Menelisik Eksistensi Air Hujan Dalam Perspektif Al-Quran Dan Sains

Bulan oktober dan November.  Pada dua bulan ini langit mendung,  setiap harinya air hujan  turun membasahi muka bumi.  Terkadang sebagian orang merenungkan  hujan pada kenangan yang lama tersimpan sampai-sampai ia terlarut dalam kesedihan. Padahal, jika kita mentadaburi hujan lebih dalam, kita akan dapatkan sesuatu yang menakjubkan, yaitu air hujan yang dijelaskan dalam al-Quran dan keterkaitannya dengan ilmu sains.

Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Waqiah ayat 68-70:

أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ ، ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ ٱلْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنزِلُونَ، لَوْ نَشَآءُ جَعَلْنَٰهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ.

 Kata المزن  pada ayat tersebut bermakna mendung. Ungkapan “ataukah kami yang menurunkan?” , ayat diatas merupakan isyarat yang jelas bahwa hanya Allah SWT yang mampu menurunkan hujan. pada mulanya air hujan tersebut terasa asin, yaitu saat menjadi air laut. Zat penyebab asin ini telah dihilangkan melalui suatu siklus daur ulang yang diciptakan oleh Allah SWT, dimana air laut tersebut menguap sebagai akibat dari panasnya sinar matahari. Kemudian uap air itu diubah menjadi air hujan yang terasa tawar.

Kata أجاجا  di ayat yang telah dijelaskan diatas dimaknai asin atau pahit. Air hujan secara alamiah terasa tawar dan merupakan air yang paling bersih. Seandainya Allah SWT menghendaki untuk menjadikan air hujan terasa asin atau pahit, tentu sudah melakukannya dan kita akan merasakannya saat ini. Jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah, tentu air hujan akan berubah menjadi asin dan tidak akan bisa dimanfaatkan oleh alam ini mencakup manusia, hewan, dan tumbuhan.

Air hujan terbukti merupakan air yang suci. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Furqan ayat 48 :

وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا

Menurut Prof.Quraish Shihab dalam tafsirnya yaitu al-Mishbah, beliau menjelaskan bahwa kata Thahura diatas mengacu pada air yang turun dari langit ketika pertama kali terbentuk. Ketika itu, air hujan merupakan air yang sangat bersih serta bebas dari kuman dan polusi. Walaupun ketika turun air hujan tersebut membawa benda-benda dan atom-atom di udara, air hujan tersebut tetap sangat suci dan dapat digunakan untuk menyucikan hal yang najis.

Berkaca pada ilmu sains, sesungguhnya air tawar terus bergerak dalam ruang lingkup atmosfer. Jika ada zat-zat yang mencemarinya, baik itu berupa karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen, maupun zat-zat pencemar yang lain, ketika air itu turun dalam bentuk hujan, maka ia akan mengalir sekali lagi dalam bentuk asam. Hal ini dikarenakan sebagian besar oksida ketika mengalir di dalam air akan berubah menjadi zat asam yang akan berdampak terhadap bebatuan dan makhluk hidup. Oleh karena itu, Allah SWT menganugerahkan kepada kita suatu proses yang alamiah berupa uap air yang bersumber dari air lautan, samudera dan daratan, serta melalui proses fotosintesis dan pernapasan tumbuh-tumbuhan. Uap air itu kemudian menaik dan menebal, lalu turunlah air yang bersih yang disebut air hujan.

Dan hal yang harus diketahui dalam hal ini adalah bahwa zat asam ini akan terbentuk menjadi ukuran yang sangat kecil ketika terjadi sebuah petir. Ini merupakan rahmat Allah SWT yang telah menakdirkan zat asam ini terbentuk dalam jumlah kecil dan tidak mengganggu pada kehidupan manusia di muka bumi. Sekiranya Allah SWT telah menghendaki, tentu Dia akan memperbanyak jumlahnya sehingga kehidupan di dunia ini akan rusak bahkan hancur. Tidakkah semua ini termasuk kemukjizatan al-Quran?

 

 

Wallahu A’lam bi al-Shawab

Referensi: Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah

Dr.Nahdiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Quran.

Similar Posts