Budaya Literasi dalam Islam
Majalahnabawi.com – Membaca dan menulis merupakan hal yang sangat berperan penting dalam perkembangan peradaban umat manusia. Kemampuan berliterasi akan sangat berguna, khususnya dalam menerima ataupun menyampaikan sebuah informasi. Beberapa sumber mengatakan kegiatan tulis menulis berawal pada tahun ke-3200 sebelum masehi ada juga yang mengatakan sekitar 1300 sebelum masehi, sementara dalam Islam mempunyai sejarah tersendiri.
Al-Quran dan Literasi
Jika mentadabburi al-Quran, maka ada beberapa ayat yang sudah menyinggung terkait persoalan literasi. Misalnya, penerimaan wahyu yang pertama oleh nabi Muhammad Saw. yaitu QS. al-‘Alaq dengan ayat yang pertama berbunyi “Iqro” (bacalah!), sebuah perintah dari Allah Swt. kepada Rasulnya yang seolah sangat menekankan pentingnya kemampuan membaca. Kemudian QS. al-Qalam, satu surah yang nama surahnya sangat identik dengan literasi. Bahkan ayat pertama dalam surah ini bermakna sama dengan kegiatan tulis menulis, Allah Swt. berfirman :
نٓ ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ
Artinya: “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (QS. al-Qalam : 1)
Dalam surah ini, Allah Swt. bersumpah dengan pena, seperti mengisyaratkan kepada hambanya akan dahsyatnya makna sebuah goresan pena bagi sebuah peradaban. Sebagai contoh surat yang ditulis oleh nabi Sulaiman (raja Solomon) yang ditujukan kepada ratu Saba’ yang kemudian sang ratu takluk kepada nabi Sulaiman menggambarkan akan pengaruh sebuah tulisan dalam sebuah peradaban.
Literasi Zaman Sahabat Nabi
Sahabat nabi merupakan orang-orang terpilih yang belajar tentang hal keilmuan langsung kepada nabi Muhammad Saw. Teringat sejarah ketika sahabat Umar bin Khattab yang memerintahkan Abu Aswad ad-Du’ali untuk menyusun ilmu nahwu (cara membaca akhir kata dalam bahasa Arab) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas berbahasa Arab bagi orang-orang Arab pada zaman itu. Sahabat Usman bin Affan dengan salah satu usahanya untuk mengumpulkan al-Quran dalam satu mushaf sehingga dari mushaf tersebut orang-orang dengan mudah menghafal dan mengajarkan serta menyebarluaskan ayat-ayat suci Allah Swt.
Ulama Abadi Dengan Literasi
Memahami dan memberitahukan sebuah informasi kepada orang lain adalah pekerjaan nabi-nabi terdahulu, para sahabat nabi dan para ulama. Siapa yang tidak mengenal Muhammad bin Ismail al-Bukhari atau biasa dikenal dengan Imam Bukhari dengan karya monumentalnya al-Jami’ as-Shahih al-Mukhtashar min Umuri Rasulillah Saw wa sunnah wa Ayyamih, kita masih bisa menyaksikan Hadis Nabi Saw. Kemudian Muhammad bin Idris as-Syafi’i dengan salah satu karyanya al-Risalah, kemudian imam al-Nawawi, al-Ghazali, Ibn Khaldun, Rumi, Hamka Bisri Mustafa dan masih banyak ulama-ulama dalam Islam yang menyampaikan ilmunya dalam sebuah goresan pena dan kertas.
Sudah sangat jelas, bahwa keterkaitan antara peradaban Islam dan budaya literasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Islam berkembang karena budaya membaca dan tulis menulis sangat diperhatikan. Literasi juga merupakan ladang pahala dan amal jariyah, karena di dalamnya terdapat informasi dari Allah Swt. berupa perintah yang harus tersampaikan kepada umat manusia. Para ulama telah mengabadikan diri mereka dengan sebuah karya tulis sekaligus mengabdikan diri mereka kepada Allah Swt.