Imam Waki’ Bin al-Jarrah; Guru Besar Imam al-Syafii dan Para Ahli Hadis
Majalahnabawi.com – Bagi para santri, nama Imam Waki’ bin al-Jarrah mungkin tidak asing, karena namanya abadi dalam syair Imam al-Syafii (w. 204 H) mengenai meninggalkan maksiat adalah kunci kuatnya hafalan.
شَكَوتُ إِلى وَكيعٍ سوءَ حِفظي
فَأَرشَدَني إِلى تَركِ المَعاصي
وَأَخبَرَني بِأَنَّ العِلمَ نورٌ
وَنورُ اللَهِ لا يُهدى لِعاصي
Namun sangat sedikit yang mengetahui biografi Imam Waki’ secara mendalam, khususnya dalam hadis. Padahal beliau adalah guru besar ataupun guru dari gurunya para mukharrij kitab hadis, sehingga namanya abadi dalam rangkaian sanad-sanad hadis dalam al-Kutub al-Sittah yang ditulis oleh para Muhaddis setelah wafatnya.
Nama lengkapnya adalah Abu Sufyan Waki’ bin al-Jarrah bin Malih bin Adi al-Ruasi al-Kufi. Beliau berasal dari suku Qais ‘Ailan, serta beliau merupakan salah satu ulama besar dalam bidang fikih dan hadis di kota Kufah. Menurut Imam al-Dzahabi dalam Siyar al-A’lam al-Nubala, Imam Waki’ lahir pada tahun 129 H, tepatnya di perkampungan Abbah kota Isfahan.
Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki hafalan yang kuat, sehingga salah satu muridnya yaitu Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) memuji gurunya dengan mengatakan “Aku belum pernah melihat seorang pun yang seperti Waki’ bin al-Jarrah dalam keilmuan, kehafizan, menyandarkan sebuah hadis kepada perawi hadis, membuat bab-bab dengan khusyuk dan wara’.” Imam al-Syafii pun mengakui kehebatan Imam Waki’ dalam hafalan, sehingga beliau meminta nasihat kepada Imam Waki’ mengenai hal-hal yag bisa membuat hafalan kuat serta hal-hal yang bisa menghilangkan hafalan, hingga lahir syair terkenal yang sampai kepada kita hari ini.
Guru dan Murid Imam Waki’
Dalam perjalanan ilmiahnya mencari hadis, beliau berguru kepada para ulama muhadditsin, di antaranya adalah Imam Malik bin Anas (w. 179 H), al-Auzai’ (w. 157 H), Sufyan al-Tsauri (w. 161 H) – beliau juga meriwayatkan hadis dari Imam Waki’, sehingga menjadi muridnya, Syu’bah bin Hajjaj (w. 160 H), Ibnu Abi Laila (w. 148 H), al-A’masy (w. 148 H), Hisyam bin Urwah (w. 145 H), Abdullah bin al-Mubarak (w. 181) dan masih banyak lagi gurunya dalam periwayatan hadis.
Imam Waki’ menjadi salah satu guru utama dari Imam al-Syafii (w. 204 H), Imam Ahmad bin Hanbal (W. 241 H), Imam Abu Bakar bin Abi Syaibah (w. 235 H), Imam Ali bin Abdullah al-Madini (W. 234 H), Imam Yahya bin Ma’in (W. 233 H), dan masih banyak lagi ulama besar yang berguru kepada Imam Waki’. Para muridnya ini menjadi guru dari Imam Mukharrij al-Kutub al-Sittah, sehingga beliau menjadi kakek guru para Muhaddits yang menulis al-Kutub al-Sittah.
Beliau juga menjadi tokoh utama dalam fikih dan hadis di Kufah setelah wafatnya Imam Sulaiman bin Mihran al-A’masy (w. 148), Imam Abu Hanifah (w. 150 H) dan Imam Sufyan al-Tsauri (w. 161 H). Dengan adanya Imam Waki’ sebagai ahli hadis yang wara’ dan memiliki hafalan yang kuat, Kufah tetap menjadi destinasi utama para pencari ilmu dan hadis, serta menjadikannya salah satu episentrum tersebarnya hadis ke seluruh wilayah Islam yang terus berkembang hingga beberapa abad kemudian. Di usia senjanya, Imam Waki’ hijrah ke Mesir dan mengajarkan hadis di sana. Imam yang memiliki hafalan kuat ini wafat pada tahun 197 H dalam perjalanan pulang setelah melaksanakan ibadah haji. Beliau dimakamkan di Mesir dalam usia sekitar 68 tahun. Disebutkan bahwa Imam al-Syafi’i pindah ke Mesir tahun 200 H karena ingin dimakamkan dekat dengan makam guru yang sangat dicintainya tersebut.