beliau langgengkan sampai ajal menjemputnya.

Kita bisa menilai kepedulian sosialnya yang tinggi, tatkala beliau dengan sukarela membebaskan banyak budak pada masa itu. Pembebasan sahabat Bilal bin Rabah, muadzin pertama dalam Islam, yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah kunci.

Ketegasan Abu Bakar dalam Menegakkan Syariat

Diriwayatkan dari al-Ismaili dari Umar bin Khattab, tatkala Nabi wafat sebagian dari bangsa Arab membelot dan meberontak, seraya mengatakan, “Kami tetap shalat dan enggan membayar zakat.” Singkat cerita, mengetahui tingkah kaum yang enggan membayar tersebut beliau berujar, “Celakalah, celakalah! Nabi telah wafat dan wahyu telah tuntas. Demi Allah, akan aku perangi mereka selagi pedang masih tergenggam di tanganku, bahkan seandainya mereka mengikatku.”

Hari ini, kewajiban zakat tetap terjaga. Salah satu kebijakan beliau yang sangat signifikan bagi umat Islam adalah kebijakan untuk mengumpulkan Al-Qur’an yang tersebar pada catatan yang tertulis di tulang belulang, dedaunan, bebatuan, maupun hafalan para sahabat. Meski awalnya beliau tegas menolak bahwa ia tak akan melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, namun behak dorongan sahabat Umar bin Khattab, akhirnya Abu Bakar menerima usulan tersebut. Kisah yang cukup panjang yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit sebagai kepala tim pengumpulan Qur’an tersebut bisa kita jumpai di dalam kitab Shahih al-Bukhari pada bab Jam’ul Qur’an (pengumpulan al-Qur’an)
Kepergian Abu Bakar

Diriwayatkan dari al-Waqidi dan Imam al-Hakim dari Aisyah ra, bahwasanya awal kali Abu Bakar sakit adalah pada 7 Jumadil Akhir, ketika itu malam sangat dingin. Semenjak itu beliau sakit hingga 15 hari lamanya, tidak keluar rumah kecuali untuk shalat. Kemudian beliau meninggal pada 22 Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah dalam umur 63 tahun.

Abu Bakar merupakan sosok yang namanya harum dikenang kaum muslimin. Perangainya yang mulia adalah perbendaharaan berharga bagi generasi setelahnya untuk menjadikannya sebagai cerminan kehidupan. Semoga kita mampu meneladaninya, salah satunya dengan cara menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitar kita.

Wallahu A’lam bis Shawab.
*Disarikan dari kitab Tarikhul Khulafa karya Imam Jalaluddin Suyuthi

Darus-Sunnah, 19 September 2017

Similar Posts