Mengapa Harus Ulama?

Bertemu ulama adalah miniatur bertemu Nabi Saw. Lebih-lebih jika masih ada garis keturunan dari beliau.

Bertemu mereka setan-setan lari terbirit-birit. Pikiran-pikiran negatif hilang tidak menampak. Aura-aura jahat lenyap tanpa sisa. Yang tersisa hanyalah aura kebaikan, pikiran positif, dan motivasi-motivasi kebajikan terus mendorong tiada henti.

Apalagi jika sampai duduk di majlis mereka, belajar, mendengarkan, dan memperhatikan setiap perkataan mereka. Nilainya tentu jauh lebih besar daripada sekedar bertemu. Pantas saja Rasulullah Saw mendawuhkan bahwa para ulama adalah pewaris para Nabi (العلماء ورثة الأنبياء).

Semakin dekat dengan ulama sama halnya dengan semakin mendekat kepada sang baginda tercinta. Semakin menjauh berarti bermakna sebaliknya. Sebuah kata bijak menyebutkan, “Duduk bersama tukang minyak akan ketularan bau harumnya. Duduk bersama ulama akan ketularan barakah dan ilmunya.”

Karena itulah, bersama para ulama akan mengusir segala hantu-hantu yang mengusik hati. Menghilangkan perasaan ragu dan bimbang. Yang ada hanyalah rasa cinta yang semakin tumbuh. Iman yang semakin hidup. Dan hati yang semakin bening dan bijak.

Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang diberikan ilmu memandang bahwa apa yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu adalah kebenaran dan akan membimbing kepada jalan Allah Yang Maha Mulia lagi maha Terpuji.” (QS. Saba’:6)

Maka sejatinya, yang memegang peran sentral stabilitas kehidupan sosial masyarakat itu adalah ulama. Untuk itu, Rasulullah Saw mengibaratkan ulama sebagai kunci segala kebaikan dan penutup segala kejahatan (مفاتيح للخير ومغاليق للشر).

Oleh karena itu, dalam sabdanya juga, Rasulullah Saw menegaskan:

“Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hambanya. Tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama sehingga tidak tersisa seorangpun yang alim. Orang-orang mengangkat pemimpin yang bodoh. Saat mereka ditanya, mereka berfatwa dengan kebodohannya. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka, cintailah ulama dan jangan jauh-jauh dari mereka. Karena Rasulullah Saw sendiri sejatinya adalah ulama pada masanya. Waallahu a’lam.

 

Similar Posts