Kedekatan Ibnu Aththar dan Syekh Nawawi
Majalahnabawi.com – Ibnu Aththar adalah murid dari Syekh Nawawi, kedekatan mereka tidak diragukan lagi, sebab selama masa hidup sang guru, Ibnu Aththar merasa bahagia bisa menemaninya, sehingga ia dijuluki dengan
“ringkasan Nawawi” atau “Nawawi junior”. Ia berguru kepada Imam Nawawi hingga sang guru wafat.
Dalam biografi Imam Nawawi yang ditulisnya, ia menyebutkan hubungan dengan syekhnya tersebut sangatlah dekat.
Sering kali Ibnu Aththar membacakan ilmu fikih kepadanya sebagai bentuk pengoreksian, pengajuan, penjelasan, dan penghafalan, baik secara khusus maupun umum. Juga ilmu-ilmu hadits yang ringkas dan panjang, sebagai bentuk pengoreksian, penghafalan, penjelasan, pengkajian, dan pen-ta’liq-an, baik secara khusus maupun umum.
Beliau juga menyebutkan bahwa, Syekh Nawawi sangat ramah dan penuh kasih sayang kepadanya (Ibnu Aththar). Beliau (Syekh Nawawi) tidak mengizinkan seseorang melayaninya kecuali dirinya.
Disamping itu Syekh Nawawi juga selalu mengawasi gerak-gerik dan diamnya, bersikap tawadhu’ kepadanya dalam segala keadaan, dan mendidiknya dalam segala hal hingga ia tak mampu menghitung kejadian itu.
Ibnu Aththar banyak membacakan kepadanya kitab-kitab susunan gurunya untuk mengoreksi atau hanya mengajarkan.
Syekh Nawawi mengizinkan Ibnu Aththar untuk mengoreksi kesalahan yang ditemukan dalam kitab-kitab susunannya, hingga Ibnu Aththar membenarkan kesalahan di beberapa kitab sunan tersebut, lalu beliau (Syekh Nawawi) menuliskan dengan tulisan tangannya.
Syekh Nawawi menyerahkan kepada Ibnu Aththar selembar kertas dengan sejumlah kitab yang ditulisnya. Beliau menyusun kitab dengan tulisan tangannya, seraya berkata kepada Ibnu Aththar, “Jika aku menghadap Allah, sempurnakanlah Syarhul Muhadzdzab dari kitab-kitab ini”. Akan tetapi hal tersebut tidak ditakdirkan bagi Ibnu Aththar.
Selama Ibnu Aththar menemaninya, ia hanya berguru kepadanya, tidak kepada orang lain sejak awal tahun 670 H atau sesaat sebelumnya sampai beliau wafat.
Al-Wadi Asyi menyebutkan beberapa kitab Imam Nawawi yang diperoleh dari Ibnu Aththar, diantaranya:
- Kitab Riyadhush Shalihin min Kalami Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Sayyidil ‘Arifin. Beliau (Imam al-Wadi Asyi) membacakan dari awal hingga akhir bab al-ikhlas di Damaskus kepada Syekh Alauddin Abu Hasan (Ibnu Aththar) dalam kitab aslinya. Ibnu Aththar menyerahkan kepadanya , dan memberi izin untuk dapat menyampaikannya. Ibnu Aththar menceritakan padanya bahwa bacaan tersebut didengar dari Imam Nawawi.
- Kitab al-Minhajul Khair fi Syarhi Shahih Muslim bin al-Hajjaj karya Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Mari an-Nawawi dari Nawa. Syekh Alauddin Abu Hasan (Ibnu Aththar) menyerahkan kitab tersebut pada Imam al-Wadi Asyi, yang terdiri dari lima jilid. Beliau mengizinkan al-Wadi Asyi untuk menyampaikannya. Ibnu Aththar juga menceritakan tentang periwayatannya yang di dapat
dari Syekh Nawawi. Ibnu Aththar berkata, “Syekh Nawawi mengizinkanku untuk mengoreksi kesalahan yang tampak bagiku kepadanya dan pada seluruh kitab-kitab susunannya.” - Kitab Hilyatul Abrar wa Syi’arul Akhyar fi Talkhis al-Da’awat wal Adzkaril Mushtahabbah fil Laili wan Nahar, Beliau (Imam al-Wadi Asyi) membacakan dari awal hingga akhir bab al-ikhlas di Damaskus kepada Syekh Alauddin Abu Hasan (Ibnu Aththar) dalam kitab aslinya. Ibnu Aththar menyerahkan kepadanya, dan memberi izin untuk dapat menyampaikannya. Ibnu Aththar menceritakan padanya bahwa bacaan tersebut didengar dari Imam Nawawi.
Dari uraian diatas, tidak perlu diragukan lagi bagaimana kedekatan antara Ibnu Aththar dan Syekh Nawawi, yang mana sang guru tidak hanya menganggap Ibnu Aththar sebagai murid nya saja, namun juga sebagai anak yang harus dididik secara zhohiriyah dan bathiniyah juga. Sebab guru adalah Robbu al-Ruh bagi muridnya. Semoga kisah tersebut bisa menjadi teladan bagi kita.
Wallahu A’lam.
Refrensi: Syarah Arbain an-Nawawi karya Ibnu Aththar