Meraih Pahala Ramadhan di Tengah Wabah

Saat ini kita  telah sampai di sepertiga pertama bulan Ramadhan. Akan tetapi, ada yang berbeda pada bulan Ramadhan kali ini. Umat manusia di seluruh dunia  ditimpa musibah virus COVID-19 yang menyebabkan seluruh aktifitas dibatasi dan hanya dikerjakan dirumah saja

Akan tetapi, walaupun masyarakat kita sedang ditimpa musibah COVID-19 tidak menyurutkan semangat mereka untuk berlomba-lomba dalam beribadah dan beramal saleh. Bukti nyatanya adalah banyak para dokter, perawat, relawan, dan dermawan menyumbangkan tenaga dan materi untuk kesembuhan para pasien yang terkena virus COVID-19.

Menukil sebuah riwayat yang tertulis dalam kitab Nashaih Dinniyah karangan Habib Abdullah al-Haddad bahwa mengerjakan satu pekerjaan wajib di bulan ramadhan bandingannya sama seperti tujuh puluh kali pekerjaan wajib selain bulan ramdhan. Begitu pula mengerjakan satu pekerjaan sunnah bandingannya sama seperti melakukan pekerjaan wajib selain bulan ramadhan. Akan tetapi perlu digaris bawahi walaupun pekerjaan sunnah tersebut menyamai pahala wajib selain bulan ramadhan bukan berarti hal tersebut dapat menggugurkan pekerjaan yang wajib.

Riwayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa setiap aktifitas yang kita lakukan di bulan ramadhan selama terdapat kebaikan maka akan mendapatkan pahala yang besar. Maka tidak heran ketika bulan ramadhan dijadikan sebagai ladang untuk memanen pahala oleh seluruh umat muslim di dunia. Contoh seperti menyiapkan takjil berbuka disetiap masjid-masjid atau surau-surau.

Contoh diatas juga diperkuat oleh sabda Nabi Muhammad Saw yang dikutip oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya Nihayahtuzain, “Setiap individu yang memberikan hidangan berbuka untuk orang yang puasa maka pahalanya sama seperti orang yang berpuasa dan tidak dikurangi pahala tersebut oleh sesuatu apapun.”

Syekh Nawawi menganjurkan memberikan hidangan berbuka tersebut kepada sanak saudara dan para tetangga sekitar kita bila kita mampu untuk menyiapkannya. Apabila tidak mampu untuk menyiapkan hidangan, maka cukup menyediakan air atau satu buah kurma atau sesuatu yang kita mampu untuk disiapkan.

Bila kita tinjau dari segi sosial, selain kita medapatkan pahala menurut agama. Secara tidak langsung kita membantu meringankan beban materi masyarakat yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu, manfaat lainnya adalah menumbuhkan simpati kita terhadap keadaan lingkungan masyarakat disekitar kita.

Contoh perbuatan baik lainnya yang dapat dijadikan sebagai objek untuk mencari pahala lainnya yaitu tadarus al-Quran dan mempelajarinya. Menurut al-Baijuri alasan dianjurkannya membaca al-qur’an dan memperlajarinya karena kedatangan Malaikat Jibril as ke Nabi Muhammad Saw pada setiap malam Ramadhan untuk mengajarkan al-Qur’an.

Oleh karena itu, tidak heran ketika kita melihat umat Islam berlomba-lomba untuk mengkhatamkan dan mempelajari al-Qur’an. Bahkan ada sebagian  umat Islam menjadikan bulan ramadhan sebagai titik awal untuk menghafalkan al-Qur’an. Hal ini senada pula dengan sabda nabi Muhammad Saw:

مَنْ تَعَلَّمَ القُرْاَنَ وَ عَلَّمَهُ (رواه البخاري و مسلم) خَيْرُكُمْ

“Seseorang yang baik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya( H.R Bukhari dan Muslim)”

Hadits ini mempunyai dua pengertian yaitu mempelajari al-Qur’an dan mengamalkannya. Bila kita tinjau dari segi gramatika bahasa Arab fungsi huruf wawu tersebut sebagai memutlakkan antara mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya. Maksudnya setelah seseorang mampu memahami al-Qur’an dengan cara belajar bersamaan itu pula dia mengajarkan apa yang dia pahami maka itulah sebaik-baiknya orang menurut hadits ini.

Ibnu Hajar al-Atsqalani berkomentar di dalam kitabnya Fathul Bari mengenai pengertian hadits ini. Menurut beliau seseorang bisa dikategorikan sebaik-baiknya manusia menurut hadits ini apabila dia mempelajari al-Qur’an dan memahaminya setelah paham kemudian mengajarkannya kepada orang lain.

Ibnu Hajar menjelaskan alasan kenapa seseorang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya dikategorikan sebagai sebaik-baiknya manusia. Ketika seseorang mempelajari al-qur’an dia akan mendapatkan pahala dari usaha dia belajar. Sedangkan ketika dia mengajarkan untuk orang lain maka akan menghasilkan manfaat yang besar untuk dirinya dan untuk muridnya terlebih bila muridnya tersebut mengajarkan kepada orang lain

Seiring berjalannya waktu, kebanyakan umat Islam khususnya di Indonesia mereka mengadakan kajian-kajian keagamaan yang dilakukan setiap bulan Ramadhan atau yang biasa disebut sebagai pengajian pasaran. Pengajian pasaran biasanya dilakukan dengan membaca dan mengartikan kitab dengan cepat tujuannya untuk mengkhatamkan kitab yang sedang dibahas.

Pengajian pasaran tersebut dilakukan oleh ulama-ulama diberbagai daerah di Indonesia. Tidak sedikit umat Islam yang antusias untuk mengikuti pengajian tersebut. Kebanyakan mereka berpendapat selain menambah pengetahuan dan pengalaman dengan adanya pengajian pasaran tersebut tujuan mereka mencari keberkahan kitab dengan mengkhatamkannya terlebih lagi jika dilakukan dibulan Ramadhan.

Dari semua contoh yang ada hal seperti ini menjadi keunikan tersendiri untuk bulan ramadhan. Banyak dari umat muslim mereka ingin melakukan kebaikan pada bulan Ramadhan bahkan mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Selain itu banyak juga yang menjadikan Ramadhan sebagai awal untuk memperbaiki diri.

Similar Posts